Bagian 11

37K 6K 552
                                    

Segala kebaikan datangnya dari Allah SWT, sedangkan segala keburukan datang karena kesalahan manusia. Cerita ini murni sebagai hiburan tidak ada unsur menjelekkan suatu ajaran agama.

Jangan lupa follow biar ga ketinggalan updatenya 💜 ga nyangka ada yang mampir baca huhu 🥺 terimakasih


————

Ale kembali ke kamarnya sembari menenteng buku yang diberikan Abi. Dan dia melihat Abi sudah berada di ranjangnya membaca buku, dia pun duduk di ranjang Abi yang mana membuat pria itu terkejut.

"Ngapa dah orang gue ga ngagetin." Heran Ale sembari membaringkan tubuhnya di ranjang Abi.

Setengah kaki Ale menapak lantai dan hal tersebut membuat Abi beranjak turun lalu menaikkan kaki Ale ke ranjangnya.

"Kaki kamu masih sakit." Gumam Abi sembari menyodorkan bantalnya ke arah Ale.

Ale menerimanya dan dia segera memejamkan mata karena mengantuk. Abi menatap Ale yang sedang tidur dalam diam. Wajahnya yang berkulit sawo matang, wajah oval dengan pipi yang cukup bulat. Bibirnya mungil dan berwarna merah kecoklatan.

Hidungnya tak terlalu mancung namun terlihat indah. Ia melihat bibir Ale terbuka sedikit dan mendengkur dengan pelan.

Puk!

Ia melihat kaki Ale kembali menapak lantai karena Ale tidurnya berada di tengah-tengah sedangkan kasurnya kecil. Abi segera membenarkan letak kaki Ale bahkan dia mengubah posisi tubuh Ale agar berbaring seluruhnya di atas ranjangnya.

Dia memilih duduk di lantai telah di samping kepala Ale. Dia pun membuka mushafnya dan mulai menghafal dengan berbisik. Kedua mata Abi terlihat mulai memberat, dia pun menyenderkan kepalanya di pinggiran ranjang berbantalkan lengannya.

Dia menghafal sedikit demi sedikit hingga tanpa sadar dia tertidur. Wajah Ale menghadap ke arah puncak kepala Abi, mereka berdua tidur dengan nyenyak hingga bel berbunyi.

KRIIIIIING!!! KRIIIING!!!

"HAAAHH ELAAAHH!!! CEPET AMAT DAH!!" Ale berteriak kesal.

JDUG!!!

"Bangsat!" Ale mengumpat saat hidungnya tak sengaja membentur kepala Abi.

Semua menatap sinis ke arah Ale yang mengelus hidungnya. Namun bocah itu terlihat tak peduli karena dia masih mengantuk. Abi pun terbangun sembari mengelus puncak kepalanya yang terasa sangat sakit.

Dia menatap ke arah Ale dan membulatkan matanya saat melihat hidung Ale mimisan. Dia segera mengambil tisu lalu menadahi darah tersebut.

"Maafin Mas. Ga sengaja." Lirih Abi dengan wajah bersalah.

Ale hanya mengangguk kecil sembari menahan tisu tersebut. Para santri segera berbondong keluar kamar karena harus mengantri kamar mandi. Hingga hanya tersisa mereka berdua.

"Masih sakit nggak?" Tanya Abi sembari kembali menyodorkan tisu ke arah hidung Ale.

Ale mengangguk kecil, ia menatap ke arah wajah Abi dan terlihat begitu khawatir sekaligus merasa bersalah.

AbiAle (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang