Bagian 3

39K 6.4K 721
                                    

Segala kebaikan datangnya dari Allah SWT, sedangkan segala keburukan datang karena kesalahan manusia. Cerita ini murni sebagai hiburan tidak ada unsur menjelekkan suatu ajaran agama.

—————

"Dan, panggil aku Mas Abi. Umurku 3 tahun lebih tua dari kamu." Abi menepuk lengan Ale dengan pelan.

Uhuk! Uhuk!

Ale terbatuk dengan kuat tersedak kuah mie ayam, dia segera menenggak es teh miliknya dengan rakus. Abi menepuk pelan punggung Ale dengan tatapan heran.

"Sialan lu!" Kesal Ale saat batuknya sudah mereda.

Abi terlihat kebingungan dengan maksud Ale, hingga dia pun menyadarinya lalu tertawa pelan.

"Maaf kalau ngebuat kamu risih. Santri pondok memang mengutamakan kesopanan, jadi panggilan mas atau adek itu hal biasa." Ujar Abi sembari terkekeh pelan.

Ale bergidik ngeri mendengar ucapan Abi, tak habis pikir dia harus memanggil sesama pria yang umurnya tak jauh darinya dengan sebutan seperti itu.

"Terus lu manggil gue adek Ale gitu?!" Ale menukik alisnya tajam.

"Kalau kamu mau boleh Dek Ale." Abi tersenyum geli saat melihat wajah Ale yang terlihat seperti ingin muntah.

Bocah itu pun menggelengkan kepalanya brutal dan membentuk tanda silang dengan tangannya. Abi pun mengangguk kecil sebagai jawaban.

Mereka pun kembali melanjutkan makan hingga selesai. Mereka tak segera pulang karena Ale mengajak Abi mampir ke minimarket dekat dari pesantren.

"Bang. Ada kondom ga sama pelumas?" Tanya Ale dengan santai.

Sedangkan Abi menatap terkejut kearah Ale yang justru balik menatapnya dengan tatapan risih.

"Buat coli bangsat. Mampus gue ga bisa ngewe di pondok. Jadinya senam jari aja dah lumayan." Bisik Ale sembari menarik turunkan alisnya.

Abi segera menjauh dan beristighfar sembari mengelus dadanya. Menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan keliaran Ale, di dalam pondok pun masih sempat memikirkan hal seperti itu.

Abi bukanlah pria yang suci hingga tak mengerti hal seperti itu. Dia pun pernah melakukannya namun hanya beberapa kali saja ketika dia benar-benar tak dapat menahannya. Walau begitu dia tak pernah melakukannya di pondok, bahkan terpikirkan saja pun tidak pernah.

Puk!

"Astaghfirullah!" Abi memekik terkejut saat mendapatkan tepukan di bahunya.

"Segitunya lu kaget liat orang ganteng. Ayo balik. Lu jangan bilang-bilang ustadz ye kalo gue beli ginian." Ancam Ale lalu melenggang lebih dulu.

Abi kembali beristighfar sembari menunduk menatap jalan dan berjalan di belakang Ale. Saat mereka berjalan dengan santai, terdapat segerombolan santriwati di depan mereka. Seketika mata Ale terlihat berbinar, dia membalik badannya dan mengguncant tubuh Abi membuatnya terkejut.

"Ada apa?" Tanya Abi dengan bingung.

"Mereka kayaknya santri juga ya? Kenalin gue ke mereka dong. Kali aja mereka butuh dibelah durennya." Ale terlihat begitu antusias.

AbiAle (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang