30

112 7 0
                                    

"Ukh, kepalaku" gumam Sowon.

Akhirnya setelah 3 hari lamanya, Sowon baru bisa mengambil alih kesadaran dan tubuhnya. Dia mulai perlahan menggerakkan tangannya, memukul-mukul ringan pelipis nya sambil berupaya menghilangkan rasa pusing yang luar biasa setelah tiga hari dirinya tenggelam dalam lautan halusinasi.

Selain rasa pusing yang mencekam, rasa panas dan nyeri pada bagian tenggorokannya juga masih dia rasakan sampai detik ini. Rasa nyeri itu membuat nafasnya terdengar buncah dengan sesekali berbunyi 'ngik' ketika udara melewati saluran pernafasannya itu. Dadanya juga terasa sempit dan seakan enggan membantunya bernafas untuk melanjutkan kehidupannya, dengan kata lain paru-parunya sudah menyerah dan seperti sedang meminta kepada Sowon untuk mengakhirkan saja kehidupannya yang penuh dengan penderitaan.

"Kamu sudah bangun Sowon-ah" ucap seseorang tatkala Sowon baru saja bangun.

Lantunan suara lembut itu membuat kedua kelopak mata Sowon terbuka lebar dengan pandangan sedikit buram.

"E-eomma?!" ujar Sowon.

"Waeyo, Sowon-ah? Sepertinya kamu terkejut melihat kedatangan eomma ke mansion" ujar orang tersebut yang tak lain adalah ibu kandungnya sendiri.

"Chankanman, eomma. Aku, di mansion?" tanya Sowon terkejut.

"Ne, kamu di mansion dan sudah tiga hari kamu menginap di sini. Kamu tidak ingat apapun?" tanya ibu kandungnya.

Sowon menggeleng pelan.
Gadis itu terkejut karena dia di bawa ke mansion oleh seseorang. Belum lagi keberadaan ibunya yang ternyata sudah mengetahui lokasi mansion sang ayah yang biasa dia gunakan untuk memimpin kelompoknya. Jujur, Sowon saat ini merasa takut jika sang ibu menjadi marah, apalagi dia juga memberitahu Yuju perihal dirinya yang merupakan pemimpin kelompok mafia.

Sowon tak bisa lagi berbohong perihal kondisinya tersebut.

"Eomma, kecewa karena kamu justru membawa Yuju ke dalam dunia gelap ini bersamamu, Sowon-ah. Jujur, eomma tidak pernah membayangkan kamu akan melakukan ini, membawanya dalam masalahmu dan melibatkannya dalam dunia yang seharusnya tidak dia kenal." ujar ibu.

"Kamu sudah berjanji pada eomma untuk tidak melibatkan Yuju ke dunia ini, tapi kamu malah melibatkannya begitu jauh, Sowon-ah." ujar ibu lagi.

Sowon hanya bisa tertunduk lesu. Dirinya pasrah mendengar semua keluhan dan kekecewaan yang ibunya lontarkan. Perasaan bersalah dan kecewa terhadap dirinya sendiri juga mulai menyeruak memenuhi hati dan pikirannya.

"Eomma, mianhae. Tapi, kondisi Yuju sekarang tidak jauh berbeda denganku." ujar Sowon pelan.

"Itu karena kamu yang menyeretnya ke sini" ketus ibu.

"Aniyo, eomma. Dengarkan penjelasanku dulu! Setelah itu eomma boleh memarahiku ataupun menghukumku sesuka hati eomma." ujar Sowon.

Ibu hanya bisa menghela nafas kasar. Sebenarnya dia enggan membahas sesuatu yang berkaitan dengan dunia mafia, mengingat suaminya meninggal dunia karena serangan yang terus di tujukan kepada pria yang sudah tinggal nama tersebut.

Tapi dirinya berusaha tegar demi menciptakan keadilan bagi sang anak.

"Mwo?" ujar ibu dengan malas.

"Sebenarnya... Yuju sudah jadi incaran kelompok mafia Jepang sebelum kita menjadi keluarga. Eomma kandungnya sempat menyewa seseorang untuk membunuhnya, tapi entah kenapa dia tidak jadi dibunuh dan hanya di tandai dengan sebuah tato yang berisikan alat pelacak nano." jelas Sowon.

MY STEPSISTER IS THE MAFIA BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang