XLIV

22K 2.2K 116
                                    

Happy Reading All!!

🦖

Setelah percakapan yang mampu membuat Syila menangis dalam pelukan Gara, laki-laki itu memilih membawa Syila berjalan-jalan sebentar baru setelahnya ia antarkan pulang. Karena mau bagaimanapun, pikiran Syila tak fokus, tak ada yang lebih dibutuhkan orang yang tengah menghadapi masalah selain waktu untuk sendiri dan tenang.

"Kalau sudah siap, cerita, ya." Pinta Gara, tangannya mengelus lembut jemari Syila yang berada dalam genggamannya.

Ia tidak akan memaksa, yang penting Syila tidak merasa tertekan, karena setelah apa yang dikatakan gadis cantiknya tadi, Gara tersadar akan sesuatu. Syila benar-benar butuh waktu, waktu untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

Syila tersenyum, ia mengangguk, dimajukan wajahnya, Syila memberikan sebuah kecupan di pipi Gara dengan cukup lama.

Menjauhkan wajahnya, Syila menatap Gara cukup lama, "aku nggak tahu mau bilang apalagi sama Kakak," ucap Syila. Perempuan itu memajukan tubuhnya, kali ini ia memeluk Gara dengan erat.

"Aku nggak pernah sesayang ini sama orang," Syila melanjutkan kalimatnya, ia makin erat memeluk Gara dan dibalas sebaliknya oleh cowok itu.

Gara menenggelamkan kepalanya di bahu Syila, ia berbisik, "and I'd never fall in love like this. Only with you."

Boleh Gara minta malam ini ia tak memulangkan Syila?

-o0o-

Setelah turun dari mobil Gara dan memastikan mobil pacarnya itu melaju pergi, Syila yang akan masuk kedalam rumah dikejutkan oleh sebuah panggilan yang berasal dari Devano.

Laki-laki itu ternyata menunggunya pulang, dan kini berakhirlah mereka duduk di taman bermain yang tak jauh dari rumah Oma.

Lama mereka saling diam, hingga akhirnya Devanolah yang memberanikan diri membuka suara duluan.

"Maaf," Devano berucap dengan pelan, ia memberanikan diri menatap sepenuhnya pada perempuan disebelahnya yang berfokus pada jungkat-jungkit didepan mereka.

"Gue tahu nggak akan mudah buat Lo maafin kelakuan jahat Mama gue, tapi atas nama beliau, gue akan tetap minta maaf sama Lo dan keluarga Lo." Devano berhasil mengungkapkannya dengan lancar, ia kesulitan sekali mencari waktu untuk berbicara pada Syila.

"Tuh tau," balas Syila seadanya. " Gue sebenarnya males ngeliat Lo Kak, kita balik aja." Syila sudah berdiri dan akan pergi, tapi Devano kembali berbicara hingga menahan langkahnya.

"Gue sebenarnya pengen ngomong banyak sama Lo, bisa kasih waktu?" Tak ada nada paksaan, Devano malah meminta dengan suara pelannya yang malah menghipnotis Syila untuk kembali duduk meski dengan helaan nafas.

"Kenapa? Mau bikin pembelaan atas perbuatan Mama Lo?" Syila bertanya dengan sinis, entah kenapa meskipun ia tahu Devano hanyalah korban sepertinya tapi ia tetap merasa kesal dengan laki-laki itu.

Pandangan Devano menerawang, "Mama gue salah, nggak ada satupun pembelaan yang bisa membenarkan perbuatan Mama gue."

Syila berdecih, "tapi tetap Lo lindungi kan, kesalahannya."

Helaan nafas Devano terdengar, senyum miris tersisip di bibirnya, "gue nggak tahu Lo bakal nganggap apa omongan gue ini, tapi gue bukan ngelindungin kesalahan Mama gue, gue cuman anak yang coba ngelindungin Mama gue. Dia jahat, tapi dia perempuan yang udah ngelahirin dan ngebesarin gue dengan cinta dan kasih sayang."

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang