Happy Reading All!!
🦖
Syila tak begitu memahami permainan bulutangkis, yang mana yang dapat poin, atau yang mana yang malah memberikan poin untuk lawan. Tapi setelah tiga kali ia menonton pertandingan Gara dan sedikit mendapat penjelasan dari Rani, Syila mulai tahu bagaimana ritme permainannya. Maka dari itu, di pertandingan keempat ini, di babak ketiga yang menjadi penentuan siapa pemenangnya, ia dengan semangat memberi dukungan pada Gara yang terus mencetak poin.
Bukannya sebelum-sebelumnya tidak semangat, hanya saja kali ini lebih semangat karena ia bisa memahami apa yang ia tonton di hadapan sana. Dengan kertas yang masih bertuliskan kalimat yang sama, Semangat T-rex Ganteng ❤️ Syila dengan tanpa malu terus berteriak seakana tenggorokannya tak sakit.
"Semangat Kak Gara!!"
Atau, "semangat T-rex ganteng!!"
Meskipun banyak yang melakukan hal serupa dengan teriakan berbeda, namun Rani yang kembali duduk di sebelah Syila cukup salut dengan cewek tersebut.
Bisa-bisanya Syila tak kehilangan suaranya. Itulah yang bersarang di pikiran Rani untuk cewek heboh di sebelahnya ini.
"Syila! Minum dulu!" Rani berteriak dengan tangan menggapai pinggang Syila. Jika suaranya pelan, sudah habis tersapu angin tanpa sampai ke gendang telinga Syila.
Syila menoleh, ia mendudukkan dirinya begitu melihat Rani mengulurkan minum miliknya padanya.
"Stop dulu, abis suara Lo ntar." Peringat Rani perhatian, cewek itu memang selalu bersikap baik pada semua orang apalagi yang ia kenal.
Syila tersenyum, tangannya menerima uliran botol dari Rani dan meminumnya hingga hampir habis.
"Seru Kak, Kak Gara tinggal cetak 5 poin lagi dan dia bisa menang." Ungkap Syila dengan senyum senangnya.
Menonton sambil duduk, Syila kembali berteriak heboh saat Gara kembali mencetak satu poin. Rani hanya bisa geleng kepala, ia menikmati permainan ini, tapi tak ayal tak merasa kaget lagi karena sudah biasa melihat Gara dan kepiawaiannya dalam bermain bulutangkis.
"Mau ngasih hadiah apa kalau Gara menang?" Rani bertanya, yang tiba-tiba saja membuat Syila terdiam karena baru terpikirkan akan hal tersebut.
"Hadiah?" Ulangnya dengan tatapan menerawang, "gue bener-bener baru kepikiran itu setelah Kak Rani bilang." Ungkap Syila jujur.
Ia bahkan tak lagi melihat saat Gara mendapat poin dari lawan saking teralihkannya perhatiannya.
"Kak Rani, apa dong hadiahnya?" Syila menatap sepenuhnya pada Rani, ia mengguncang tangan cewek di sebelahnya meminta pertolongan.
"Lah, mana gue tau. Gue kan iseng nanya doang." Rani berkata jujur, ia kira Syila seperti temannya yang jika pacarnya mendapat sebuah pencapaian, ia akan memberikan hadiah.
"Aaa... Kak Rani, gue nggak tau." Kembali mengguncang tangan Rani, Syila berharap Rani mau memberikannya ide yang bisa membantu. Namun sayang seribu sayang, Rani malah memutar tubuhnya dan menghadapkan Syila ke lapangan.
"Pikirin nanti, liat papan skor, satu poin lagi Gara bisa menang." Rani tak mau di recoki pertanyaan Syila yang sulit ia jawab. Karena dulu saja, untuk hadiah ulang tahun mantannya ia harus bertanya dulu pada semua temannya sampai ke orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara My Boyfie
Romance"Pasangin dasi." "Bawain tas gue." "Sisirin." "Suapin." Dan banyak lagi perintah si tuan muda Sagara Azam Pratama pada adik kelasnya, Arrsyila Zakia. Bukan karena Syila itu cupu, atau Syila gampang di bully, bukan juga karena Syila yang merusak bara...