Aku tidak yakin jika dunia fantasi ini adalah dunia yang tercipta dari imajinasiku. Sebab, ada banyak hal tak terduga yang aku tidak ketahui, contohnya tentang adanya catatan Lyana tentang kehidupannya. Segilintir keinginan kecil seorang anak. Lyana yang ingin memakan pie stoberi bersama Kleand seperti yang dilakukan saudaranya itu bersama Gisella setiap ulang tahunnya.Keinginan Lyana akan kasih sayang seorang ayah dan saudara tidak pernah tercapai. Menyedihkan.
Aku menarik jubahku, menutupi kepala dengan jubah biru yang diberikan ibu. Ini bukan lagi musim dingin tetapi aku memakainya karena untuk memberikan sekeranjang makanan untuk pemeran utama laki-lakiku yang tampan.
Sudah sejak aku mendapatkan pengakuan, setiap pagi, siang, dan malam aku memberikannya makanan. Dengan cara seperti ini.
Memberikan sekeranjang makanan tanpa terlihat, tentu semua dibantu dengan sihir. Semenjak punya sihir dan bisa mengendalikannya. Semua hal jadi mudah.
Aku mengalirkan sihir ke jubah pemberian ibu, dan memakainya untuk mengantarkan makanan ke Gerald tanpa diketahui. Dengan begini Gerald tak akan mengenaliku dan tetap menerima makanan, alur pun juga terjaga.
Tentang Jennie yang dulu ku kira orang berbahaya ternyata benar. Sebab dia ternyata orangnya Gerald yang notabene-nya adalah musuh keluarga ini. Begitu juga dengan Asher.
Menempatkan Jennie di sisiku bisa menjadi keuntungan pribadi buat mereka yang butuh informasi, dan aku juga begitu. Aku butuh informasi juga.
"Gerald! Lihatlah aku bawakan camilan dari dapur. Ini pemberian Nona Lyana." Suara itu terdengar dari jarak lima meter. Aku berada di depan pintu area budak.
Diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka seperti biasa.
"Aku tidak mau," tolak Gerald cepat.
"Kenapa? Ini makanan yang diberikan Nona Lily."
"Hah, Lily? Ingatlah misi Jennie, jangan terlalu menyayanginya. Pada akhirnya kita harus membunuh dia," ujar Asher.
Jennie tampak memasang wajah sedih. "Nona Lyana adalah gadis yang baik, dia giat belajar dan manis. Anak seperti dia tidak bersalah."
"Apakah aku harus mengembalikanmu ke Guru?" ancam Gerald.
"Eh?! Maafkan aku," ucap Jennie yang langsung ciut nyali karena ucapan Gerald. "Tapi tidak ada keinginan Nona Lyana lahir di keluarga penjahat."
Aku meletakkan keranjang. Gerald tampaknya menyadari keberadaanku meskipun tidak terlihat. Ah, biarlah dia juga tidak bisa melihat aku.
Buktinya pemuda itu langsung menghampiri pintu begitu aku meletakkan keranjang makanan. Jelas dia sedang menungguku. Aha, manis sekali bukan pemeran utamaku ini.
"Asher, ayo kita makan." Gerald mengangkat keranjang makanan yang tadi kubawa. Ia sejenak menoleh ke arahku yang tak terlihat. "Terima kasih." Dia tersenyum. Tersenyum!
"Kalian tidak mau makan pemberian, Nona. Tapi kalian makan makanan tak jelas itu! Dasar!" omel Jennie.
"Ini makanan yang diberikan seorang mata-mata, Guru. Kau makanlah juga," ujar Asher.
Jennie mendengkus kesal. Dia mendekati Gerald dan Asher dengan wajah kesal.
Aku yang melihatnya tersenyum simpul. Kemudian beranjak pergi. Makanan itu awalnya dicurigai oleh Gerald dan lainnya, sampai mereka menjadikan ayam ternak keluarga Bearc sebagai percobaan apakah makanan itu aman. Dan akhirnya mereka percaya, setiap aku memberikan makanan itu pun mereka akan memeriksanya apakah ada racun.
Surat peringatan tentang racun yang ada di makanan budak dariku membuat Gerald, Asher, dan Jennie waspada. Mereka tidak makan karena itu.
Dalam ceritanya memang benar Cleo memerintahkan para juru masak untuk mencampur racun berdosis kepada Gerald dan lainnya. Sehingga, pada suatu ketika, tepatnya saat Gerald dewasa racun itu hampir merenggut nyawanya. Beruntung ada Clathria yang menyelamatkan.
Sungguh, sosok pemeran utama perempuan yang manis dan tangguh.
***
"Lyana." Suara Kleand menghentikan langkahku menuju perpustakaan.
"Ada apa?" jawabku. Aku menoleh dengan tatapan malas.
"Kau lupa lagi, hari latihan. Waktunya kau berlatih menciptakan senjata dari sihirmu," jelas Kleand.
Aku menghela napas, kemudian mengikuti langkah jenjang Kleand menuju area latihan.
***
Sihir dengan kekuatan alam, Bumi. Milik Hars menciptakan pedang tajam yang memotong batang kayu besar.
Pedang memang senjata yang paling mudah dibuat melalui sihir. Setelah Hars, Kleand menciptakan senjata yang sama. Hari ini sembari menunggu Matthew Andals-guru kami. Hars dan Kleand ingin bertarung kecil.
Jujur, keduanya sangat hebat, terutama Hars. Dia begitu unggul dan kerena dalam menggunakan senjata. Berbeda dengan Kleand yang hanya fokus pada sihir dan buku. Meskipun begitu memang tidak bisa dielakkan jika keduanya tampan.
"Akh!" Aku meringis saat serpihan pedang sihir Hars mengenai dahiku. Darah keluar dari luka itu. "Sial."
Segera aku pergi dari area latihan, mengabaikan teriakan Hars. Yang mencegah langkahku.
"Hei, anak kecil, berhenti bersikap dingin dan sok mandiri. Kau itu terluka." Suara yang berat dan santai mengejutkanku. Pemuda itu menggendong tubuhku.
"An-Anda mau membawa saya ke mana?" tanyaku.
"Gaya bahasa seperti itu tidak cocok untukmu." Kleand kembali berucap, kali ini wajahnya kesal. Tidak setenang biasanya. "Bertingkahlah seperti anak sepuluh tahun pada umumnya."
"Aku sudah sebelas tahun kenapa harus bertingkah seperti anak sepuluh tahun?"
Klean tertegun. "Sebelas? Apa aku salah menghitung?"
"Tidak. Bukan salah menghitung, tetapi Anda lupa sesuatu."
Kleand diam sesaat. Ia bingung. Hah, apa yang diharapkan dari seorang pemuda kaku seperti Kleand? Orang yang lebih menyayangi adik orang lain ketimbang adik sendiri.
"Dasar jahat," ucapku.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Male Lead [SELESAI] (REVISI)
FantasyHighest Rank #2 in Isekai [08/08/2022] #25 in Fantasi [09/08/2022] #2 in Kerajaan [10/08/2022] #3 in Duke [10/08/2022] #2 in Reinkarnasi [10/08/2022] #11 in fantasi [12/08/2022] #1 in Putri [16/08/2022] #7 in Timetravel [16/08/2022] *DILARANG PLAGIA...