Teh dari Negeri Timur ✔

13.3K 1.8K 17
                                    

Clathria adalah gadis yang cantik, sungguh. Memuji hal itu adalah hal tulus bagi Lyana yang notabene seorang permaisuri sekarang. Seorang perempuan yang menjadi istri dari Kaisar yang pernah dekat dengan Clathria. Tak hanya Lyana yang seorang jiwa asing saja yang mengira Clathria dan Gerald akan bersama. Hampir seluruh negeri ini mengira begitu.

Jadi, tak heran jika banyak yang kaget dan juga tidak senang dengan eksistensi Lyana sebagai permaisuri yang sejatinya adalah orang biasa di mana kecerdasannya tidak seperti Clathria, begitulah bagi mereka.

'Aku juga merasa begitu. Aku tidak pantas untuk semua ini.' begitu batin Lyana sekarang saat melihat sosok Clathria yang duduk tersenyum di depannya. Gadis itu sangat baik. Lyana tahu Clathria pasti mencintai Gerald. Dia pasti begitu sedih. Tetapi, Clathria menerima itu dan menutupi lukanya. Andai, Clathria mau bercerita dengannya barang sedikit tentang perasaan sedih itu.

"Jadi, bagaimana dengan kesehatan Anda, Baginda?" tanya Clathria yang menuangkan teh ke cangkir putih dengan garis emas melingkari bagian bawahnya.

"Semua baik, aku menjaga makanku, aku juga selalu istirahat dengan benar."

Clathria menyerahkan gelas yang dituang teh untuk pertama kali ke Lyana. Perempuan itu menerima gelas tersebut dengan sangat senang.

Kemudian pertanyaan baru muncul.

"Bagaimana tanggapan Anda dengan rumor itu? Saya sempat kesal karena orang-orang mengatakan ketidakbenaran tentang Anda. Rasanya saya ingin menarik lidah orang itu dan memotongnya!" ujar Clathria menggebu-gebu.

Lyana tertawa. Sembari melambaikan tangan, Lyana menghentikan tawanya dan berkata. "Tidak perlu seperti itu, Lady Vance. Semua sudah teratasi. Meskipun, jujur saja rumor itu sedikit menyakiti aku."

Perempuan dengan rambut merah muda di depan Lyana usai menuang teh miliknya sendiri. Kemudian, dia menatap Lyana yang belum meminum teh di gelasnya. "Baginda, Anda tidak berniat membiarkan teh itu dingin bukan?" sindir Clathria dibarengi candaan.

Perempuan berambut putih keemasan itu tertawa kecil seraya menggeleng. Kemudian dia menyeruput sedikit teh tersebut. Alisnya menyatu dan dahinya berkerut. Lyana menatap teh itu dengan raut bingung. Kemudian Clathria tertawa.

"Itu teh dari timur Baginda. Teh yang baik untuk seorang perempuan hamil. Memang rasanya agak aneh, tetapi itu adalah hal baik untuk Anda."

"Aku berniat untuk tidak meneguk lagi. Tetapi, kalau ini benar-benar baik untuk kesehatan bayiku, apa boleh buat." Lyana kembali meminum teh tersebut dengan tenang.

"Ya, begitulah seharusnya, Baginda." Clathria berujar dengan senyuman manisnya sembari menyerahkan camilan yang dibawanya.

***

Gerald baru saja tiba dari istana utama. Tempat dia biasa menghabiskan waktu untuk bekerja. Langkahnya terhenti kala melihat jendela balkon Lyana masih terbuka. Pria itu segera memasuki area tempat tinggal permaisuri dan menuju kamar Lyana.

Ini sudah begitu larut dan Lyana masih belum menutup jendela balkon?

Gerald mengetuk beberapa kali, tetapi tidak ada sahutan. Ketika hendak meraih knop pintu. Pembatas kayu itu terbuka. Lyana yang membukanya. Wajah perempuan itu tampak tegang, dia tertawa canggung kala melihat sosok Gerald.

"Kenapa tidak menutup jendela?" tanya Gerald.

"Aku butuh udara segar beberapa saat," jawab Lyana.

"Kau sedang apa? Ini sudah larut, Lyana."

Perempuan itu tidak menjawab. Kemudian dia tertawa lahiran menyuruh Gerald untuk duduk. Menyajikan teh untuk Gerald.

"Kau istirahat saja, pasti lelah. Ini tehnya. Mau tidur di sini?" tanya Lyana begitu usai mengucapkan rentetan kata untuk mengalihkan pembicaraan.

Gerald lantas nenghela napas. Dia tidak ingin bertanya atau mendesak Lyana untuk menjawabnya lagi. Hubungan mereka baru membaik, itu karena hadiah dari Dewa yang ada di rahim Lyana. Jika Gerald membuat Lyana kembali tersinggung mungkin h buruk akan membuat hubungan mereka kembali memburuk.

"Ya, aku akan tidur di sini malam ini."

Lyana tersenyum senang. Kemudian dia duduk di sisi Gerald. "Tadi, Clathria datang."

Gerald seketika tersentak. Dia menatap Lyana yang duduk di sebelahnya. Istrinya itu tampak sangat bahagia. "Dia yang baru menyelesaikan perjalanan, memberikan banyak hadiah untukku, dia perempuan yang baik," imbuh Lyana.

Detik berikutnya, Lyana menatap Gerald. Mata emas pria itu bersinar di ruang temaram itu. "Gerald, selama bersama dengan Clathria apa kau tidak merasakan perasaan berbeda?" tanya Lyana.

"Tidak? Jika perasaan yang kau tanya itu adalah cinta," tegas Gerald.

Dia menatap intens mata biru Lyana. "Karena kau tahu sendiri jika aku mencintai satu orang saja sejak dulu, sekarang, dan nanti."

TBC

UNTUK PEMBACA SEKALIAN. DI TEMPAT KALIAN, DI DAFTAR ISINYA. ADA GA BAB 'SESUAI JANJI'? UDAH CENTANG. ARTINYA UDAH DIREVISI😌

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang