"Nona kecil! Nona kecil! Di sini! Ayo ke sini!"Baru saja Lyana turun dari kereta dengan pakaian perburuan yang anti ribet, ia sudah disapa oleh Ren yang sibuk berteriak memanggil namanya. Bahkan pangeran itu tidak peduli dengan tatapan sinis beberapa bangsawan yang sudah tiba di area perburuan.
Gadis kecil itu berlari kecil menghampiri Ren. Pemuda itu langsung menyapanya dan membelai puncak kepala Lyana. Seperti seorang kakak pada adiknya.
Dari kejauhan, ada dua pasang mata yang tidak senang menatap interaksi keduanya.
"Semangat! Aku yakin kau akan menang!" ujar Ren yang bahkan lebih semangat dari Lyana. Begitulah Ren.
"Heum!" Lyana mengepalkan tangan menunjukkan semangatnya.
"Nona, kudanya sudah siap." Gerald datang mendekati Ren dan Lyana, dia mengenakan pakaian pemberian Lyana, datang dengan gagah dan tampan.
'Benar-benar pangeran,' batin Lyana yang terkesima dengan penampilan Gerald. Padahal pakaian yang diberikannya hanya sebuah kemeja hitam yang sedikit bagus dari yang biasa dipakai Gerald, serta celana baru yang baru pastinya. 'Laki-laki pake baju item ngga ada obat, njir,' batin Lyana lagi yang bersorak senang dalam hati. Gila, jantungnya seperti akan meledak melihat penampilan Gerald yang super.
"Baiklah, ayo," ucap Lyana. Jujur saja, sekarang Lyana masih gemetar karena ketampanan Gerald.
***
Semua kuda sudah siap di garis mulai. Hars dengan kuda berwarna cokelat yang gagah, pemuda itu sudah siap dengan busurnya. Kleand dengan kuda cokelat bersurai putih. Gisella dengan kuda putih yang elegan, dan Lyana dengan kuda agak pendek berwarna hitam.
"Vee, kau sudah siap?" bisik Lyana pada kudanya sembari mengusap surai putih Vee. Kuda dengan surai putih dan bulu dominasi hitam itu menyahut dengan suara nyaring, membuat Lyana tersenyum lebar.
Posisi Cleo sebagai pemimpin sekaligus juri perburuan berada di tengah lapangan, bersama sang kaisar dan beberapa petinggi lain.
Keempat anak Bearc sudah siap di atas kuda, dengan busur dan panah. Masing-masing dari mereka juga ditemani satu orang. Seharusnya Lyana ditemani Loye, tapi gadis itu menolak karena sudah berjanji akan berburu bersama Gerald di pertandingan hari ini.
Suara terompet terdengar, dan semua anak Bearc mulai memacu kudanya. Sorakan para tamu terdengar keras. Yang paling menonjol sih, Ren.
"Nona kecil! Dapatkan singa sebagai hasil buruanmu!" teriaknya Ren yang mengalahkan sorakan para bangsawan lain.
***
Di tengah hutan yang rindang. Lyana masih belum dapat seekor pun buruan. Ia hanya terus berkeliling bersama Gerald dengan kudanya.
"Wah, lihat siapa yang kita temui." Gisella mendekati Lyana dan Gerald yang sedang memantau sekitar.
Wajah Gisella tampak sangat menyebalkan seperti biasa. Dia adalah villain yang tidak berkelas sama sekali. Tidak ada taktik dua wajah seperti Lyana. Yah, memang Lyana adalah Villain terbaik di sini. Sedang Gisella adalah orang bodoh yang selalu membuat onar.
"Apa yang kau lakukan di sini adik kecil?" tanya Gisella dengan suara sombongnya.
Lyana jengah. Sungguh. "Tentu saja berburu, tidak mungkin saya di sini dengan busur dan panah tapi malah piknik seperti Anda sekarang, Kakak," balas Lyana yang sedikit tertawa mengejek setelah melihat tampilan Gisella yang seperti akan menghadiri pesta minum teh.
Setelah merasa balasannya sudah cukup, Lyana hendak memacu kudanya lagi. Tetapi, si biang onar kembali membuka suara.
"Kau ke sana? Apa yakin? Di sana tidak akan ada buruan," ucapnya meremehkan.
"Tidak akan ada yang tahu jika tidak dilihat langsung," balas Lyana tajam.
Lyana tetap memacu kudanya. Tetapi mendadak ia terjatuh. Vee tampak kesakitan dan tidak bisa bergerak. Kuda itu terbaring di atas tanah dengan ringisan yang menyedihkan. Kaki kuda tersebut jelas terjerat tanaman sihir Gisella hingga terluka.
"Vee!" teriak Lyana panik.
"Ahaha! Kau memberi kuda ini nama? Lucu sekali! Sangat manis ya adik kecilku ini. Tidak hanya berteman dengan budak kau juga berteman dengan binatang, ya?" Gisella hanya menyerang Vee, dia juga mulai menyerang Gerald yang berdiri di sisi Lyana.
"Gisel—emph!" Mulut Lyana tertutup daun dari tanaman menjalar yang mengikatnya juga. Gadis itu sibuk meronta, tetapi tanaman itu kian erat mengikatnya.
"Kakak, Lyana. Aku ini kakakmu," ralat Gisella dengan wajah sombongnya yang merasa senang atas apa yang sudah dilakukannya sekarang.
Gadis bermata emerald itu mengangkat Lyana dan Gerald dengan sihirnya. Menggerakkan tanaman menjalar yang mengikat keduanya menuju sebuah goa yang tak jauh dari mereka. Goa yang tertutup tanaman menjalar yang berbeda tetapi tanaman itu dalam kendali Gisella.
Gerald dan Lyana dilempar masuk ke dalam goa. Kepala Lyana membentur batu dan tubuhnya tertabrak Gerald yang dilempar masuk setelah dirinya.
"Nona! Maaf!" Gerald langsung berteriak begitu ia merasa menubruk tubuh kecil Lyana. Pemuda itu ingin mendekati Lyana dan mengecek keadaan gadis kecil itu tetapi, sihir Gisella belum hilang.
"Ugh!" Lyana meringis kesakitan. Dia masih berusaha melepaskan tanaman sihir itu. Tetapi, hasilnya nihil.
Pintu goa perlahan-lahan tertutup oleh tanaman sihir berlapis-lapis. Perlahan juga sihir yang mengikat Gerald dan Lyana hilang. Suasana goa menggelap. Gerald merangkak berusaha mencari Lyana. Saat tangannya menyentuh kaki Lyana, Gerald langsung segera mendekat.
"Nona, bagaimana keadaan Anda?" tanya Gerald yang masih berusaha melihat sosok Lyana. Setelah berkonsentrasi penuh, barulah bisa terlihat Lyana yang terus meringis kesakitan. Gerald meraba kepala Lyana yang tadi sempat terbentur, dan Gerald bisa merasakan basah di atas kepala Lyana, cairan anyir yang langsung membuat Gerald panik.
"Anda terluka!" teriaknya panik.
"Ssh, ini hanya luka kecil," sahut Lyana sembari menegakkan tubuhnya. Menahan sakit di kepalanya.
Gerald mengeratkan rahang karena kesal. Lagi dan lagi gadis kecil ini bertingkah sok kuat dan sok dewasa.
"Kita harus keluar." Lyana berdiri dengan pijakan tidak stabil. Geral terus menatap Lyana, dia hanya ingin melihat sejauh mana gadis kecil itu akan bersikap sok kuat begini.
Kemudian dengan sihirnya ia menciptakan pedang sihir.
Gadis itu terus berusaha menebas tanaman tersebut tetapi setiap satu bagian kecil terpotong maka tanaman yang semula tipis semakin membesar. Tanaman itu semakin tebal dan kuat.
"Sial!" Gerald berseru seraya menarik belati yang ada di sabuknya. Berusaha memotong tanaman tersebut, tetapi hasilnya sama saja. Gerald juga kesal melihat Lyana yang masih saja tegak meski keadaannya tidak baik-baik saja.
"Hah! Aku lelah." Lyana terduduk di dekat pintu. Begitu juga dengan Gerald.
"Anda yakin baik-baik saja?" Pemuda itu kembali ingat luka Lyana.
"Sudah tidak sakit."
"Benarkah?" tanya Gerald lagi.
"Heum."
Suasana hening tiba-tiba, Gerald yang mendapati Lyana terdiam di satu posisi merasa aneh. Ia bergerak sedikit mendekat lagi. Mengecek keadaan Lyana.
"Nona, Nona Anda ti——" Gerald berhenti bersuara saat mendengar dengkuran halus Lyana.
"Padahal sedang dalam bahaya, tapi malah tertidur," lirih Gerald sembari menggelengkan kepalanya. Kemudian ia mendekatkan diri, membiarkan Lyana bersandar padanya. Tapi apa benar dia tidur? Gerald mengecek luka itu, dia gusar karena tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. Gerald kurang tahu hal seperti ini karena selalunya Jennie yang membantunya mengobati luka.
"Lyana, kau ceroboh. Apa kau tidak takut padaku yang seorang laki-laki ini?" imbuhnya lagi tanpa ada sahutan dari Lyana yang sudah lelap tertidur. Gerald tertawa, dia menyelipkan anak rambut Lyana ke belakang telinga. Melihat lamat-lamat wajah cantik anak itu. Lantas tersenyum simpul.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Male Lead [SELESAI] (REVISI)
FantasyHighest Rank #2 in Isekai [08/08/2022] #25 in Fantasi [09/08/2022] #2 in Kerajaan [10/08/2022] #3 in Duke [10/08/2022] #2 in Reinkarnasi [10/08/2022] #11 in fantasi [12/08/2022] #1 in Putri [16/08/2022] #7 in Timetravel [16/08/2022] *DILARANG PLAGIA...