Janji ✔

14.7K 1.8K 72
                                    


Kemarin aku mendengar kabar jika sekarang ini aku tengah mengandung, anak Gerald. Tentu saja, anak siapa lagi? Meskipun aku membenci Gerald, tetap tidak ada alasan untukku membenci anak yang aku kandung. Amarah itu masih ada, tetapi perlahan memudar. Mungkin karena pelukan hangat dan tatapan tulus seorang Gerald yang baru aku sadari kemarin dan hari ini.

Aku kira, itu hanya ilusi. Aku kira semua cintanya hanya obsesi karena aku yang salah langkah untuk menciptakan kebahagiaan di dunia ini. Ternyata, tidak. Ini nyata. Tatapan itu, senyuman yang tak pernah diperlihatkan ke siapapun, perkataan lembut yang menghangatkan hati. Sejak mendengar usia kandungan ini lebih tua dari usia pernikahan, Gerald tidak pernah mempertanyakan kesetiaanku dan memilih percaya. Meskipun begitu, hari ini aku mengundang dokter pribadi ayah untuk memeriksaku.

"Siapa yang mau nama baiknya tercemari? Tidak ada, Gerald." Aku mengucapkan ini karena Gerald bertanya tentang alasanku memanggil dokter itu.

"Padahal tanpa memeriksanya lagi aku sudah tahu dan aku percaya padamu, Lily," ujarnya.

Aku nenghela napas. "Tapi, dengan ini kita bisa menghukum orang tua itu jika dia ketahuan berbohong," ucapku dengan sarkas.

Sesaat semua orang terdiam. Menatapku dengan sorot terkejut. Tetapi, aku tak mempedulikan semua itu. Fokusku hanya pada hasilnya.

"Usia kandungan ini memang lebih tua," ungkap si dokter.

Semua orang terkejut, termasuk aku. Sebab itu, refleks karena emosiku membuat si dokter terjebak di dalam rengkuhan sihir es milikku.

"Dengarkan penjelasan saya dulu, Baginda."

"Katakan saja."

"Memang sudah seharusnya seperti itu, karena penghitungan usia kandungan itu berawal dari waktu terakhir jadwal bulanan Anda," jelas si dokter.

Aku segera menyingkirkan sihir itu dan membuat semua orang menghela napas lega.

"Jadi aku tidak salah."

"Dan dokter itu juga," sahut Gerald.

***

Suasana sore hari di halaman belakang tidak pernah membuatku kecewa. Selalu indah dengan senja yang memanjakan mata. Cahaya jingga yang menyinari bunga yang masih kuncup di ladang bunga istana Kekaisaran.

"Ladang ini dibuat oleh Baginda untuk Anda," jelas Farah.

Aku tetsenyum. "Ya, aku tahu," balasku sembari menyesap teh hangat di gelas kecil di atas meja yang disajikan Farah untukku.

Dia membuat halaman belakang istana persis seperti halaman belakang kediaman Bearc.

"Baginda sangat mencintai Anda," tutur Farah lagi.

Kali ini aku tahu, sangat tahu tentang kenyataan itu. Tetapi, aku tidak menanggapinya. Pandanganku mengitari sekitar halaman belakang. Sampai di satu titik, membuatku ingat akan sesuatu. Aku beranjak mendekati sebuah pedang kayu.

Tangan kecil seorang anak berusaha menggapai pedang tersebut bersamaan dengan gerakanku. Aku mendongak melihat anak itu. Dia anak kecil dengan rambut cokelat dan mata seperti ruby.

"Baginda? Salam kepada cahaya lembut Kekaisaran," ujarnya.

Aku tersenyum. Kemudian dia meraih pedang kayu itu. Aku menatap anak itu yang membersihkan benda tersebut penuh kasih sayang.

"Itu milikmu?" tanyaku.

"Iya. Pemberian seseorang yang aku sayangi."

Sekelebat ingatan membuatku tertegun sekaligus tersenyum. Janjiku pada Gerald ketika dulu. Jika saja anak ini tidak muncul dengan pedang kayunya, akankah aku mengingat itu?

"Baginda, saya harus pergi karena saya harus berlatih untuk menjadi ksatria hebat! Yang nantinya ..." Anak itu melirik ke arah perut rataku. "Akan menjadi pelindung bagi masa depan Kekaisaran," imbuhnya.

Aku tergelak. Dia begitu menggemaskan. Aku mengusap puncak kepalanya. "Kau putra pertama Count Henderson, 'kan?" tanyaku.

"Heum!"

"Kau memang anak yang manis." Aku mengusap puncak kepalanya lagi kemudian mengecup keningnya.

Perasaan senang bertemu dengan anak itu menciptakan gejolak yang menggelikan di hatiku. Pikiran aneh melintasi kepala, 'aku menginginkan anak seperti dia, anak yang manis.'

***

Aku mengetuk pintu jati berwarna cokelat yang tingginya 5 meter itu. Ruang kerja Gerald di sini. Di balik pintu itu. Aku menunggu sahutan tetapi tidak ada. Sampai kemudian samar kudengar.

"Sebuah kabar tidak menyenangkan terdengar kalau Baginda permaisuri hamil anak orang lain. Karena usia kandungannya."

TBC

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang