Setelah acara perayaan kedewasaan empat belas hari yang lalu. Ada banyak sekali undangan dari nona-nona bangsawan untuk Lyana. Undangan minum teh, pesta dansa, dan lain sebagainya. Namun, satu yang menarik perhatian Lyana. Undangan pesta dansa di kediaman Vance. Lyana senang diundang oleh pemeran utamanya. Ah, tidak. Clathria bukan tokoh fiksi.Iya, Gerald, Clathria, dan semua orang yang ada di sini adalah orang sebenarnya di dunia yang berbeda. Bukan tokoh fiksi yang Lyana buat.
Gerald sudah diangkat menjadi putra mahkota. Tepat lima hari usai pesta kedewasaan Lyana. Tentu saat itu Lyana datang bersama semua anggota keluarga.
Sungguh saat melihat penobatan itu Lyana menangis haru mengingat semua perjuangan Gerald.
"Lyana, menurutmu bagaimana Yang Mulia Putra Mahkota itu?" tanya Jennie.
"Kakak Ipar, ada apa dengan pertanyaanmu itu?"
Sejak pesta kedewasaan semua orang pasti sering menyinggung Gerald dalam setiap pembicaraan.
"Aku hanya bertanya," balas Jennie yang kini sedang memasukkan gula ke dalam cangkir berisikan teh. Mereka ada di tengah taman, menikmati waktu sore bersama ditemani teh menenangkan yang dibawa Hars dari wilayah Utara.
"Dia adalah laki-laki hebat, dia tampan, dan berwibawa," jawab Lyana seadanya yang bagi Lyana itulah pendapat positif tentang Gerald.
"Begitu, ya?" sahut Jennie ketika ia sempat diam menatapi wajah Lyana.
"Heum."
Jennie tertawa sumbang. "Sungguh, kau gadis berhati dingin, Lyana."
"Aku?" tanya Lyana meyakinkan pendengarannya. Dia menunjuk dirinya dengan jari telunjuk. Wajah gadis itu bingung. 'Darimana dinginnya hatiku? Jelas aku menyayangi mereka meski aku sudah menderita. Jika memang aku gadis berhati dingin, aku akan selalu mendendam.'
"Hah, dasar anak ini," geram Jennie sembari mencubit pipi Lyana.
***
"Lady Bearc, Anda datang sendiri?" tanya Bianca. Mendengar itu Lyana hanya tersenyum canggung.
"Tidak, aku datang bersama kusir," canda Lyana.
"Hah, dasar."
Beberapa tamu lain banyak yang menatap Lyana. Salah satu sosok yang bersinar di bawah lampu kristal yang indah. Gaun biru Lyana tidak bertabur permata, tetapi kain yang lembut dan berkilau menjadi daya tarik Lyana. Gaya Lyana sederhana tetapi elegan.
"Yang Mulia Putra Mahkota?" Suara kaget Bianca langsung menyadarkan Lyana. Gadis itu menoleh dan memberi salam bersamaan dengan Bianca.
"Lady, maukah Anda menari satu lagu dengan saya?" Gerald mengulurkan tangannya ke hadapan Lyana.
Agak kaget saat Gerald mengajaknya berdansa. Dengan gerakan kaku Lyana pun membalas uluran tangan itu. Tangan Gerald yang dua kali lipat lebih besar dari tangan Lyana berbalut sarung tangan putih yang lembut. Tangan mungil Lyana digenggam erat seolah enggan untuk dilepaskan.
Lyana mulai meraih bahu Gerald dan pemuda itu memeluk pinggangnya. Sejenak Lyana kaku saat pemuda itu menarik lebih dekat dari siapapun yang mengajaknya berdansa selama ini. Bahkan detak jantung Gerald terdengar meskipun samar.
Mereka mulai berdansa, Lyana yang hanya sebatas dada Gerald tak berani mendongak.
"Lyana?" panggil Gerald.
"Ya?" Akhirnya Lyana mendongak. Mendapati Gerald yang menatapnya dengan senyuman lembut. Tatapan yang seolah sejak tadi menanti dirinya untuk membalas tatapan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Male Lead [SELESAI] (REVISI)
FantasyHighest Rank #2 in Isekai [08/08/2022] #25 in Fantasi [09/08/2022] #2 in Kerajaan [10/08/2022] #3 in Duke [10/08/2022] #2 in Reinkarnasi [10/08/2022] #11 in fantasi [12/08/2022] #1 in Putri [16/08/2022] #7 in Timetravel [16/08/2022] *DILARANG PLAGIA...