XXII

61K 6.2K 223
                                    

Happy Reading All!!

🦖

"I don't care, this is your choice. Maka tanggung akibatnya." Gara tersenyum miring, dengan pelan ia mendekatkan wajahnya pada Syila hingga membuat perempuan itu kelabakan.

"Kak!! Iya-iya, gue ngaku!" Syila merosot, terduduk lemas bersandarkan pintu.

Menyembunyikan senyum jumawanya, Gara bergerak mundur, memberi ruang untuk Syila.

"Jadi?" Dengan tangan terlipat di bawah dada, Gara menatap lurus pada Syila yang tengah menunduk, terlihat sekali sedang berpikir.

"Sebenarnya, gue ngehindarin Lo karena... Gue malu." Syila mendongak, menatap pada Gara yang tengah berdiri angkuh di hadapannya.

"Why?"

Syila berpikir keras, bola matanya berkeliling mengitari ruang OSIS.

"Gue, gue tidurnya ngorok, Kak Gara malam tadi pasti denger gue ngorok." Syila mencebik, terlihat menahan malu meski sebenarnya ia memang malu akan fakta itu. Tapi yang ia syukuri, di saat genting begini otaknya mampu mengingat hal tersebut.

"Just that?" Tanya Gara tak habis pikir, ia tak mampu melihat kebohongan Syila karena itu memang nyata. Meski pada konteksnya, alasan yang Syila berikan tak sepenuhnya benar.

Syila mengangguk kecil, ia tak berani mendongak karena takut Gara tahu ia setengah berbohong.

"Hhh," Gara tertawa kecil, ia kemudian berjongkok dengan sebelah kaki menumpu. "Kalau gue bilang malam tadi gue videoin Lo tidur, gimana?" Gara bertanya pelan, membuat Syila langsung mendongakkan kepalanya dengan cepat.

Mata Syila melotot, "Kak Gara! Jangan bercanda, ih." Ekspresi wajah Syila sudah tak enak di pandang, jangan sampai Gara benar-benar melakukan hal itu.

Gara mengedikkan bahunya, bersiap berdiri namun segera di tahan oleh Syila.

"Kak... Nggak Kak Gara videoin, 'kan??" Syila mengguncang lengan Gara, ia benar-benar risau sekarang.

Gara menyingkirkan tangan Syila, ia kemudian berdiri. "Minggir."

"Hah?"

"Mau Lo, gue kunci disini sampai pulang?"

Mendengar itu, Syila langsung berdiri, menyingkir dari hadapan pintu dan membiarkan Gara membuka pintunya.

Setelah pintu terbuka, Syila malah tak kunjung keluar, ia mendekati Gara dan kembali mengguncang lengannya.

"Nggak Kak Gara videoin, 'kan?" Syila bertanya cemas, membahayakan sekali laki-laki di hadapannya ini. Jika ia hanya tidur sih, tidak apa-apa, tapi ada kemungkinan, ia ngorok saat tidur.

"Nggak." Gara menjawab singkat, tak begitu meyakinkan di mata Syila.

"Jangan bohong, ya." Syila menodong Gara dengan telunjuknya, ia memperlihatkan wajahnya yang penuh peringatan.

"Hm." Gara mengangguk kecil, ia kemudian mendorong bahu Syila untuk keluar dari ruang OSIS.

"Ke kelas. Berani, jalan sendiri?" Gara bertanya, hanya iseng saja sebenarnya.

Syila cemberut, "di kira gue apaan? Beranilah!" Syila melengos, langsung pergi begitu saja meninggalkan Gara.

Setelah melihat Syila hilang di balik belokan, Gara kembali masuk ke dalam ruang OSIS. Ia mendongak, menatap ke arah CCTV yang ada di sana.

Gara menghela napasnya, ia keluar meninggalkan ruang OSIS. Ada yang harus ia bereskan saat ini juga.

-o0o-

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang