Hadiah ✔

23.7K 3.1K 16
                                    


Lyana berjalan dengan gaun hijaunya. Dengan rambut panjang yang diikat satu dengan pita kuning.

"Nona, Anda harus berpenampilan baik di hadapan Yang Mulia Grand Duke."

Sedang mengingat itu, Lyana merotasi matanya. Andai Jennie tahu lebih banyak apa yang sudah dilakukan ayahnya Lilyana Van Bearc itu pada anak bungsunya.

Seorang pelayan berdiri di depan ruang makan yang khusus untuk malam ini. Itu ruangan di mana Cleo biasa menyambut tamu pentingnya. Lyana dipersilakan masuk dengan hormat. Mereka yang dulu menatap hina kini terlihat seperti anjing yang penurut. Pelayan-pelayan seperti mereka memang sama seperti anjing yang suka menjilat, tidak tahu malu dan kotor.

"Saya memberi salam kepada Yang Mulia Grand Duke pelindung Kekaisaran."

Mata merah Cleo terasa menyengat. Lyana menundukkan kepalanya karena perasaan tertekan yang langsung menerkam keberaniannya yang tadi mencuat.

"Duduk." Kata dingin itu keluar dari bibir Cleo yang sering mengeluarkan kalimat kasar dan ketus.

Pria yang jarang berbincang atau bahkan bertegur sapa dengan anak bungsunya ini. Kenapa mendadak ingin makan bersama berdua?

Makanan yang menggiurkan tertata rapi di atas meja. Lilin dan bunga menjadi hiasan di atas meja. Aroma makanan hangat menguar membuat perut Lyana tergoda untuk memakannya segera.

"Makanlah."

Lyana tidak bergerak. Beberapa waktu ia menatap makanan itu dengan waspada. 'Apa ini aman?' begitu tanya Lyana dalam hati. Meski lapar, Lyana tak bisa sembarangan menyantap makanan yang tersaji itu.

"Aku tidak berniat membunuh seorang jenius yang muncul ratusan tahun sekali sepertimu."

Sedikit tersentak. Lyana menatap ke arah Cleo dengan tidak percaya. Tetapi, tatapan Lyana itu hanya sesaat, sebab kemudian Lyana cepat-cepat memakan makanan yang tersaji. Takut juga karena mata merah Cleo sangat mengintimidasi.

"Kudengar kau terluka saat latihan," kata Cleo menghilangkan hening.

"Iya."

"Sudah sembuh?" tanya Cleo lagi.

"Kekuatan mana saya lemah. Saya mungkin bisa menyembuhkan orang, tetapi tidak untuk diri sendiri," jawab Lyana yang mengerti arah pembicaraan mereka. Lagipula Cleo bisa melihat sendiri luka di wajah Lyana masih ada.

"Meskipun begitu, mengejar pelajaran tertinggal selama beberapa hari itu sangat luar biasa."

"Saya memang jenius, Yang Mulia," sahut Lyana penuh percaya diri.

Ucapan percaya diri itu mengundang senyum di wajah Cleo. Lyana sepintas melihatnya terkejut. Senyum? Cleo yang seperti patung berjalan itu tersenyum?

'Dia tersenyum? Tidak mungkin, aku pasti gila karena memikirkan itu.' Lyana membatin seraya menggelengkan kepalanya pelan karena pemikiran aneh tentang Cleo. 'Pasti aku salah lihat.'

"Hari ini ulang tahunmu, bukan?" tanya Cleo yang sudah selesai memakan makannya. Pria itu terlihat sedang membersihkan tangan dan mulutnya dengan kain putih yang ada di atas meja makan sejak tadi.

'Dia tahu dari mana?'

Meskipun Cleo bertanya, Lyana tak langsung menjawab. Ia diam sesaat dengan kepala tertunduk. Hatinya berdesir, senang itu pasti. Sebab keluarganya masih sedikit 'ingat'. Meskipun tidak tahu darimana Cleo bisa tahu. Tetapi, Lyana juga menahan perasaan itu agar tidak terlalu berlebihan untuk dirinya yang pasti hanya akan dimanfaatkan atau dicampakkan lagi.

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang