Prolog ✔

86.2K 5K 16
                                    


Aku seorang perempuan dua puluh tiga tahun yang memiliki penyakit jantung. Untuk sembuh adalah hal yang mustahil. Terlahir sebagai bayi prematur dengan kondisi jantung yang tidak stabil. Sejak kecil aku memiliki tubuh lemah, tidak boleh ini dan itu. Hanya berbaring dan membaca buku.

Ketika berumur sembilan belas tahun. Tepatnya saat dokter mengatakan keadaaanku kian memburuk. Aku menghabiskan waktu di kamar, dan menulis sebuah novel di aplikasi baca novel.

Membuat novel dengan tokoh utama perempuan yang cantik dan bahagia dengan keluarganya. Tokoh utama laki-laki yang merupakan putra seorang kaisar yang menjadi budak karena sebuah tragedi. Kisahnya klise. Berisikan kisah cinta yang manis seperti impianku.

Aku menulis dengan senang hati, sebab semua itu adalah impianku. Semua yang diketik adalah impian yang tak tercapai. Setiap kata yang ada adalah harapan hidupku.

Hidup sempurna tokoh utama perempuan adalah impian yang sangat manis. Rasanya ingin bertukar posisi menjadi Clathria Vance yang hidup bahagia. Tetapi .....

"Hah! Di sini pun aku menjalani hidup sebagai gadis lemah yang bodoh."

Hela napasku menerbangkan beberapa debu. Aku memang memasuki dunia novel yang penuh impian itu, tetapi tidak sebagai Clathria. Melainkan sebagai Lilyana Van Breac. Seorang penyihir yang kuat. Tidak, tidak. Lyana sebenarnya bukan seorang penyihir berbakat. Dia menjadi seorang penyihir hebat karena kontrak dengan iblis.

Keluarganya merupakan penyihir alam. Kakak tertua memiliki kekuatan api, kakak kedua memiliki kekuatan bumi, dan kakak ketiga memiliki kekuatan pengendali tanaman. Sedangkan Lyana? Dia hanyalah sampah yang tidak memiliki kekuatan apapun di mata orang. Karena itu, Lyana mengambil darah ketiga saudaranya, menyerahkan kepada iblis dan menjadi pengendali alam untuk lima elemen.

"Dua elemen lain bonus penghancuran dari si iblis."

Lyana yang merupakan penyihir kuat menjadi sosok perempuan kejam berhati dingin. Karena itulah juga dia mati dengan cara yang keji.

"Agaknya aku mendukung apa yang dilakukan Lyana sebagai balas dendam akan lukanya. Sama seperti pemeran utama laki-laki yang balas dendam kepada Lyana dan keluarganya. Agak kurang adil, sih. Tapi, alurnya memang begini. Tapi alur ini aku sendiri yang menciptakannya. Hah, dasar."

Lyana mati karena perjanjian iblis dan serangan pemeran utama laki-laki yang membuatnya hancur menjadi abu. Setelah itu, rohnya juga terkunci dan tersiksa di neraka. Menyeramkan.

Awal datang ke dunia ini, aku ingin menjalani hidup tenang bersama ibu Lyana yang baik, menjalani semestinya alur. Tetapi, aku membatalkan hal itu, aku tidak ingin mati menjadi abu. Sebab sekarang yang berada di posisi Lyana adalah aku.

"Kalau aku tidak melakukan perjanjian dengan iblis, itu tidak akan terjadi. Kalau tidak serakah semua akan baik-baik saja. Toh, sebenarnya tokoh Lyana ini punya kekuatan yang memang bangkit terlambat."

"Tunggu saja kekuatan itu bangkit, ya intinya kekuatanku ada. Dan juga bisa hidup enak. Walau sering dibandingkan dengan kekuatan ketiga kakak tukang bully itu."

Aku membaringkan tubuh di atas kasur bekas. Kamar kecil yang reot, bahkan lebih buruk dari kamar pelayan.

"Lily?" Suara lembut itu menyapa telingaku.

"Ibu?" Aku bangkit melihat sosok perempuan cantik yang tersenyum lembut. Tangannya membawa nampan berisikan makanan.

"Ayo, kita makan."

Aku mendekati perempuan cantik itu, Sisilia namanya. Perempuan cantik yang menjadi ibuku, satu-satunya orang yang menghargai hadirku. Dia hanyalah selir dari Grand Duke Breac.

"Lain kali jangan membangkang," lirih Sisilia padaku. Dia adalah ibu yang baik. Sayang, usia Sisilia tidak panjang. Sebentar lagi, perempuan cantik dan baik ini akan mati karena sebuah perjalanan menuju utara-daerah yang terkenal dengan salju abadinya.

Aku baru saja dihukum. Itu karena aku yang membela diri akibat tuduhan dari Gisella Van Breac Kakak ketiga.

"Aku memang tidak bersalah, Ibu."

Sisilia menghela napas. Ia membelai surai berwarna putih keemasan milikku. "Ibu tahu," jawabnya.

"Ibu mau aku menerima kesalahan yang tidak aku lakukan?"

"Bukankah itu lebih baik daripada dihukum seperti ini?" tanya Sisilia.

"Tidak, aku tidak akan pernah melakukan itu. Aku tidak akan mau mengakui kesalahan orang lain sebagai kesalahanku."

Sisilia memasang wajah sedih. "Nak," panggilnya.

Aku menghela napas samar. Kemudian memeluknya. Sisilia mengkhawatirkan aku karena sayang. Tetapi, siapa yang mau mengalah untuk hal tak masuk akal.

"Aku dengar Ayah membawa beberapa orang dari luar?" tanyaku.

"Iya."

Aku menatap ke luar jendela. Sembari menggenggam cangkir berisi teh panas. Ini sudah menjadi awalnya. Awal penyiksaan si pemeran utama laki-laki. Gerald Del Variano.

TBC

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang