Bagian 8 S2

27.6K 3.4K 629
                                    

Segala kebaikan datangnya dari Allah SWT, sedangkan segala keburukan datang karena kesalahan manusia. Cerita ini murni sebagai hiburan tidak ada unsur menjelekkan suatu ajaran agama.

—————

Mereka sudah kembali ke pondok, Abi sehari lebih cepat sementara Ale sehari setelahnya. Mereka memang sengaja tidak kembali secara bersamaan menghindari kecurigaan penghuni pondok. Karena hingga detik ini tak ada yang tahu kemana atau apa alasan Abi kabur dari pondok.

Abi sedang membersihkan dapur melaksanakan hukumannya, dia sudah terbiasa piket di pondok jadilah dia tak membutuhkan waktu lama hingga selesai.

"Assalaamu'alaikum."

Abi menoleh dan menghela napasnya panjang melihat Fian yang menatapnya berbinar. Fian menoleh kesana kemari lalu masuk kedalam dapur dan tanpa permisi memeluk tubuh Abi dengan erat.

"Fian kangen sama Mas. Fian juga khawatir, Mas kenapa?" Fian mengeratkan pelukannya.

Abi melepas pelukan Fian sembari menggeram marah. Dia menjaga jarak dan menatap Fian tajam.

"Antum jangan lancang." Peringat Abi sembari menunjuk wajah Fian.

Fian merotasi bola matanya malas, dia menutup pintu dapur lalu menguncinya dan mendekat ke arah Abi.

"Mas mau apa? Mau setubuhi Fian? Gapapa Fian mau kok. Asalkan Mas jadi pacar Fian. Ayo mas!" Fian merengek seperti anak kecil.

Abi naik pitam, dia meraih kunci pintu dari tangan Fian dengan kasar lalu mendorong Fian hingga terjatuh.

Dugh!

Kepala Fian membentur lemari piring cukup kuat membuat sang empu mengerang kesakitan. Abi tak peduli, dia membuka pintu dan menegang saat melihat Ale berdiri di depan pintu dapur.

Ale mengernyitkan dahinya saat melihat Fian terlihat kesakitan. Ia membuka mulutnya lebar menatap Abi dengan wajah terkejutnya.

"Lu abis ngewein dia Anaabi?!" Bisik Ale dengan wajah tak percaya.

Abi berdecak kesal, baru saja dia hendak berbicara namun Fian sudah menyelanya.

"Iya kenapa? Mas Abi nyetubuhin aku tadi. Kasar banget." Fian memeletkan lidahnya mengejek.

Ale menatap marah ke arah Abi yang hanya menatapnya dengan tatapan lelah. Dia menunjuk ke arah Fian dengan tatapan murkanya.

"Tuh lah kenapa ana ga pernah suka sama antum. Murahan." Abi meludah ke arah luar dapur dengan tatapan jijik ke arah Fian.

Ale melongo, dia seharusnya yang marah di sini. Dia hendak pergi karena hatinya sakit diselingkuhi Abi namun dengan cepat Abi menahan lengannya.

"Tunggu Mas di jemuran. Mas nyelesein piket dulu, nurut sama Mas." Ujar Abi dengan tegas.

Ale menarik tangannya dengan kasar lalu mau tak mau dia menurut karena dia pun sedikit tidak percaya dengan ucapan bocah pendek itu.

Abi menyapu dan dengan sengaja mengenai tubuh Fian seakan bocah itu adalah sampah yang harus disapu. Fian yang merasa kesal pun berdiri di depan tubuh bongsor Abi sembari mendongak.

"Fian gaa nyerah sebelum Mas Abi jadi pacar Fian." Peringat Fian dengan tatapan membara.

Abi menyingkirkan tubuh Fian dari hadapannya dengan kasar hingga hampir saja Fian kembali terjatuh. Bocah itu pun pergi dengan perasaan jengkel.

Abi menyelesaikan piketnya dengan cepat lalu segera ke area jemuran dan ia menghela napasnya lega melihat Ale benar-benar menunggunya di sana.

"Sayang." Panggil Abi dengan pelan.

AbiAle (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang