XXVI

53.5K 5.8K 162
                                    

Happy Reading All

🦖

Di dengarkan sakit, tidak di dengarkan ia tidak akan tahu apapun, itulah keadaan Syila sekarang. Ia sudah seperti orang mati rasa duduk di depan pintu kamar orang tuanya, mendengarkan semua pertengkaran dan fakta yang mampu menjungkir balikkan perasaannya.

Syila bahkan sudah tidak tahu lagi seberapa banyak fakta yang masuk kedalam otaknya, capek jika di hitung.

Begitu hening terasa, tiba-tiba saja pintu yang semula terbuka kecil kini di buka dengan lebar dari dalam. Syila mendongak, ia dapat melihat Omnya yang matanya membelalak lebar begitu melihat presensi dirinya.

"Syi-syila?" Kenzo sampai terbata, ia benar-benar tak menyangka keponakannya bisa ada di sana.

Sementara di dalam sana, kedua orang tua Syila yang mendengar nama anaknya disebut langsung saja menoleh, sepasang suami istri yang sudah lama tak akur itu terlihat begitu shock melihat keberadaan putri mereka.

"Udah Om? Yuk, pulang." Syila bertanya tanpa beban, seolah-olah tak pernah mendengar fakta apapun yang membuatnya terluka. Ia berdiri, mengambil langkah lebih dahulu tanpa menoleh pada kedua orang tuanya.

"Syila! Nak, tunggu!" Papa Syila bergerak cepat, ia langsung mengejar sang putri dan menahan lengan Syila yang akan berlari.

Menarik napasnya, Syila bahkan tak ingin menoleh, ia langsung melepaskan begitu saja tangan Papanya yang menggenggam pergelangan tangannya.

"Syila nggak denger apa-apa, 'kan Nak?" Andre bertanya, ia mengambil posisi di hadapan Syila agar bisa melihat raut wajah putrinya.

"Kenapa? Papa takut aku tau Papa selingkuhin Mama? Iya? Takut aku tau kalau Mama Devano itu selingkuhan Papa? Iya, 'kan?" Tanya Syila tajam, matanya menyorot penuh marah kepada Papanya.

"Nggak gitu--"

"Nggak usah alasan, muak banget dari tadi denger Papa ngomong nggak jelas," potong Syila, ia benar-benar tak tahan melihat wajah Papanya yang terasa memuakkan saat ini.

"Om, ayo buruan pulang." Syila menoleh, menatap pada Omnya dan menoleh sekilas pada Mamanya. Setelahnya, ia langsung pergi begitu saja tanpa perlu repot-repot menghiraukan apapun lagi.

Andre terdiam terpaku melihat putrinya pergi, ketakutannya benar-benar terjadi, anak kesayangannya mengetahui betapa buruk Papanya selama ini.

Sementara Rindu, ia memilih mengejar putrinya, ia harus menjelaskan semuanya saat ini juga.

"Syila, dengerin Mama, Nak." Rindu menahan tangan Syila, membuat Syila kembali menghela napas karena sedari tadi ia selalu mendapat rintangan hanya untuk keluar dari rumah yang berubah jadi neraka ini.

"Mama, Mama nggak bermaksud nyembunyiin ini semua sayang, Mama cuman takut kamu terluka seperti sekarang." Jelas Rindu, air matanya kembali jatuh setelah tadi sempat kering.

"Nggak perlu jelasin apapun lagi, Ma, semuanya udah aku dengar. Mau Mama bermaksud atau nggak, aku tetap tau, dan rasa sakitnya lebih berlipat-lipat lagi. Sekarang, kalau Mama mau pisah, pisah aja, aku capek di jadikan alasan untuk kalian tetap bertahan." Syila melepaskan genggaman tangan Mamanya pada pergelangan tangannya, ia langsung berlari pergi, tak ingin menoleh-noleh lagi apalagi sampai di cegah.

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang