"Itulah yang saya ketahui, Yang Mulia."Gisella sudah tidak lagi bisa menahan kesal. Ia mengepal tangan, mana milik Gisella siap dilayangkan untuk menyerang Jennie. Sihir kuat itu pasti akan membunuh Jennie jika saja tidak dihalangi dengan perisai es Lyana.
"Biarkan semua berjalan dengan lancar, Nona," ucap Lyana dengan suara tenang. Dia tersenyum ketika arah Gisella. Rahang Gisella mengeras. Ia menatap tajam sosok Lyana yang senang dengan kemenangannya.
"Huh!" Gisella memalingkan wajah. Dia menatap Cleo dengan sangat memohon.
"Yang Mulia." Gerald yang sedari tadi diam kini angkat bicara. "Sebagai satu-satunya saksi di lokasi kejadian bersama Nona Lyana, saya ingin bersaksi juga."
"Silakan."
Gerald melakukan hal yang sama seperti dilakukan Jennie, ia bersumpah darah atas nyawanya. Jujur saja, Lyana kaget dengan apa yang dilakukan Gerald. Bagaimana bisa dia membela Lyana yang jelas-jelas suatu saat nanti pasti akan menjadi musuh.
"Perkataan Jennie sepenuhnya benar, saat itu Nona Gisella menyerang kami dan mengurung kami, bahkan dia menyiapkan seekor siluman rubah yang siap untuk membunuh kam—"
"Ing." Suara imut itu menghentikan suara Gerald yang lantang menjelaskan. Semua orang menatap seekor rubah dengan permata jernih di dahinya, rubah itu mendekati Lyana.
"Hah! Ayah, lihatlah rubah itu justru dekat dengan Lyana, ini pasti tipu muslihatnya. Semua yang dikatakan pelayan dan budak itu adalah karangan Lyana untuk menjebakku! Mereka berdua dekat dengan Lyana, wajar jika mereka bersekutu!" teriak Gisella membuncah, ketika dia merasa mendapatkan kesempatan terbaik.
"Grrrh!" Rubah itu menggeram saat melihat sosok Gisella. Rubah berwarna putih itu melompat ke dalam pelukan Lyana dan menggerang lagi pada Gisella. Mata hewan tersebut jelas menampakkan kebencian terhadap Gisella.
"Bahkan hewan itu saja tahu siapa yang bersalah di sini," cibir Gerald.
"Kau!" seru Gisella sembari menunjuk Gerald dengan jarinya. Urat kepala Gisella tampak sangking kesal dan tertekannya dia atas situasi yang memberatkan ini.
"Gisella Van Bearc!" seru Cleo menghentikan kelakuan Gisella. Tatapan tajam Cleo berhasil membungkam semua orang. "Kau bersalah," putus Cleo
"Ayah saya——" Gisella yang mendengar itu masih berusaha membela diri tetapi itu tidak menggoyahkan keputusan Cleo.
"Kau akan dikurung di kamar belakang selama delapan tahun ke depan," putus Cleo yang berhasil membuat semua orang tercengang.
Semua orang tampak tak habis pikir dengan keputusan Cleo. Hukuman itu terlalu ringan untuk kesalahan Gisella. Padahal kejahatan Gisella sangat fatal, ia sudah melakukan percobaan pembunuhan bahkan juga mencoba menjebak Lyana dalam hal yang jelas bukan Lyana pelakunya. Itu adalah kesalahan yang pantas untuk dijatuhi hukuman mati. Karena Gisella sudah melanggar dua hal penting.
Para ksatria membawanya ke kamar belakang. Mereka membawanya dengan terpaksa, cengkeraman kuat pada dua lengan gadis itu adalah awal siksaan atas kejahatannya. Gisella dibawa ke kamar suram yang mirip seperti penjara, tetapi lebih sedikit layak dihuni. Ruangan itu gelap dan pengap. Jendelanya ditutup tanaman merambat abadi akibat sihir nenek moyang Bearc. Ini adalah tempat hukuman para keturunan Bearc sebelumnya.
Lyana hanya diam. Ia menatap Cleo dengan senyuman sinis. 'Memang anak kesayangan Grand Duke.' begitu batin Lyana yang kesal atas keringanan hukuman untuk Gisella. Wajarlah, mana mungkin Cleo rela menghukum putri tercintanya. Lyana memberi salam perpisahan kepada Cleo sebelum pergi meninggalkan ruangan utama. Dia muak dengan semua drama keluarga ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Male Lead [SELESAI] (REVISI)
FantasyHighest Rank #2 in Isekai [08/08/2022] #25 in Fantasi [09/08/2022] #2 in Kerajaan [10/08/2022] #3 in Duke [10/08/2022] #2 in Reinkarnasi [10/08/2022] #11 in fantasi [12/08/2022] #1 in Putri [16/08/2022] #7 in Timetravel [16/08/2022] *DILARANG PLAGIA...