Jadi Antagonis ✔

29.4K 3.5K 16
                                    


Aku menoleh ke luar kereta. Gerald bersama dua orang budak berjalan tanpa alas kaki. Padahal cuacanya dingin, dan juga ini sudah sangat jauh mereka berjalan. Sejak tadi, aku baru sadar kalau mereka keluar tanpa alas kaki dan hanya berbekal mantel bekas untuk terlindung dari dingin.

"I-ibu," panggilku.

Sisilia menoleh dengan senyuman hangatnya. Ketika itu, jantungku berdesir. Ah, dia Ibuku yang cantik dan baik.

"Ada apa?"

Aku mengeluarkan beberapa alas kaki. Hanya sandal biasa yang aku buat dari benang wol. Itu untuk di dalam rumah maksudnya. Tapi, melihat keadaan tiga budak di luar termasuk Gerald. Rasanya aku sangat sedih. Kaki mereka pasti sakit.

Rajutanku tak buruk. Ya wajar, tangan kecil anak sepuluh tahun ini tidak bisa membuat rajutan itu cukup kuat. Jadi, karena mudah rusak aku membawa lima sekaligus untuk berjaga-jaga. Diantara lima aku mengambil tiga pasang sepatu rajut itu. Lebih tepatnya kaus kaki sih.

"Bisakah ibu memberikannya pada ketiga budak itu? Aku tidak tega melihat mereka bertelanjang kaki. Ini terbuat dari benang wol, memang bentuknya kecil, tapi untuk dipakai ketiganya itu pasti bisa agak merenggang."

"Kenapa tidak kamu saja?" tanya Sisilia dengan senyuman lembutnya.

Aku terdiam sesaat. Kemudian terkekeh canggung. "Sudahlah, Ibu saja yang berikan." Kembali aku diam. Memikirkan alasan yang jelas dan kuat.

"Rasanya sangat menakutkan jika para ksatria memberikan kabar tentangku ke ayah nantinya. Ibu tahu bukan? setiap tindakan kecilku selalu diperhatikan. Sudah seperti tawanan. Karena itu juga bawahan ayah ikut dengan kita."

Sisilia tertawa. Sedang aku memasang wajah canggung. Sebenarnya aku sungguh kesal karena perlakuan keluarga Bearc. Selain karena diawasi juga oleh mata-mata, aku juga begitu karena aku ingin menjalani peran. Aku tidak mau mengubah takdir tentang Gerald. Aku mau semuanya berjalan baik dan tidak ada masalah kedepannya. Tujuanku itu hanya untuk hidup tenang, bersama Sisilia.

'Hasil gabutku berguna juga,' batinku saat melihat Sisilia mulai membuka jendela kereta kuda. Dan mulai menatap Gerald dan dua budak lainnya.

"Nak," panggil Sisilia ke salah seorang remaja perempuan dengan rambut cokelat yang diikat satu.

"Ya, Nyonya?" jawabnya cepat. Dengan wajah yang manis dia tersenyum.

"Pakailah ini untuk melindungi kaki kalian," ujar Sisilia menyerahkan tiga sandal rajut itu.

Aku bisa mendengar seruan bahagia gadis itu dari dalam kereta. Kecuali Gerald dan seorang yang lebih dewasa dari Gerald. Meskipun begitu, Gerald dan satu teman pendiamnya tetap memakai pemberian Lyana.

Tidak sia-sia di kehidupan dahulu aku belajar merajut dari nenek untuk menghilangkan bosan, di dunia ini aku bosan juga, jadi aku meminta benang wol dari Sisilia dan membuat ini. Bahkan ....

Aku melirik ke arah Sisilia. Tepat di lehernya, ada syal cantik yang aku buat. Menghangatkan bagian atas tubuh Sisilia. Ah, Sisilia memang selalu berhasil membuat aku rindu dengan ibuku di kehidupan lalu, ibu yang sudah entah ke mana di hari kematianku(?)

"Ibu, aku menyayangimu!" teriakku bahagia. Takdir memang baik, rencananya selalu baik, meskipun rencana tentang takdirku sedikit aneh.

Angin mendadak berembus kencang. Masuk ke dalam ruangan kereta kuda. Aku yang memeluk Sisilia tertegun, ingatan tentang kecelakaan kereta membuatku langsung panik.

Aku melongokkan kepala melalui jendela kereta, melihat sekeliling. Kami ada di perbatasan wilayah Duchy Bearc. Di sini terdapat desa kecil yang nyaman. Sedang di depan adalah jurang yang jalan untuk melewatinya penuh salju.

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang