Epilog

34.6K 2.5K 190
                                    


Bukan cinta namanya jika kau memaksakan segalanya. Itulah yang selalu aku percaya, bukan cinta namanya jika kau tega membuat orang yang kau cintai menangis hanya untuk senyuman bahagiamu saat bersamanya. Itu hanya obsesi.

"Bagaimana harimu?" tanya Lyana kepada Clathria. Gadis itu tersenyum dengan wajah pucatnya.

"Hanya menunggu waktuku tiba."

"Kau bisa saja mengelak dari hukuman itu," ucap Lyana lagi.

Clathria tersenyum. "Aku yang berusaha melukai dan menghabisi keluarga kerajaan, tidak pantas untuk hidup. Bahkan Gerald—"

"Hei, jangan bahas itu lagi, hem?" Lyana tersenyum menggenggam tangan dingin Clathria.

Gadis itu tersenyum lagi, kemudian dia mengusap wajah Lyana. "Aku sekarang mengerti kenapa Gerald begitu mencintaimu. Semoga kau bahagia selalu, Lyana. Tetaplah tersenyum."

***

Itu adalah pertemuan terakhir Lyana dengan Clathria sebelum gadis itu dieksekusi.

"Ibu," panggil seorang anak laki-laki berusia tiga tahun. Anak itu menggenggam jari telunjuk dan jari tengah Lyana bersamaan.

"Hey, Arnold? Ada apa?"

"Dia tidak ingin belajar," sahut Gerald dari arah belakang.

Lyana menoleh, menatap Gerald yang datang dengan kemeja basah dengan keringat, habis latihan.

"Ibu," rengek Arnold putra mereka. Lyana tersenyum, dia berjongkok sembari mengusap wajah putranya.

"Sayang, apa kamu menyayangi Ibu? Kalau begitu jadilah hebat untuk melindungi Ibumu. Jadi, jika anak Ibu hebat juga, artinya suatu hari nanti Ibu akan punya dua ksatria hebat!" seru Lyana sembari merangkul sang suami dan masih menggenggam putranya.

"Begitukah? Baiklah!" seru Arnold yang kemudian berlari meraih pedang kayu untuk berlatih lagi dengan ayahnya. Gerald tertawa singkat.

Lyana tersenyum melihat kebersamaan mereka. Lyana merasakan perubahan pada diri Gerald sejak kejadian itu. Dia lebih mudah tertawa, tidak sekaku dulu. Mengingat kejadian saat itu, Lyana kembali mengingat rasa takut kehilangan yang hampir terulang. Ibunya di dia kehidupan pergi meninggalkannya, dan ketika itu rasanya Lyana tak bisa membayangkan jika harus kehilangan seseorang yang paling berharga lagi.

Akan tetapi, rasa bahagia menyelimuti Lyana kala Gerald benar-benar dinyatakan baik-baik saja.

"Aku bersyukur, dikehidupan ini kebahagiaan itu didatangkan untukku. Memiliki keluarga kecil bersama Gerald yang tak pernah aku bayangkan, dikelilingi keluarga yang menyayangiku. Ayah, kakak-kakak yang baik, hingga para ksatria dan pelayan. Kebahagiaan ini, semoga berjalan untuk waktu yang panjang."

TAMAT!

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang