Kebencian yang Mulai Pudar ✔

15.4K 1.9K 41
                                    


"Dia tidak mau menyentuh makanan sama sekali?" ulang Gerald atas laporan pelayan pribadi Lyana--Farah.

"Iya, Baginda."

Gerald mengusap wajah gusarnya. Tugas negara ada banyak, karena kaisar terdahulu yang sakit cukup lama, tugas yang tertunda selama sakit itu menumpuk. Entahlah ini anugerah atau bencana, tampaknya ayahnya itu mengalihkan kekuasaan secepatnya ini agar dia bebas dari belenggu pekerjaan tak henti ini. Apalagi, sekarang dia sedang ada di villa dekat bukit timur yang sangat nyaman, pergi setelah penobatan dengan senyuman tanpa beban.

"Asher, aku akan ke sana," ucap Gerald.

Pria itu beranjak bersama Farah menuju kamar Lyana. Sudah tiga hari, terakhir kali perempuan itu makan saat di penobatan, itu pun hanya kue penutup yang tak seberapa. Apa dia niat mati?!

Gerakd tiba di depan pintu besar berwana cokelat-kamar Lyana. Perlahan ia membuka pintu dan mendapati sosok Lyana yang terduduk di depan jendela kamarnya. Lyana tidak melamun seperti biasa, Lyana tidak hanya diam dengan wajah pucat lagi. Tapi, perempuan itu sekarang tengah makan dengan lahap. Begitu Gerald masuk, cukup sekali melirik dan mengetahui orang itu Gerald Lyana kembali melanjutkan makan.

"Apakah ini orang yang tidak makan tiga hari itu, Farah?" tanya Gerald sedikit tak percaya. Sebab, istrinya tampak begitu berbeda.

"Aku lapar, jadi aku makan. Lagipula tadi aku baru saja pingsan," jelas Lyana.

Gerald melirik Farah, matanya seolah berkata. 'Kenapa kau tidak melapor juga kalau Lyana pingsan?' dan itu sukses membuat Farah paham bersamaan dengan rasa takut akan tatapan Gerald.

"Apa kata dokter itu?" tanya Gerald kali ini dengan suara berat yang lembut. Dia mengusap puncak kepala Lyana, perempuan itu tak menepisnya seperti biasa.

"Baginda," sapa seorang pria tua yang memasuki kamar Lyana. Dia adalah dokter Kekaisaran. "Saya ingin menyampaikan hasil tes tadi," tuturnya. Sejak tadi si dokter hanya diam di pojok ruangan. Dengan kepala tertunduk.

"Hasil tes menunjukkan kalau Baginda permaisuri hamil," ucapnya.

Pria itu seketika senang. Dia menatap Lyana yang sudah mendongak menatapnya. "Benarkah?" tanya Gerald seolah tak percaya.

Lyana mengangguk, kemudian menepuk perut ratanya. Lyana kemudian kembali memakan camilan sekarang, sebab menu utama sudah habis. Gerald tertawa kecil, 'dia jadi banyak makan dan tidak mengabaikan makan karena hal ini?'

"Tapi, usia kandungan itu berbeda dari usia pernikahan Baginda Kaisar dan permaisuri."

Mata emas Gerald menatap tajam ke arah sang dokter yang seketika ketakutan. "Tidak mungkin," bantah Gerald.

Lyana semula duduk menikmati makanan langsung berdiri. "Heum! Itu tidak mungkin. Kau ini ingin menyebabkan keributan atau apa? Tadi saat belum ada Gerald kau tidak mengatakan hal ini, kenapa sekarang kau bilang begitu?!"

Hati Lyana terbakar emosi. Jadi maksudnya Lyana selingkuh? Mengandung anak haram begitu? Jelas yang melakukan hal itu pertama kali adalah Gerald. Dan Lyana yang membenci Gerald tidak bisa mundur dari tanggungjawab.

"Bawa dia pergi, tahan dia di penjara." Begitu titah Gerald. Pelayan dan ksatria keluar dari ruangan setelah mendapatkan perintah dari Gerald. Menyisahkan sepasang suami-istri itu.

"Aku tidak melakukan itu dengan Revan meskipun ketika itu aku mencintainya, aku tidak melakukan hal kotor itu. Kau percaya, 'kan?" cicit Lyana dengan kepala tertunduk.

"Aku percaya, sangat percaya."

Gerald menarik Lyana ke dalam pelukannya. Merengkuh tubuh kecil itu dengan kasih sayang.

Lyana tertegun awalnya, tidak ada niat untuk membalas pelukan itu. Tetapi, sesaat kemudian. Tangannya meraih punggung Gerald dan memeluknya erat.

'Dia adalah pemeran utamaku. Meskipun begini, dia memiliki hati yang lembut, bagaimana bisa aku melupakan itu?' batin Lyana.

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang