Apakah Sudah berakhir? ✔

21.5K 1.9K 21
                                    


Farah sudah diamankan. Itu adalah hal mudah. Bagian tersulitnya adalah menemukan Clathria yang mendadak menghilang. Seluruh ksatria dikerahkan untuk menangkap Clathria.

Lyana diam di kamarnya bersama Jennie sedangkan kakak-kakaknya dan juga Gerald pergi mencari Clathria. Tapi, satu hal yang Lyana sadari detik ini juga, Clathria tidak berada jauh dari istana Kekaisaran.

"Jennie," panggil Lyana dengan suara lirih. Kebiasaan Lyana yang biasa memanggil Jennie dengan namanya tak juga berubah. Lyana tersenyum singkat, kemudian melirik ke arah pintu di mana Loye dan Asher berdiri berjaga-jaga.

Jennie melirik ke pojok kamar Lyana. Seolah mengerti dia keluar. Detik di saat Jennie keluar sosok yang diselimuti asap hitam langsung keluar dari pojok kamar dengan kuku panjang yang ditujukan ke arah perut besar Lyana. Tetapi, bukan Lyana namanya jika tidak memiliki rencana tak terduga.

Loye dan Asher yang semula terlihat di depan pintu sudah datang melindungi Lyana.

"Clathria, kau ingin menghabisiku tetapi pikirmi masih saja pendek. Tidak bisa memahami taktik dengan baik."

Clathria langsung direngkuh. Tetapi, gadis dengan kekuatan kegelapan itu merubah dirinya menjadi asap hitam dengan mudah hingga dia terlepas dari genggaman Asher dan Loye.

Lyana dengan cepat mengerahkan sihir menahan asap hitam Clathria dalam sebuah tabung es yang dia ciptakan dari sihirnya.

Clathria tertangkap. Tetapi, apakah yakin semua semulus ini?

Loye pergi membawa tabung es berisi akan Clathria, sedangkan Asher masih berada di tempat tidak mengalihkan pandangan sedikitpun dari sekitar kamar Lyana. Dia terus menyusuri keliling kamar Lyana. Sampai kemudian dia melemparkan belati ke arah dinding dekat jendela.

Belati tersebut sontak mengenai seseorang. Clathria, dia adalah sosok Clathria yang sesungguhnya. Bukan bayangan hitam lagi. Gadis itu tertawa menyeringai, rambut merah mudanya terlihat acak, sedangkan wajahnya lusuh. Clathria benar-benar kacau sekarang ini.

"Nona Vance, semua bisa dibicarakan. Kau masih bisa memilih jalan yang benar selagi aku memberimu kesempatan," ucap Lyana.

Clathria hanya tersenyum tak menjawab. Kemudian tertawa mengejek kalimat Lyana. "Kau pikir sendiri permaisuri! Kau pikir sendiri! Manusia mana di dunia ini yang rela orang yang dicintainya menikah dengan orang lain. Bahkan kalian akan memiliki keturunan dan hidup bahagia, siapa!?"

"Bisa saja kalau yang kau miliki itu cinta bukan obsesi," Jawab Lyana dengan suara tenang.

Perlahan tapi pasti saat sedang berbicara Lyana mengalirkan sihirnya.

"Jika kau mencintai seseorang, kau bisa bahagia dengan hanya menyapanya, hanya dengan tersenyum dan melihat dia tersenyum. Kau akan bahagia dengan hal kecil itu jika saja itu memang cinta," tutur Lyana.

Clathria diam. Saat lengah itu dimanfaatkan Lyana untuk meringkus Clathria dengan sihirnya.

Seketika wajah Clathria marah. Dia menatap Lyana dengan kesal. Sedangkan Lyana hanya tersenyum, bukan senyuman mengejek tetapi sebuah senyuman yang sulit diartikan. Meskipun begitu entah kenapa Clathria tetap kesal.

"Argh!" Clathria berteriak hingga jendela dan barang berbahan kaca pecah. Lyana langsung terkejut. Clathria berhasil bebas dari sihir Lyana. Dengan kuku panjangnya Clathria melayang dengan cepat, mengarahkan kuku panjang itu ke arah perutnya persis sama seperti bayangannya sebelum ini.

Cruk!
Kuku panjang itu menghunus sesuatu. Tetapi bukan Lyana, dia menghunus seseorang yang katanya begitu dicintai. Gerald tiba-tiba berdiri di depan Lyana, menghalangi serangan itu. Clathria yang melihat itu langsung menarik tangannya dan dia beteriak histeris.

"Tidak! Gerald!" teriaknya.

"Uhuk," batuk Gerald.

Pria itu berbalik melihat wajah terkejut dan sedih dari istrinya. Gerald mengusap tangan berlumuran darah itu kemudian dia mengusap wajah Lyana. Menghapus air matanya.

"Benar, jika aku mencintaimu mungkin saat itu aku membiarkanmu bahagia dengan orang itu," lirih Gerald. Darah mulai keluar dari mulutnya tetapi Gerald tetap tegak. Sedangkan Clathria sudah diamankan, sungguh diamankan oleh Ren dengan sihir dan mantranya.

Lyana semakin sedih. Dia menangkup wajah Gerald menggeleng. "Mungkin saat itu aku membencimu, sebab aku tidak pernah menyadari perasaanku," lirih Lyana.

"Aku mencintaimu," imbuh Lyana yang sontak memunculkan senyum di wajah pucat Gerald. Pria itu menitikkan air mata.

"Aku juga." Begitu balasan Gerald sebelum akhirnya dia ambruk ke lantai kamar Lyana.

"Gerald!" teriak Lyana. Sedang Clathria yang sudah diborgol hanya bisa menangis histeris karena melihat hal itu.

TBC

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang