Perburuan Tahunan ✔

20.6K 2.8K 23
                                    


Lyana terpaku, suasananya sekarang sungguh sangat tidak nyaman. Sekarang ini Gerald, Asher, Loye, dan Ren berkumpul. Di mana Jennie? Kenapa hanya mereka yang di sini?

Gerald dan Asher diperbolehkan memasuki taman. Mereka berjalan bersama Loye di belakang Lyana dan Ren. Sepanjang perjalanan hanya seruan Ren saja yang terdengar. Lyana yang sudah terlanjur mengeluarkan sifat seorang anak sebelas tahun terpaksa melanjutkan peran itu, Lyana tidak bisa merubah wataknya secara mendadak di depan pangeran yang sudah terlanjur melihat sifatnya sebagai anak kecil. Ia terpaksa tertawa dan mengoceh bersama Ren seperti sebelumnya. Intinya, sekarang ini situasi Lyana sangat rumit untuk dijelaskan.

"Yang Mulia," panggil Lyana dengan suara tenang kali ini. Ia menggerakan jemari berputar searah jarum jam. Kemudian, terlihatlah mahkota es di tangan gadis itu.

"Ini akan mencair besok, tapi ini mungkin bisa menjadi hadiah untuk Anda atas apa yang sudah Anda lakukan hari ini. Sungguh, saya sangat menyukai semuanya Yang Mulia."

Ren berdiri tegak. Ia kaget dengan sihir Lyana. Kemudian pemuda itu setengah berjongkok. Menundukkan kepala membiarkan Lyana mengenakan mahkota tersebut.

Begitu mahkota dipakai Ren. Lyana tertegun kagum. Kemudian dia tersenyum lebar, mengajukan kedua ibu jarinya. "Anda sangat tampan Yang Mulia!" seru Lyana.

Ren terdiam dengan wajah yang memerah. Secepat kilat ia mengalihkan pandangan. Sengaja agar Lyana tak melihat dirinya yang sedang kacau karena debaran hati yang tak bisa dikendalikan.

"Saya pamit Yang Mulia, sekali lagi terima kasih untuk hari ini," kata Lyana.

Lyana berlari di taman mawar yang bermekaran setelah mengucap kalimat perpisahan. Ia memetik salah satu bunga dan melemparnya ke langit, kemudian membekukan mawar itu menjadi bola es mawar. Setelah itu Lyana menangkap bola es tersebut.

"Indah sekali bukan, Yang Mula!" seru Lyana yang membalikkan tubuh menghadap Ren yang ada di belakangnya. Memegang bola es dengan kedua tangan kecilnya. Tersenyum ceria menatap keempat pemuda yang tertegun melihat sosok lain Lyana.

Gadis kecil yang selalu bersikap dingin dan dewasa, gadis kecil yang selalu menutupi segala luka dengan tatapan datarnya, kini, di hari yang cerah ini, dia melimpahkan segala isi hati yang tertahan, tertawa seperti anak sebelas tahun dan bermain ke sana-sini. Lyana yang seperti ini, mirip seperti peri kecil yang bebas setelah terkurung dalam sangkar untuk waktu yang lama, terlalu lama di dalam sangkar hingga hal-hal yang ia temui, hanya merupakan secuil dari kenyataan dunia, meskipun begitu hal kecil dari kenyataan indah dunia itu bisa membuatnya bahagia bukan kepalang.

"Asher! Ini." Lyana menyerahkan bola es dengan mawar putih di tengahnya. "Cocok untukmu, dingin, misterius, dan tampan, hehe!" kata Lyana menjelaskan deskripsi pemberiannya.

"Hei, Nona kecil! Kenapa semua orang kau sebut tampan?!" Ren tampak tidak terima. Sejak tadi Lyana terus memuji setiap pemuda dengan 'tampan'.

"Karena mereka memang tampan, Gerald dan Loye juga tampan."

"Tapi——ah! Dasar Nona kecil mata keranjang," sinis Ren. Pemuda itu frustrasi sendiri karena kelakuan Lyana.

Lyana terkikik pelan. "Walau begitu, Yang Mulia memang yang paling tampan, rambut hitam dan mata emas Anda sangat indah! Hehe."

'Ya, meskipun mata emasnya tidak lebih indah dari milik Gerald,' batin Lyana.

'Mataku lebih indah daripada dia,' batin Gerald yang menatap iri Ren karena mendapat pujian dari Lyana.

"Gerald! Lihat! Ini cocok untukmu, bunga ini, indah sekali!" Lyana menyerahkan sebuah bunga matahari kecil yang ia bentuk menjadi bola es lagi.

"Kenapa bunga matahari?" Gerald bertanya pelan. Tidak maksud untuk menerima jawaban. Tetapi Lyana mendengar itu.

Lyana tersenyum. "Karena aku suka bunga matahari," jawab Lyana polos.

"Eh?" Gerald memasang wajah bingung bukan kepalang. Maksud Lyana itu bisa disalah artikan jika saja Gerald berpikir hal lain.

Gadis kecil itu tertawa melihat wajah bingung Gerald. "Aku suka bunga matahari seperti aku menyukai Gerald!" Seketika Gerald diam. Baru saja dia takut salah arti. Ternyata benar.

'Tapi, bukankah kau membenciku?' batin Gerald bertanya-tanya. Tatapan matanya tertuju ke arah Lyana dengan sorot serius.

"Nona, Nona kecil, Anda seharusnya jangan sembarangan mengucap suka kepada seorang laki-laki," tegur Ren.

"Kenapa?" Lyana bertanya polos. Meskipun ia sebenarnya tahu akibatnya. Tapi, saat ini Lyana hanya ingin menggoda pemeran utamanya. Terlalu kaku jika dia harus terus bersikap jahat kepada Gerald. Itu bukan sifat Lyana.

"Dia tampan dan berani, aku suka Gerald! Tapi, aku juga suka Yang Mulia pangeran, hehe."

Bahasa Lyana berubah, ia menjadi lebih santai setelah diperingati oleh Ren untuk tidak menjaga tata krama saat bersamanya. Untuk bersikap natural seperti anak kepada temannya.

'Tetapi, bukan seperti ini yang kumaksu!' batin Ren yang menjerit ketika tahu sisi liar Lyana cukup membahayakan perasaan.

***

Setelah sekian lama, pertama kali setelah Lyana bangun dari koma, ia duduk di meja makan yang sama bersama anggota keluarga Bearc lainnya.

"Bagaimana kunjunganmu di kediaman Pangeran?" tanya Cleo.

Lyana diam sesaat. Kenapa baru tanya sekarang? Sudah dua minggu berlalu dan Cleo baru bertanya? Itu seperti hal yang sudah sangat terlambat. Setelah koma, Lyana tak lagi datang ke ruang makan, ditambah kesibukan masing-masing membuat kegiatan yang seperti ini menjadi sulit dilakukan.

"Menyenangkan," jawab Lyana singkat.

"Yah, bersyukurlah karena orang sepertimu tidak membuat masalah di kediaman pangeran, jika saja itu terjadi mungkin nama baik keluarga akan tercemar," cibir Gisella.

'Hah, sehari tidak mengatakan hal tak berguna sepertinya tidak bisa dilakukan oleh si sampah ini,' maki Lyana dalam hati.

"Begitulah, untung saja saya tidak membuat masalah."

Gisella mendesis. Kemudian ia menatap Cleo dengan senyuman ceria. "Ayah, sebentar lagi ada acara perburuan tahunan keluarga kita, bolehkan aku memesan sepatu baru?"

"Lakukanlah apa yang kau inginkan, Gisella," ucap Cleo datar.

"Baik, terima kasih, Ayah! Aku mencintaimu!"

Hampir satu hal ini terlupakan. Perburuan Tahunan. Di mana ini adalah momen pertemuan dengan tokoh utama perempuan.

'Ah, cantikku! Kita akan bertemu beberapa minggu lagi,' batin Lyana berseru bahagia. Ya, meskipun harus tahan diri untuk menghadapi Gisella yang menyebalkan. Ia rela menunggu momen itu.

TBC

Diingatkan ya, untuk para pembaca yang baru baca cerita ini. Tahan dulu, jangan baca sampai epilog yang belum direvisi kalau nggak mau emosi😂

Terima kasih!

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang