Bagian 29

36.6K 5.4K 631
                                    

Jika suka jangan lupa follow dan voment ya kakak 💜

-----

Ustadz Amri menatap Abi dan Ale yang sedang bercanda dengan yang lainnya dari jarak kejauhan. Ia menghela napasnya kasar sembari mengusap wajahnya kasar.

"Setelah Fian sekarang Ale. Ana kapan?" Gumam ustadz Amri dengan wajah sedihnya.

Dia bukan tipe manusia yang suka membongkar aib atau berniat buruk kepada teman-temannya. Apalagi itu menyangkut seseorang yang sudah lama ia cintai yaitu Abi, dulu awal Abi masuk ke pondok ini dia sangat dekat dengan Abi beberapa bulan.

Namun setelahnya mereka menjadi renggang karena pergantian kamar. Dia berusaha mendekatinya lagi namun tak pernah bisa sedekat dulu, lalu datanglah Fian yang selalu mendekati Abi. Dia tak bodoh jika bocah itu menyukai Abi terlihat dari tatapan Fian yang sama seperti dia menatap Abi.

"Kali ini benar-benar berat. Dia yang suka sama Ale." Gumam ustadz Amri merasa putus asa.

Dia melihat tatapan Abi berbeda setiap kali menatap Ale. Tatapan itu seakan menunjukkan tatapannya kepada Abi, dan dia pun melihat tatapan yang sangat tulus dari mata Abi saat menatap Ale.

Semua perhatian dan kebaikan Abi terhadap Ale pun sudah mampu ditebak ustadz Amri dengan gamblang. Dia sebenarnya sudah merasa curiga kepada Abi di saat dia sangat perhatian sama Ale. Oleh karena itu dia mendekati Ale untuk mengetahui kedekatan mereka sejauh mana.

Dan semuanya terasa semakin nyata saat dia mendengar perbincangan mereka berdua. Ustadz Amri tak terkejut, hanya saja tetap menyakiti hatinya.

"Bukan jodoh." Ustadz Amri tertawa kecil.

"AKHII ALI DWIAKBAR!" Terdengar teriakan dari arah ruangan komunikasi santri.

Ale pun segera berdiri dan berlari ke arah ruangan komunikasi, dia mendapatkan telepon dari keluarganya yang sudah dipastikan itu adalah Mas Agung atau mbak iparnya.

Dia terlihat begitu antusias menerima ponsel butut tersebut. Dia menempelkan nya di telinganya namun seketika senyumannya luntur.

"Dek.. Mas--hiks Mas Agung meninggal."

Jantung Ale berhenti berdetak, tangannya gemetar dan dia pun tak sanggup menahan tubuhnya.

Brug!

Ale duduk di lantai dengan wajah kosongnya, perlahan kedua matanya berair. Dia pun tak dapat menahan ponsel tersebut.

"HAARRGHH!!!" Ale berteriak histeris.

Yang mana membuat ustadz yang menjaga ruangan tersebut terkejut. Ia hendak menghampiri Ale namun tubuhnya didorong dengan kuat oleh Ale hingga terjatuh.

Dia berlari dengan kencang menuju gerbang pondok membuat semua santri menatap heran ke arah Ale.

"Hiks hiks!!" Ale terisak hebat sembari berlari dengan kencang.

BRUG!!

Dia pun terjatuh hingga kain bagian lututnya terbuka meninggalkan luka. Namun Ale dengan cepat berdiri dan berlari lebih cepat ke arah gerbang.

AbiAle (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang