Unknown Character ✔

22.8K 3.1K 8
                                    


"Jennie, bagaimana dengan ini?" Lyana berputar perlahan usai memakai gaun selutut yang dipilihnya sendiri, gaun simpel berwana jingga. Lyana kini benar terlihat seperti seorang anak sebelas tahun yang manis dengan gaun itu.

"Anda sangat manis, Nona!" puji Jennie penuh semangat. Dia berseru bangga dengan hasil riasannya untuk Lyana. "Ayo, kita harus mengikat rambut Anda."

Lyana duduk di depan kaca, dengan Jennie yang sibuk menyisiri rambutnya. Mengepang dua rambut Lyana yang panjang. Lyana kini terlihat sangat manis dengan sentuhan pita berwarna orange di atas kepalanya. Manis sekali. Begitu selesai, Lyana langsung berdiri, menarik tangan Jennie untuk segera berangkat.

"Ayo!" ajak Lyana.

***

"Masuk."

Pintu ruang kerja Cleo terbuka. Menampilkan Lyana dengan gaun jingga yang ceria. Sesaat Cleo terdiam melihat penampilan Lyana yang begitu memukau, manis dan membuat siapa saja gemas.

"Saya izin untuk keluar mansion, Yang Mulia," ujar Lyana.

Cleo menutup dokumen yang tadi sedang ia periksa. Menatap putrinya dengan wajah serius. Kemudian dia menghela napas.

"Aku memang memberimu izin. Namun, tidak disangka kau akan keluar secepat ini," katanya.

"Saya ingin melihat dunia luar. Saya menjadi semangat karena Anda memberi izin. Kalau Anda tidak setuju maka--"

"Siapa bilang aku tidak setuju?" sambar Cleo.

Wajah Lyana berubah senang. Ia menatap Cleo yang berwajah datar itu dengan senyuman ceria. Kebebasan di depan mata.

"Tapi, biarkan salah seorang ksatria menemanimu," kata Cleo lagi.

Seorang anak remaja mendadak muncul dengan pakaian serba hitam. Dia pasti pasukan bayangan. Pasukan bayangan bukan pasukan biasa. Mereka adalah orang-orang terpilih dengan kecepatan, ketepatan, dan ketangkasan yang luar biasa. Sebagai anak muda yang bisa memasuki karakteristik pasukan bayangan di tempat ini bisa dibilang dia sangat berbakat.

"Dia Loye, mulai sekarang dia akan berada di sampingmu. Menemani dan mengawasimu," jelas Cleo

Lyana menoleh ke arah pemuda itu. "Anda mencoba mengawasi saya? Melalui dia?" tanya Lyana dingin.

"Anda takut kekuatan saya mengancam kekuasaan Anda?" tanya Lyana yang langsung berpikiran negatif tentang apa yang dilakukan Cleo.

Cleo tertawa sinis. "Sebenarnya apa yang kau pikirkan tentang ayahmu sendiri, Lilyana Van Bearc?"

"Seorang pria dingin tak punya hati." Lyana mengucapkan itu tanpa beban. Wajahnya datar dan dingin. Seolah kalimatnya itu tidak akan menyakiti Cleo, Lyana berujar dengan santai.

"Bukankah itu seharusnya sebutan untukmu sendiri yang menjaga batasan dengan keluargamu? Menganggap kami adalah orang asing," balas Cleo.

Hela napas kasar menjadi akhir pertengkaran. Gadis kecil itu memilih diam dan mengakhiri semuanya. Jika diungkit sudah pasti Cleo kalah. Tetapi, Lyana hendak cepat keluar dan menghirup udara segar. Lyana melirik kembali ke arah Loye yang langsung menunduk pada Lyana.

"Ayo!" seru Lyana. "Terima kasih atas izin Anda, Yang Mulia. Saya pamit undur diri," pamit Lyana.

Saat di depan pintu, langkah Lyana terhenti. Ia teringat sesuatu.

"Yang Mulia?"

Cleo yang baru melanjutkan kegiatannya terhenti, kembali menatap sang putri.

"Saya izin membawa dua orang budak yang masih muda di mansion dekat kamar saya, apakah Boleh?"

My Male Lead [SELESAI] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang