Nona Kecil ✔

21.5K 2.7K 8
                                    


Undangan kunjungan dari keluarga Kekaisaran, lebih tepatnya dari kediaman pangeran. Hari ini, aku akan datang mengunjungi kediaman Ren. Gaun berwarna biru muda yang nyaman dikenakan anak sebelas tahun, tidak terlalu banyak permata dan lapisan kain. Pakaian ini indah dan nyaman.

"Selesai!" seru Jennie yang sudah menghias rambutku sederhana. Ikat satu dengan rambut belakang digerai adalah gaya favoritku.

"Loye, sudah siap?" tanyaku pada seorang pemuda dengan pakaian ksatria, Loye tidak lagi mengenakan seragam pasukan bayangan. Sebab dia resmi menjadi ksatria penjagaku.

"Sudah, Nona."

Aku berjalan keluar dari kamar. Berjalan menuju kereta kuda kiriman pangeran yang sudah menunggu lama. Tepat di sisi pintu kereta, berdiri Gerald dan Asher. Aku meminta mereka ikut, tentu setelah izin dari Cleo.

***

Kediaman pangeran Ren mirip luasnya dengan kediaman Bearc. Aku yang sudah tiba turun dengan dibantu oleh Gerald.

"Terima kasih," ucapku sembari tersenyum. Ketika itu, bisa kulihat wajahnya yang kaget. Senyumanku manis sekali bukan? Pasti dia terpikat, haha. Tidak, itu mungkin karena aku yang selalu galak mendadak ramah. Makanya dia kaget.

"Selamat datang, Lady Bearc."

Aku membalas salamnya. Kepala pelayan kediaman pangeran, seorang pria berambut penuh uban dengan wajah keriput.

"Mari ikuti saya," ucap si kepala pelayan.

Sepanjang perjalanan, suara sepatu kami yang menghantam lantai marmer bergema di sudut ruangan. Perjalanannya agak jauh, kata kepala pelayan kami akan ke taman. Pangeran Ren menyiapkan ini karena dia tahu aku menyukai bunga.

Hem, harus diakui pangeran satu ini manis sekali. Tetapi, mengingat dia adalah si bengis yang menjadi tangan kanan Gerald, rasanya sifat manis ini agak tidak cocok untuk dia. Aneh saja rasanya.

"Nona kecil! Kau sudah tiba!" Suara seruan itu mengejutkanku. Astaga, dia mirip seperti Jennie. Mirip tingkah lakunya.

Begitu tiba dia mengecup punggung tanganku. Setelah embel-embel tata krama dilakukan barulah si pangeran kembali ke mode asli. Dia mengusap puncak kepalaku gemas.

"Kau pendek, Nona Kecil."

"Saya masih sebelas tahun, Yang Mulia."

"Begitukah? Tapi kau terlihat lebih kurus dari terakhir kita bertemu."

"Saya sakit beberapa hari setelahnya," balasku.

"Sakit?!" seru Ren panik. Itu reaksi berlebihan untuk kita yang baru bertemu dua kali, pangeran.

"Iya."

"Astaga Nona kecil," lirihnya dengan wajah memelas.

Di taman saat ini hanya ada aku dan Ren, dengan penjagaan ksatria Kekaisaran. Loye, Gerald, Asher, bahkan Jennie di suruh menunggu di luar taman. Jennie tadi sempat memohon masuk. Dengan alasan-alasan yang dikhawatirkan Jennie. Tapi, tetap tidak bisa. Yah, sejak awal aku sudah menduga keadaan akan tidak nyaman jika hanya dengan Ren di sini.

"Nona, aku ingin menceritakan sebuah rahasia," bosok Ren tiba-tiba.

"Heum? Apa itu?" tanyaku penasaran.

Dia menghela napas. Lalu menyandarkan punggungnya pada kursi. "Nona kecil, kau ini tidak bisa diajak bercanda, ya?" keluhnya sebelum hela napas berat kembali menguar.

"Aku seperti berbicara pada orang dewasa yang membosankan," kata Ren lagi.

Aku hanya tertawa. Kemudian menopang dagu dengan kedua tanganku. Menatap Ren dengan serius dan senyuman kecil.

"Maafkan saya Yang Mulia."

"Hah! Ini dia! Tidak ada tata krama dan bersikap natural. Kau baru Nona kecil. Yang manis," kata Ren dengan suaranya yang menggelegar bahagia. Jujur, awalnya aku mengira dia akan marah atas tindakanku karena dia berteriak kencang seperti itu.

Dia kemudian memindahkan posisi kursi. Kini kami duduk berdampingan. Ia mengangkat satu kakinya di atas kursi dan memakan camilan yang ada.

"Nona tahu tentang pangeran?" tanya Ren. Persis seperti seorang bapak-bapak di warung kopi.

"Pangeran?" beoku.

"Iya, kakakku yang hilang. Dia adalah pangeran yang harus menjadi Putra Mahkota, tetapi dia entah ke mana," ujar Ren dengan santai seolah kalimatnya itu bukan hal berbahaya yang diucapkan olehku. Wajahnya yang menceritakan tentang Gerald terlihat kecewa.

"Tolong jaga rahasia ini, aku bercerita karena lelah. Tidak ada yang mau mendengarkan ocehan pangeran ini, dan jujur saja menjadi putra mahkota tidak enak," keluhnya. Dia memasang wajah memelas.

Aku tertawa sumbang. Kemudian menatap Ren yang bersandar santai pada kursi. Sungguh jika seperti ini rasanya dia tidak terlihat seperti seorang bangsawan. Hanya anak biasa yang tidak mementingkan tata krama. Dia seperti orang di duniaku yang lalu. Menyenangkan.

"Kenapa Anda menceritakannya pada saya?" tanyaku.

Ren menatapku seketika, ia menatap intens sebelum tersenyum. "Karena Nona kecil adalah orang yang saya percaya."

"Kita baru bertemu, Yang Mulia. Bagaimana bisa Anda mempercayai seseorang dengan mudah?" tanyaku tak habis pikir.

Ren membenahi duduknya. Ia tegak menghadap ku. Memegang tanganku tanpa ragu. Kemudian mencubit hidung kecilku.

"Kita teman sekarang!" serunya.

Aku tertawa bersama dengan tawa Ren yang menggelegar. Sesaat aku bertanya, benarkah dia pangeran? Benarkah dia si haus darah yang membunuh banyak orang di medan perang di masa depan nanti? Rasanya sangat mustahil melihat sosoknya yang hangat dan ceria seperti sekarang.

Dia menjadikan aku yang baru ditemui sebagai teman. Benar-benar ceroboh, bagaimana ada orang seperti dia di dunia yang kejam ini?

"Nona kecil, sungguh sekarang aku berharap Kaisar cepat bertemu dengan Kakak. Agar aku tidak dipaksa menjadi yang terbaik untuk bisa mencapai tahta lagi," ucapnya.

Aku terdiam. Kemudian tersenyum singkat. Dia benar-benar ceroboh. Jika aku ini orang jahat, jika saja aku mau berniat jahat, informasi ini, dan kepercayaannya ini bisa saja aku manfaatkan. Dasar.

Tatapi, mendengar kalimatnya, paksaan untuk mencapai tahta, tanpa dikatakan juga aku tahu siapa yang memaksa itu.

"Hah, maaf sudah menjadikan pertemuan ini menyedihkan." Ren tertawa sumbang, kemudian dia berdiri dan mengarahkan tangannya kepadaku. "Nona, maukah Anda berkeliling taman bersamaku?" tawar Ren.

Dia ceroboh atau dia memiliki niat lain? Rasanya kedua hal ini berbeda tipis. Aku ragu mempercayainya. Namun, jika tidak percaya pun kita tidak bisa langsung menunjukkan hal itu, dia pangeran dia adalah calon penerus jika Gerald gagal, meskipun Gerald tidak akan gagal. Ren adalah orang penting, sekarang di sekitar kami hanya ada orang-orangnya. Jika dia ada di pihak Gerald dan berniat membunuhku. Jika semua ini rencana jahat mereka untuk mengakhiri hidupku. Apa yang bisa aku lakukan? Di sini aku hanya punya Loye, yang masih belum sepenuhnya kupercaya.

Entah apa yang akan terjadi. Aku tidak peduli. Terserah bagaimana takdir di sini menentukan hidupku. Karena takdir, sudah menjadi ketetapan. Bahkan menjadi teman Ren dan masuk ke dalam dunia ini adalah bagian dari takdir. Jadi, jalani saja. Ya, memang akhir setiap manusia itu adalah kematian, 'kan?

"Baiklah, ayo berkeliling Yang Mulia!" Jika dia berpura-pura baik, maka aku akan melakukan hal yang sama. Mari ikuti permainan ini, dan saksikan sampai sejauh mana semuanya berlangsung.

TBC

Vote komen please. Soalnya udah Triple update nih, huehehe.

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang