Penobatan ✔

15.2K 1.9K 13
                                    


Perempuan berambut putih keemasan yang terbaring di tempat tidur akhirnya membuka mata. Air matanya mengalir dari ujung mata, setelah resmi menikah kemarin siang, pada malam harinya Lyana didesak untuk melakukan kewajiban.

Ia bangun dari tempat tidur yang luas. Kamar permaisuri ini lebih mewah dan luas dari kamarnya di kediaman Bearc, tetapi tempat ini sangat berbeda, seperti neraka bagi Lyana. Ia berjalan, menutupi tubuh polosnya dengan selimut sutera tebal, seluruh tubuhnya sakit, Gerald benar-benar monster.

Pelayan datang.

"Yang Mulia, semuanya sudah siap untuk Anda," tutur si pelayan.

Di tempat ini juga tidak ada Rhea. Semuanya sangat asing, meskipun sudah mengenal Gerald dulu, Lyana tetap merasa asing dengan Gerald yang sekarang.

***

"Saya memberi salam kepada matahari kedua Kekaisaran." Seseorang dengan pakaian serba hitam. Menghadap pada Gerald.

"Saya sudah melakukan semuanya," lapor si baju hitam.

"Ya, aku tahu, silakan kembali."

Gerald membalik buku yang ia baca. Ruang kerjanya sunyi. Ia menatap ke langit biru dengan senyuman sinis.

"Revan, dia sudah menjadi milikku, benar-benar milikku," ucap Gerald.

Tidak ada yang tahu. Tidak akan pernah ada yang tahu jika kematian Revan bukan karena dia memang diserang oleh monster. Melainkan karena rencana pembunuhannya. Orang tadi tidak akan mengatakan apapun, mengingat racun sudah mengalir di tubuh orang tersebut, dan jika dia mengatakan satu kata yang menyinggung masalah ini, maka dia akan mati.

"Rahasia ini tetap aman."

***

Kaisar menyampaikan akan menyerahkan tahta pada Gerald dua hari usai pernikahan. Semua orang sibuk menyiapkan segala hal untuk upacara penobatan. Sedang Lyana hanya di dalam kamar, berdiam diri, menatap kosong tanpa minat, ia bahkan tidak menyentuh makanannya hari ini.

"Yang Mulia, Anda harus makan," bujuk pelayannya, gadis berambut hijau sebahu yang berdiri di sisi Lyana dengan wajah khawatir.

"Aku sudah kenyang," jawab Lyana.

"Kenyang apanya? Bahkan kemarin Anda tidak ada makan sedikitpun."

Farah yang ingin mengucapkan kalimat terhenti, gadis itu diam melihat Gerald dengan pakaian serba putih, siap untuk penobatan. Gerald datang bersama beberapa pelayan yang datang membawakan gaun khsus penobatan permaisuri untuk Lyana. Hari ini adalah hari istimewa.

Akan tetapi, kabar tentang Lyana yang tidak makan sejak kemarin membuat Gerald khawatir. Itu sebabnya ia datang. Gerald mendekat. Dia meminta gaun yang dibawa pelayan. Kemudian para pelayan pergi meninggalkan kamar Lyana atas perintahnya.

"Hari ini penobatan." Gerald memecah hening dengan suara bariton miliknya. Meletakkan gaun di atas tempat tidur. Kemudian mendekati Lyana yang hanya diam menatap ke luar jendela. "Dari kemarin aku dengar kau tidak makan, kenapa?" tanya Gerald.

Dia membawa nampan yang berisikan makanan ke dekat Lyana. Pria itu duduk tepat di dekat Lyana sekarang.

Lyana menoleh dengan tatapan dingin. Gerald sempat tersentak, mata biru indah milik Lyana terlihat hampa.

"Aku tidak ingin kau merusak acara nanti," sinis Gerald. Dia tahu Lyana sekarang tidak seperti dulu, setelah kematian Revan, Lyana berbeda. Gadis itu menjadi orang yang mungkin jika Gerald berbicara tajam, itu akan bisa mendorongnya. Lebih ke arah pertengkaran yang menyulut emosi, lalu orang itu--Lyana baru akan melakukannya saat sudah dikata kalah debat.

Lyana mengambil satu buah anggur. Memakannya dengan cepat.

Gerald tersenyum tipis. Meskipun caranya ini pasti menyakitkan, kalimat pedas dan dingin yang diucapkan Gerald pasti menyakiti Lyana. Tetapi, entah kenapa perempuan itu jadi lebih mendengarkan. Memang Lyana ini sedikit berbeda.

"Sudah," ucap Lyana.

"Hanya satu? Kau kira kau ini dewa? Hanya dengan satu butir anggur akan sehat hingga kedepannya? Kau mau mati, ya?!" sinis Gerald. Sebenarnya ini adalah kekhawatirannya. Bukan maksud marah tanpa alasan.

"Ya! Aku mau mati! Rasanya, lebih baik mati daripada ada di sini!" balas Lyana tak kalah keras.

Gerald tercenung. Hatinya merasa sakit. Mata biru Lyana sangat berbeda, tidak ada kedamaian lagi di mata itu. Gerald ... sedikit menyesal sudah melakukan hal yang melukai hati Lyana.

"Tidakkah cukup kau membuat keluargaku melakukan sandiwara membenciku selama belasan tahun? Tidak cukup? Kau yang egois, seharusnya dulu aku tidak usah berbaik hati padamu yang seperti ini! Seharusnya, sejak awal aku membencimu! Seharusnya ... huh!" Lyana tercekat, air matanya mengalir. Semuanya, semua sumber kesedihan Lyana berpusat pada Gerald. Semua karena pria ini, dia menjadi merasakan sunyi di masa kecil, diculik, bahkan kehilangan cinta yang selama ini ia impikan, kenapa dulu ia begitu bangga punya Gerald yang merupakan tokoh utama?

Lyana, sangat menyesal pernah berusaha keras membesarkan Gerald dengan baik, jika saja dia membiarkan Gerald meminum racun dosis, membiarkan pria itu hampir mati di saat penobatan seperti dalam cerita. Jika saja Lyana tidak berurusan dengannya, mungkin sekarang Revan akan ada di sisinya, mereka akan bahagia. Kebahagiaan yang selalu Lyana harapkan sejak di kehidupan lalu.

"Aku membencimu!" seru Lyana.

***

Musik yang beralun penuh semangat, serta sorak-sorai orang-orang yang hadir. Menyambut Lyana dan Gerald yang datang bersama.

Lyana adalah orang hebat yang bisa mengatur ekspresi. Tidak akan ada yang tahu jika sebelum datang mereka bertengkar hebat.

Gerald menggunakan kesempatan ini. Untuk menggenggam tangan Lyana lebih erat. Tangan kecil dan dingin. Gerlad takut tangan itu akan lepas jika ia tidak memegang erat, tetapi ia juga takut saat dipegang erat tangan tersebut akan hancur.

Setelah pemberkatan oleh pendeta. Kini giliran Edgar Del Variano-kaisar.

"Dengan rahmat Dewa, matahari, bulan, dan bintang, pemilik seluruh alam, di hadapan banyak pasang mata, saya Edgar Del Variano memberikan kuasa atas Kekaisaran, kepada putraku satu-satunya, Gerald Del Variano."

Sorak-sorai begitu ramai. Pemahkotaan sudah dijalankan. Gerlad resmi menjadi kaisar sekarang. Sembari memegang tangan Lyana. Ia berdiri di tingkat tertinggi. Tersenyum menyapa semua bangsawan dan rakyat yang datang.

"Aku sudah sampai, Bu," lirih Gerald seraya menatap langit yang cerah.

Dia menggenggam tangan Lyana sedikit erat. 'Begitu juga orang yang aku cintai, aku mendapatkan segalanya.'

TBC

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang