Titah ✔

16K 2K 33
                                    


Tiga hari lamanya, Lyana hanya diam di kamar. Tidak ada semangat hidup di mata biru yang indah itu. Lyana tidak lagi makan dengan teratur. Wajahnya pucat dan selalu memakai pakaian tidur.

"Hari ini cuacanya cerah, tidakkah adikku yang cantik ini ingin berjalan-jalan di taman bunga?" Ren membawa bunga, menari-nari di hadapan Lyana yang lurus menatap tembok kamar. Tatapan kosong seolah yang ada sekarang hanyalah tubuh, tidak dengan jiwanya.

Ren menangis. Pemuda itu pergi keluar dan menghapus air matanya. Di depan pintu ia bertemu dengan Kleand yang menghela napas berat. Matanya menyorot sendu. Hars dan Jennie ikut berdiri di depan pintu kamar.

Lyana berbeda sejak kabar kematian itu.

Bukan rahasia lagi jika belakangan sebelum Revan meninggal Lyana terus bertukar surat dan terlihat dekat.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Kleand yang masih menatap adiknya sendu.

"Tidak tahu kapan dia akan tersenyum lagi," balas Hars.

"Adikku," lirih Ren sedih.

***

Di kamar yang mewah, berhias beberapa furnitur yang berlapis emas dan belian.

Sang kaisar terbaring lemah. Sakitnya semakin parah. Dan sekarang Cleo sedang ada di sisinya sebagai orang terpercaya, begitu juga dengan Gerald.

Sang kaisar menyerahkan gulungan kertas kepada Fernando yang merupakan ajudannya.

"Hari ini di hadapan kalian, aku menganugerahkan posisi istri dari anakku Gerald Del Variano, yang akan menjadi permaisuri masa depan kepada Putri yang manis dan luar biasa dari keluarga Bearc, Lilyana Van Bearc."

Cleo yang mendengar itu agak terkejut. Ia menerima gulungan itu, gulungan dengan dua salinan untuk Cleo dan Gerald.

"Terima kasih atas kehormatan ini, Baginda." Begitu ucap Gerald dan Cleo bersamaan.

Keduanya saling menatap. Cleo dengan tatapan yang sulit diartikan beradu dengan sinar emas dari mata Gerald yang memancarkan kebahagiaan.

***

"Lily, kau akan menikah! Dengan Gerald! Bukankah dia laki-laki yang hebat?! Dia akan menjadi kaisar dan kau akan menjadi permaisurinya."

Lyana masih diam, tak merespon kalimat Jennie. Hanya kepalan tangan penuh emosi yang menjadi hal utama tentang respon Lyana.

Lyana tahu itu, ia tahu tentang kabar tersebut. Kabar gembira yang cepat tersebar. Tetapi, beberapa itu tampaknya tidak begitu.

Gaun putih gading yang berhias permata datang dari istana Kekaisaran, bersama dengan beberapa hal lainnya.

Semua orang sibuk karena pernikahan yang harus segera dilaksanakan mengingat kondisi kaisar dan titahnya yang diminta untuk dilakukan sebelum kaisar tiada.

***

Hari berikutnya. Ballroom kediaman Bearc begitu ramai. Segala macam hal digantung indah dan menghiasi setiap sudut kediaman. Lyana yang tengah dirias tampak diam saja seperti biasanya.

"Lyana." Kleand menepuk pundak adiknya yang masih diam.

"Aku baik-baik, saja, Kak." Lyana yang lama tidak mengucap kata-kata, baru kali ini ia membalas Kleand.

"Kau berbicara?"

Lyana tersenyum melihat keantusiasan Kleand. Gadis itu mengangguk dan kemudian memeluk Kleand.

"Hei! Aku juga!" Ren berlari dan bergabung memeluk Lyana.

Gadis itu hanya tersenyum kecil. Tidak tertawa.

Setelah Kleand dan Ren, Jennie serta Hars memasuki ruangan Lyana. Jennie dengan lembut mengusap puncak kepala Lyana. Menatap adik iparnya sedih.

"Semoga bahagia," harapnya.

"Terima kasih, Kakak Ipar," balas Lyana.

Hars merentangkan tangannya. Membiarkan Lyana memeluk tubuh hangat Hars. Pria itu memeluk Lyana sayang. Kemudian mengecup puncak kepalanya singkat.

"Meskipun kejam dan berhati dingin, dia adalah pria yang baik." Begitu ucap Hars ketika dia memeluk adiknya.

"Aku tahu," sambar Lyana.

"Sudah selesai?" Suara Cleo membuyarkan segalanya.

Pria itu memasuki ruangan juga. Menggerakkan tangan sebagai kode menyuruh yang lain keluar dari sana. Dengan tidak rela yang lain keluar, meninggalkan ayah dan anak itu.

Lyana menatap manik indah Cleo.

"Kau mencintai Sir Revan, 'kan?" tanya Cleo.

"Ayah mengetahuinya?"

"Tentu saja, kau ini putriku, Lyana."

Perempuan berambut keemasan itu menunduk. "Cinta itu sudah harus terkubur, Ayah."

Cleo mengusap puncak kepala putrinya. Kemudian memeluk Lyana erat. Rasanya baru kemarin putri kecilnya mengendarai kuda dengan kaki pendek yang mungil. Sekarang, putrinya sudah akan menjadi milik orang lain. Air mata Cleo bahkan menetes karena dirasa belum rela melepaskan Lyana.

"Ayah?" Lyana menghapus air mata itu. "Aku baik-baik, saja."

"Ayah tahu, karena Gerald adalah pemuda yang baik." Lagi dan lagi orang memuji Gerald. Padahal pemuda itu adalah orang yang kejam.

Cinta macam apa yang dimiliki orang itu hingga membuat orang yang dicintainya bersedih? Jika cinta, seharusnya Gerald merelakan Lyana bahagia dengan Revan. Rasanya Lyana masih belum lupa bagaimana sakitnya hati dan fisik Lyana setelah malam itu. Pemuda tak tahu malu dan pemaksa itu begitu kejam.

Lyana mendesis kasar. Baik, kata mereka? Rasanya tidak.

Lyana semakin yakin ini bukan dunia imajinasinya. Di mana Gerald adalah tokoh utama. Karena Gerald yang ia tahu meskipun dingin dia masih memiliki hati yang lembut.

Pernikahan ini hanyalah formalitas. Formalitas untuk semua orang. Dan akan menjadi jalan balas dendam untuk Lyana. Hati kecilnya, masih tak rela karena kebahagiaan yang diharapkan di dua kehidupan hancur begitu saja.

Lyana mencengkeram gaunnya. Wajahnya mengetat.

"Lihat saja, kau akan merasakan apa yang aku rasa, Gerald," gumam Lyana.

TBC

Kok nggak ada perubahan kak setelah Direvisi?

Kamu nanyeak? Kamu bertanyeak-tanyeak? Ini aku jelasin yaa.

Aku ubah bagian ending, tapi aku tetep revisi typo dan kalimat nggak enak dibaca. Gituu. Rawr

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang