Aku tersesat. Ini gila padahal hanya pergi ke gang kecil yang tak jauh dari toko kue. Tapi, aku tidak kembali ke jalan yang sama dan menembus ke jalan lain di sisi gang. Aku memang tipe orang yang susah menghafal jalan. Di kehidupan lalu tak ada pengalaman jalan-jalan walau sekali dan ini pertama kalinya aku di sini. Apa yang harus kulakukan?Eh. Keluhan tidak berguna itu langsung terhenti. Membuat isi kepalaku kosong dan senyuman bahagia langsung muncul.
"Bukannya bagus? Aku bisa bebas dari mansion penuh derita itu. Aku bawa banyak uang, cukup untuk hidup dan lalu bisa mencari kerja!" Kebahagiaan itu terhenti saat aku melihat seorang anak remaja dengan pakaian agak mewah dan sebuah lencana simbol kerajaan. Berlari ke arahku. Di belakangnya, berlari beberapa orang berwajah bengis.
Dia pangeran. Aku tahu itu. Sebab hanya ada dua pangeran di Kekaisaran, Gerald dan adiknya yang merupakan anak selir yang jahat.
"Lari!" teriaknya padaku.
Tidak tahu apa yang terjadi, tetapi dia menarikku pergi juga. Menarik tanganku dengan erat hingga kami berlari cukup jauh. Kesal karena terus dipaksa berlari tanpa sebab, aku membawanya ke sebuah gang.
"Di sini saja." Begitu ucapku yang terengah-engah. Kemudian menunggu orang-orang itu masuk ke gang juga.
Pangeran Ren Del Variano ingin melindungiku. Ia menarik tanganku untuk bersembunyi di belakang punggung lebarnya. Kemudian sesuatu yang aneh bisa aku rasakan. Sihir alam angin. Tapi bukan milikku.
Sebuah anak panah yang meluncur ke arah pangeran. Langsung ku hadang dengan sihir pelindung dari kekuatan air dan angin. Itu membentuk dinding es yang cukup kuat.
"Kau ...." Suara pangeran yang terkejut karena serangan anak panah dan kekuatan pelindungku langsung memudar di tengah teriakan para penjahat.
"Sebenarnya siapa mereka?" tanyaku yang berganti posisi melindungi pangeran.
"Mereka penjahat, ingin membunuhku."
Seketika aku ingat tentang sesuatu adegan di mana ini memang terjadi, penyelamatnya seharusnya itu bukan aku tapi Clathria karena Ren akan menjadi pemeran kedua laki-laki. Aku yang terkejut merusak dinding pertahan.
Gawat. Aku merusak alur penting!
Eh, tapi apa aku harus panik? Aku bukan orang jahat, aku akan hidup bahagia seperti kata Ibu, jadi aku tidak perlu bergantung pada alur karena sekarang ini adalah kehidupan keduaku. Bukan begitu? Jadi, hadapi saja apa yang sudah terjadi.
Aku menyerang mereka. Membekukan kaki masing-masing dari mereka. Kemudian menurunkan satu-persatu senjata yang mereka bawa dengan sihir angin. Beres. Mereka tidak berkutik.
"Yang Mulia Pangeran, ayo kembali!" ujarku dengan suara ceria khas anak kecil.
Akan tetapi, wajah pangeran masih saja kaget. Dia menatapku tak percaya.
"Kau si hati dingin Lilyana Van Bearc bukan?"
"Ha? Hati dingin?"
"Iya! Kau membunuh pelayan pribadimu, kau juga menyiksa budak dan pelayan, memberi mereka makanan tak layak, kau juga meracuni salah satu saudaramu! Kau si hati dingin yang jahat!" seru si pangeran menggebu-gebu tetapi wajahnya jelas menyiratkan ketakutan.
Aku terdiam. Inikah sang pangeran ahli pedang itu? Dia terlihat seperti anak lima tahun yang takut melihat hantu. Hei, sadarlah aku hanya anak yang lebih muda lima tahun darimu!
Lagipula rumor apa itu? Itu semua palsu. Yang melakukan itu Gisella, kenapa aku yang kena? Dasar.
"Kalau saya memang begitu maka saya akan membunuh mereka dengan keji," ujarku sembari memelototi para penjahat. Mereka seketika ciut dan tak berani menatapku yang hanya seorang anak kecil.
"Be-benarkah kau tidak begitu?" tanya Ren memastikan tentang aku.
"Anda tidak percaya? Ya, sudah." Aku berjalan pergi. Tetapi, dari belakang bisa kudengar langkahnya yang ragu mulai mengikuti. Senyumanku mengembang.
"Bertahanlah hingga ksatria kerajaan datang meringkus kalian," ujarku pada para penjahat. Sebelum benar-benar meninggalkan gang itu.
"No-nona Bearc."
"Apa?!" sinisku.
Ah, tanpa sengaja aku membentak pangeran, ini gawat. Bodohnya aku berani seperti itu pada anak selir jahat. Semoga dia tidak memusuhiku karena sudah membuat anaknya ketakutan. Semoga.
Wajah pangeran berubah menjadi seperti anak anjing yang ketakutan. Sangat lucu. Mata emasnya itu perlahan digenangi air mata. Mata emas yang tak seterang milik Gerald, tetapi tetap indah dilihat.
"A-ah. Maaf sudah membentak Anda. Anda ingin apa, Yang Mulia?" tanyaku lebih lembut.
"Makanan."
Maksudnya dia lapar, ya? Aku kemudian membawanya ke sebuah toko makanan terdekat. Agak elit sih. Cukup dikantong, aku 'kan mau kabur, mana mungkin boros-boros.
"Kapan ksatria kerajaan datang, Yang Mulia? Saya harus segera pergi."
"Ke mana?" Ren yang tengah menyantap roti isi langsung terkejut.
"Emm. Ke sebuah desa. Saya ingin tinggal di sana, saya ingin menjadi petani kecil yang hidup tenang," kataku dengan suara ringan, seolah tengah berbicara dengan anak kecil tiga tahun.
Mimik wajah pangeran seketika berubah. Dia menjadi serius.
"Kenapa kau ingin ke sana?" tanya Ren padaku.
"Karena di sana menyenangkan dan lebih aman," jawabku sekenanya.
Rahangnya mengeras seolah marah. Aku heran melihat itu. Apa yang salah? Kenapa dia begitu marah karena aku ingin pergi?
"Tetaplah tinggal di kediaman Bearc. Itu lebih baik dari desa."
"Yang Mulia ...." Aku tak ingin berdebat, tetapi aku ingin membalas kalimatnya yang mengatakan lebih baik di kediaman Bearc daripada desa. Akhirnya aku terdiam sesaat. "Baiklah." Aku memutuskan untuk mengakhiri.
"Yang Mulia pangeran?!" Seorang ksatria menghampiri kami yang duduk di depan toko dengan wajah panik.
Kehadiran ksatria itu disusul beberapa ksatria yang sudah meringkus penjahat tadi. Satu yang pasti dari kejadian ini. Tanpa dijelaskan aku tahu jika Ren diculik oleh musuh kaisar.
"Terima kasih, Nona." Orang dengan pakaian lengkap ksatria berwajah tampan dengan kulit agak gelap itu menundukkan kepalanya memberi hormat. Aku membalasnya bersama senyuman dan ucapan yang sopan.
"Nona!" Itu teriakan Jennie. Aku berbalik mendapati Asher, Gerald, dan Loye juga mendekat. Jennie memelukku erat.
"Jennie, aku baik-baik, saja."
"Nona membuat kami khawatir," kata Jennie.
Aku melihat tiga pemuda di belakang Jennie.
"Benar khawatir?" tanyaku tak yakin. Seorang Asher yang tak banyak bicara dan Gerald yang dingin ikut khawatir? Dengan anak dari musuhnya? Mustahil!
Ketiganya mengangguk. Tetapi aku malah tertawa geli.
"Sudahlah." Aku melambaikan tangan. Kemudian berjalan mendahului mereka. Huru-hara karena pangeran yang ditemukan masih luar biasa. Aku berusaha keluar, yang penting semua aman.
"Nona, tunggu!" Jennie berlari mengejar.
"Kalian sudah habiskan kuenya?" tanyaku begitu ingat dengan apa yang terjadi sebelumnya.
"Sudah! Itu sangat enak, Nona." Jennie berseru bahagia. Pipinya memerah dan matanya berbinar senang.
"Aku tahu," sahutku.
Perjalanan pertama yang luar biasa. Bertemu dengan orang luar biasa. Dan aku yakin, Gerald sudah menjalankan rencananya di sela perjalanan ini. Aku sejenak melirik wajah tenang Gerald. Dia ... masih tetap tampan
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Male Lead [SELESAI] (REVISI)
FantasyHighest Rank #2 in Isekai [08/08/2022] #25 in Fantasi [09/08/2022] #2 in Kerajaan [10/08/2022] #3 in Duke [10/08/2022] #2 in Reinkarnasi [10/08/2022] #11 in fantasi [12/08/2022] #1 in Putri [16/08/2022] #7 in Timetravel [16/08/2022] *DILARANG PLAGIA...