Saya Pelakunya? ✔

21.8K 2.9K 13
                                    


Rambut hitam yang pekat dengan mata emas yang terang. Bersinar di bawah sinar bulan yang terang. Pemuda enam belas tahun itu berdiri di depan jendela kecil menengadah menatap langit.

Sesaat ia melirik begitu seseorang yang datang secepat cahaya, memberi hormat kepadanya.

"Yang Mulia," ujar pria berjubah hitam di belakangnya.

Gerald berbalik, menatap sosok berjubah itu.

"Bagaimana?" tanya Gerald di awal pembicaraan mereka. Dengan wajah tanpa ekspresi dia memperhatikan orang berjubah hitam tersebut.

"Ini penawar dari racun dosis yang sudah terlanjur Anda minum beberapa waktu lalu. Maaf karena baru menemukannya, tapi untuk mengonsumsi penawar sekarang bukan hal yang terlambat."

Sebotol kecil ramuan berwana merah diberikan ke Gerald.

"Ini cukup untuk kami?" tanya Gerald.

"Tentu."

"Efek racun itu akan terasa setelah lima tahun atau paling cepat dua tahun jika dikonsumsi secara berkala, racun ini bisa merusak organ dalam dan akan membunuh perlahan dengan siksaan yang menyakitkan."

Gerald menghela napas panjang. Informasi ini baru saja ia dapatkan karena penjagaan ketat mansion. Informasi yang seharusnya sudah lama didapatkan. Ditambah beberapa hal yang terjadi di istana, menjadi penghambat informasi. Racun dosis yang dikonsumsi Gerald, Jennie, dan Asher adalah jenis langka yang sulit diteliti, butuh waktu lama untuk meneliti itu, ditambah dalam proses penyampaian penawar dan informasi barusan terhambat. Jadi, beberapa waktu Gerald merasakan efeknya sebab ketika itu racun dosis lebih banyak masuk ke tubuhnya.

"Baiklah, apa ada pergerakan 'darinya'?" tanya Gerald kemudian.

Orang berjubah itu langsung sigap menjawab. "Beberapa waktu lalu dia mendatangi si ahli racun itu lagi."

"Lagi?"

Sosok berjubah mengangguk. "Tidak tahu apa yang akan dia lakukan, tapi caranya selalu sama. Yang pasti Anda harus berhati-hati, Yang Mulia."

"Baiklah, silakan kembali."

'Racun lagi?' batin Gerald. Ia menatap kembali rembulan terang itu. Menggenggam penawar yang diberikan bawahannya.

***

'Dalam ingatanku, Cleo adalah seseorang dengan perwatakan dingin dan kejam. Hatinya dingin bahkan dijuluki sebagai manusia tanpa air mata. Lalu kenapa sekarang—'

'Dia bersamaku di taman ini?'

Batin Lyana terus berteriak dan bergumam. Membandingkan fakta yang ia tulis dengan kenyataan yang ada di hadapannya.

Masih sulit untuk dimengerti, seorang Cleo Van Bearc, si grand duke berhati dingin yang tidak mempedulikan bungsu, mendadak ada di taman kediaman bagian selatan, duduk bersama putrinya meminum teh.

Sungguh sesuatu yang sulit dimengerti dari sosok pria dingin seperti Cleo.

"Kemarin kau tersesat? Apakah benar?" tanya Cleo memulai pembicaraan lagi seperti biasa. Ini juga hal yang perlu Lyana perhatikan. Hal yang tidak pernah ada di catatan novelnya.

"Ah, itu hanya karena masalah kecil, Yang Mulia," jawab Lyana kaku.

Cleo tersentak sesaat, matanya menatap Lyana dengan sorot tak percaya. Tetapi, kemudian kembali netral. Ia mengalihkan pandangan sembari menyesap teh.

"Kenapa Anda di sini?" tanya Lyana memberanikan diri untuk bertanya alasan pasti Cleo ada bersamanya sekarang.

"Apakah aku butuh alasan untuk datang ke sini? Ini adalah mansionku," jawab Cleo santai tetapi cukup menampar Lyana akan kenyataan.

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang