Just info, nama Liyana diganti jadi Lilyana, alias Lyana.
______________________Langkah kecil Lyana semakin cepat. Ia berlari dengan perasaan takut yang terus menghantui. Butterfly effect yang diharapkannya untuk menyelamatkan Sisilia—
"Ibu?" Tangan mungilnya mengetuk pintu kamar.
—gagal?
"Ibu?" Sekali lagi ia memanggil dengan suara gemetar.
"Nyonya sudah pergi beberapa waktu lalu, setelah Nona masuk ke kamar, beliau mendapatkan surat dan buru-buru pergi," ucap pemilik penginapan.
Lyana kaget, ia mematung, sulit untuk berkata-kata. Lyana menoleh ke arah para pelayan yang melayani Sisilia. Tatapannya begitu jelas jika Lyana sekarang sangat marah.
"Kenapa tidak kalian cegah?!" teriaknya frustasi seperti orang gila. Mata gadis itu memerah menahan tangis.
"Dasar bodoh!" maki Lyana.
Langkahnya langsung memburu menuju luar penginapan. Mencari Sisilia dengan harap bisa mengejar. Tanpa alas kaki. Para ksatria yang berjaga di depan penginapan pun kaget melihat Lyana keluar begitu saja. Berlari seperti orang gila yang hilang kendali.
"Nona!" panggil salah satu ksatria setia Sisilia. Dave Hawl namanya.
Lyana menghentikan langkahnya.
"Sir Dave?" Dia berbalik dengan mata yang memerah dan napas yang sudah membeku.
"Anda mau ke mana?" tanya Dave seraya melepaskan jubahnya, memakaikannya kepada Lyana, lantas dia bergerak hendak menggendong tubuh kecil Lyana. Tapi, gadis kecil itu melangkah mundur. Menolak perlakuan Dave. "Nona?"
"Kenapa Anda di sini?! Siapa yang menjaga Ibu?! Kenapa Anda membiarkan Ibu pergi di tengah hujan salju?!" teriakan Lyana begitu keras dan mengejutkan Dave. Lyana adalah gadis yang tenang dan tidak pernah demikian. Wajah Lyana jelas sangat panik, takut, dan marah.
Semakin Lyana marah, angin salju semakin kencang. Keadaan semakin tak terkendali di halaman penginapan itu. Para ksatria kesusahan tetap tegak karena angin kencang yang meniup hampir semua salju.
"No-nona, ayo masuk dulu, cuacanya buruk."
"Aku tidak bisa masuk, Ibu di luar di tengah badai. Aku tidak akan diam saja," ucap Lyana yang akhirnya berlari menembus badai. Dia mengabaikan semua teriakan panik dari arah belakang.
Bayang mungil Lyana hilang karena badai salju yang tebal. Dave sempat kebingungan, lalu ia langsung mengeluarkan perintah kepada pasukannya untuk mengejar Lyana.
"Sir, saya ingin ikut," ujar Jennie—budak berambut cokelat. Yang tadi bersama Lyana di kamarnya.
"Jangan," cegah Gerald. Mata biru Gerald berusaha untuk menahan Jennie tetap tinggal.
"Tapi Nona dalam bahaya," balas Jennie. Jelas sekali dia khawatir, Lyana adalah gadis kecil. Seorang yang selalu disiksa, dia putri bangsawan tapi tak ada bedanya dengan para budak. Perilaku keluarganya buruk, hal itu yang membuat Jennie sedikit peduli terhadap Lyana.
"Jika kau ikut hanya akan menambah beban," balas si rambut perak——Asher. Si pendiam yang lebih dewasa dari Jennie dan Gerald. Penjaga Gerald selama misi balas dendam.
"Kami saja," saran Gerald. Dia menunjuk diri dan Asher untuk mengejar Lyana. "Kau diam di sini."
***
"Ibu! Ibu!" teriak Lyana sepanjang perjalanan. Ia yang sudah jalan cukup jauh, langkahnya mulai melambat. Lelah dan kedinginan. Badai mereda ketika ia terjatuh ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Male Lead [SELESAI] (REVISI)
FantasyHighest Rank #2 in Isekai [08/08/2022] #25 in Fantasi [09/08/2022] #2 in Kerajaan [10/08/2022] #3 in Duke [10/08/2022] #2 in Reinkarnasi [10/08/2022] #11 in fantasi [12/08/2022] #1 in Putri [16/08/2022] #7 in Timetravel [16/08/2022] *DILARANG PLAGIA...