Bagian 17

39.1K 6K 518
                                    

Segala kebaikan datangnya dari Allah SWT, sedangkan segala keburukan datang karena kesalahan manusia. Cerita ini murni sebagai hiburan tidak ada unsur menjelekkan suatu ajaran agama.


—————

Jam belajar malam sedang berlangsung, sedari tadi mata Abi menatap diam-diam ke arah Ale yang sedang menggaruk kepalanya tiada henti sembari memasang wajah frustrasi.

"Gimana ini nulisnya?! Susah banget tai."

Abi dapat mendengar suara lirih Ale dari gerakan bibirnya. Ale pun mendongak dan menoleh kesana kemari seakan mencari bantuan. Hingga mata mereka bertemu, dan dengan cepat Abi menunduk menatap bukunya.

Melalui ekor matanya Abi dapat melihat Ale yang berjalan ke arahnya sembari membawa bukunya.

"Heh Anaabi." Bisik Ale sembari menatap was-was ke segala arah.

"Hm?" Sahut Abi sembari menatap ke arah Ale.

Ale pun duduk bersila di samping Abi dan membuka bukunya. Ia menunjuk ke kitab tauhid yang bertuliskan bahasa Arab.

"Ini ada tugas nih gimana gue jawabnya orang tulisannya semua Arab anjir. Gatau gue, mana yang lain pada pelit." Gerutu Ale dengan wajah frustrasi.

Abi tersenyum kecil, dia pun menarik sebuah meja lalu meletakkan kitab milik Ale.

"Berhubung kamu belum bisa bacanya jadi kali ini Mas aja yang kerjain biar cepet. Kamu belajar yang lain." Ujar Abi sembari mulai menggarap pekerjaan Ale.

Ale pun mengangguk semangat, dia kembali ke tempatnya dan membaca buku tauhid versi terjemah yang ia pinjam dari Abi. Pria itu meminjamkan kitabnya satu per satu kepada Ale dengan senang hati dan kembali percaya kepada bocah itu untuk menjaga kitabnya.

Abi mengerjakan setiap soal tersebut tanpa mencari jawaban dari kitabnya. Dia begitu lancar menuliskan jawaban menggunakan bahasa Arab.

Dan tak lama dia sudah menyelesaikan pekerjaan Ale. Dia menghampiri Ale yang sedang serius membaca dan memasang ekspresi yang berubah-ubah terlihat jika dia sedang kebingungan.

"Nih udah selesai." Ujar Abi sembari duduk di depan Ale.

Dia bersila dan tersenyum menatap ke arah Ale yang menutup bukunya.

"Makasih ye Anaabi. Jangan bilang-bilang ntar gue kena hukuman dari ustadz. Galak bener gue dimarahin terus." Adu Ale sembari berbisik.

Abi menggigit bibir bawahnya merasa gemas dengan ekspresi Ale. Abi pun mengangguk santai, Ale sudah kembali sibuk dengan bukunya namun Abi tak mengalihkan pandangan dari wajah tampan Ale.

Ale bukan tak tahu dia sedang dipandangi oleh Abi, namun dia hanya berpura-pura tak tahu karena dia takut mendadak salah tingkah. Detik ini jantungnya pun berdetak tak karuan hingga telapak kaki dan tangannya terasa dingin.

"Dek." Panggil Abi dengan suara beratnya.

"Ngapa dah? Lu jangan liatin gue terus Anaabi. Gue deg-degan terus Bangsat." Gerutu Ale tanpa berani menatap wajah Abi.

Abi menjauhkan kepalanya dan mendongak sembari memejamkan matanya. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan erat berusaha mengontrol dirinya sendiri.

"Makanya jangan terlalu menarik di depan Mas." Ujar Abi dengan pelan lalu dia beranjak pergi.

Ale melongo menatap Abi yang menuju kamar mandi. Dia tak mengerti maksud dari perkataan pria itu.

"Lah emang salah gue ya jadi ganteng? Pesona gue emang susah ditolak. Gantengnya universal gitu loh." Ale justru berbangga hati.

AbiAle (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang