Gadis Kecil yang Kejam ✔

20.2K 3K 13
                                    


Mata biru Gerald tak lepas dari sosok Lyana yang tampak tenang menghadapi ocehan Gisella yang terus memprovokasi dirinya. Gadis yang tingginya hanya sebatas seratus dua puluh centi meter itu hanya diam dan sesekali membalas dengan tajam.

"Dia benar-benar berbeda dari kemarin," gumam Gerald.

Sudah kesekian kalinya Gerald duduk jauh mengawasi Lyana. Gadis kecil yang lemah dan selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk mendapatkan perhatian keluarganya dahulu berubah menjadi gadis dingin yang bahkan tidak peduli dengan perhatian keluarga lagi.

Mata biru Lyana yang memancarkan ketegasan seolah berkata jika dia tidak membutuhkan kasih sayang orang lain. Lebih tepatnya, ia tidak ingin lagi mengemis kasih sayang.

Dari kejauhan ini, mata biru yang tercipta dari ramuan ini agak mempersulit pandangan Gerald. Pemuda tersebut sedikit mencuci bagian matanya, hingga efek ramuan itu menghilang. Barulah pandangannya jelas melihat Lyana dan Gisella yang sekarang sedang berlatih memanah.

Perburuan tahunan keluarga Bearc adalah tradisi sejak Grand Duke pertama. Setiap musim semi mereka akan melakukan perburuan. Acara ini juga mengundang beberapa orang pendukung dan orang yang dihormati oleh keluarga Bearc.

Perburuan tahunan keluarga Bearc, berbeda dengan perburuan tahunan Kekaisaran. Di keluarga perburuan keluarga Bearc yang boleh berburu hanyalah anggota keluarga, sedangkan para undangan hanya akan mendampingi mereka atau menonton sembari menikmati hidangan.

Bagi anggota keluarga yang berhasil mendapatkan tangkapan terbaik akan diwujudkan satu permintaannya dari setiap anggota yang kalah.

Jadi, sekarang, kedua nona yang sudah diperbolehkan mengikuti kompetisi berburu ini, harus berusaha agar bisa memenangkan hal itu. Agar masing-masing permintaan mereka diwujudkan.

"Meskipun kecil tetap Lyana lebih baik daripada Gisella. Gisella tidak bisa menentukan posisi tubuh yang benar sehingga ketepatan sasarannya terpengaruh," ucap Asher yang baru saja tiba di sebelah Gerald.

Asher datang dengan sekeranjang makanan yang diberikan oleh orang misterius yang masih mereka selidiki hingga sekarang.

"Makanlah, Yang Mulia," kata
Asher menyerahkan buah apel kepada pemuda bermata emas itu.

Gerald menerimanya dan memakan buat tersebut. Tetapi, begitu matanya kembali pada pemandangan yang sejak tadi dilihatnya—yaitu Lyana dan Gisella, ternyata mereka sudah pergi.

Lyana pergi, yang ada di arena hanya Gisella dan Hars seorang.

"Kalian sedang apa?"

Suara yang familier tersebut terdengar sangat dekat. Membuat Gerald terkejut hingga tersedak. Tetapi, tersedak begini pun sebenarnya untung karena bisa menjadi kesempatan untuk Gerald menggunakan ramuan pengubah warna mata.

"Eh-eh!" Lyana panik melihat Gerald yang terbatuk.

Asher yang sudah mengetahui itu hanyalah pengalihan berpura-pura panik juga.

"Aku baik-baik, saja," sahut Gerald.

"Berhati-hatilah." Lyana mengatakan itu seraya menepuk pundak Gerald. "Oh iya, kalian memperhatikan saya dari sini? Atau hanya perasaan saya saja karena posisinya sangat tepat dengan arena?" tanya Lyana.

"A-ah, itu ...." Gerald kehabisan kata-kata. Ia melirik Asher yang kemudian membantu menjawab.

"Tentu hanya kebetulan, Nona. Kami sedang istirahat di sini sembari memakan mmakanan ini" jawab Asher.

Lyana mengangguk. Ia kemudian berniat pergi. Sudah berbalik dan memulai langkah. Tetapi, langkahnya terhenti ketika ia teringat sesuatu.

"Oh iya, soal kemarin. Saya hanya mengikuti perintah Yang Mulia pangeran, itu hanya akting untuk tidak menyinggungnya yang meminta saya bersikap seperti teman. Jadi, saya harap kalian melupakan hal konyol kemarin, anggaplah itu tidak pernah terjadi. Terima kasih."

Entahlah, tetapi perasaan Gerald saat mendengar kalimat itu menjadi sangat tidak senang.

'Kau benar-benar hebat Lilyana, kau sangat hebat dalam memainkan topeng itu. Hingga kau berhasil menghanyutkan perasaan seseorang, kau bahkan lebih kejam dari siapapun yang ada di dunia ini,' geram Gerald dalam hati.

"Hah, dia tetap Nona dingin yang tidak bisa diharapkan," gerutu Asher.

"Dia sulit diprediksi. Sikapnya seolah-olah sudah menjalani hidup sangat lama dan berulang-ulang," imbuh Asher seraya menyandarkan tubuhnya pada batang pohon.

"Dia memang aneh," balas Gerald dengan tatapan dingin dari matanya yang masih menatap sosok Lyana yang berjalan pergi dengan gaun berkibar lembut karena angin. 'Tapi, entah kenapa aku tidak bisa melawan dan membencinya,' batin Gerald lagi.

TBC

Dimohon untuk vote kalaupun tidak komen. Setidaknya, satu vote kalian sangat berharga untuk saya. Terima kasih.

Sekedar info, saya kejar target tamat sampai sepuluh Agustus. Kalau bisa. Soalnya mau ikut event menulis setelah sekian lama cuma ngetik-ngetik gabut tanpa tujuan.

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang