4

204 15 0
                                    

Pagi harinya, Yuju sudah bangun dan bersiap-siap berangkat ke sekolah. Dia merapihkan pakaian yang dikenakan, lalu sedikit berdandan agar wajahnya terlihat cerah meskipun ada tambalan perban kecil pada hidung dan sudut bibirnya.

Gadis itu hendak melangkahkan kakinya ke luar kamar, tapi... Dia teringat dengan kotak kacamata yang diberikan Sowon tadi malam jadi dia kembali ke kamarnya untuk mengambil kacamata itu.

Ada sedikit keraguan di hati Yuju untuk memakainya, mengingat kacamata itu diberikan oleh orang yang paling dia benci.

"Sebenarnya aku tidak mau memakainya karena ini dari Sowon, tapi... Aku membutuhkannya untuk belajar" batin Yuju

Namun, apa boleh buat? Yuju membutuhkannya sekarang, jadi apa salahnya menyingkirkan ego nya sejenak untuk hal-hal yang memang dia butuhkan. Dia membuka kotak kacamata itu lalu mengambil kacamata yang ada di dalamnya dan memakainya. Sejenak Yuju memperhatikan cermin lalu bergegas pergi keluar kamar, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

Hanya tersisa 30 menit untuk sarapan bersama keluarganya.

*Di ruang makan*

Semua anggota keluarga Yuju tampak menikmati hidangan sarapan hari ini, kecuali Yuju yang mengeluh dalam hatinya karena sang ibu tiri lagi-lagi memasak makanan berbahan dasar telur.

"Telur lagi, telur lagi, bisa bisulan aku nanti" gumam Yuju.

Tapi, bukan Yuju namanya jika dia tidak menyantap makanan yang ada dihadapannya meski hatinya ngedumel dan menjerit.

"Oh, hari ini adikku ulang tahun loh. Appa dan eomma tidak mau memberikannya selamat?" ujar Sowon mengurai keheningan.

"Oh, shit. Mulai lagi" gumam Yuju tak senang

"Benarkah itu Yuju? Mianhae, appa lupa kalau hari ini kamu berulang tahun" ujar ayah.

"Ne, appa. Aku tak masalah karena memang appa tak pernah ingat hari ulang tahunku" ujar Yuju.

"Saengil cukhae hamnida, Yuju-ya. Mianhae, eomma tak bisa memberimu hadiah pagi ini. Eomma masih belum hafal tanggal ulang tahunmu, tapi nanti sore eomma pastikan hadiahmu sudah sampai" ujar ibu tiri Yuju.

"Gwenchana, eomma. Tak perlu repot membelikanku hadiah, lagipula aku sudah 18 tahun jadi... Untuk apa memberiku hadiah?" ujar Yuju.

"Jangan begitu, masih bagus eomma mu ingin membelikanmu hadiah. Hitung-hitung sekalian membangun kedekatan dengan mu, Yuju-ya" ujar ayah.

"Huh, jangan harap!" batin Yuju.

"Apa Sowon memberimu hadiah?" tanya ayah.

"Ne, dia memberikanku hadiah malam tadi" ujar Yuju malas.

"Ah, dia memang unnie yang baik untukmu. Kamu harus menyayangi dia ya!" ujar ayah.

Lagi dan lagi, ayahnya meminta Yuju menyayangi Sowon. Sebenarnya, anak kandung ayahnya itu siapa sih? Yuju merutuki dirinya sendiri karena perkataannya yang jujur perihal Sowon yang memberikannya hadiah ulang tahun malam tadi.

Raut wajah malas sengaja Yuju perlihatkan kepada keluarganya, tapi... Hanya Sowon saja yang memperhatikan raut wajah itu, dan dia sepertinya tidak senang dengan raut wajah itu. Terbukti Sowon mulai menundukkan kepalanya enggan menatap Yuju, mungkin dia kesal karena Yuju terus memperlakukannya seperti itu atau dia kesal pada dirinya sendiri karena anggapan sebelumnya.

Sowon merebut kebahagiaan Yuju

Entahlah, tapi yang jelas Sowon tampak tak senang ketika sorot matanya tak sengaja bertemu dengan sorot mata Yuju.

MY STEPSISTER IS THE MAFIA BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang