Bagian 3 S2

37.1K 4.3K 280
                                    

Double update 🎉 saya ga suka disuruh². Jangan bilang saya sombong atau songong kalau anda pun seenaknya nyuruh² saya. Saya bukan babu anda. Makasih.

—————

"Gue takut." Bisik Ale sembari menarik tangan Abi.

Abi menarik Ale ke gang di samping kafe dimana tempat mereka membuat janji dengan mbak Ami. Abi menyentuh kedua bahu Ale sembari meremasnya pelan.

"Dia ga bakal gigit kamu kok. Ga kayak Mas yang suka gigit kamu." Ujar Abi dengan serius.

Ale mendorong kasar tubuh Abi merasa kekasihnya ini tak dapat mengerti apa yang sedang ia rasakan sekarang. Dia mengintip ke area dalam dan sudah melihat mbak Ami terlihat gelisah menunggunya.

Abi meletakkan telapak tangannya di pinggang Ale hendak membalik tubuh  bocah itu namun dengan cepat Ale menyingkirkan tangan Abi.

"Gosah sentuh-sentuh! Najis mughofafah!" Gerutu Ale sembari mendorong tubuh Abi agar menjauh.

Abi terlihat terkejut dengan apa yang dikatakan Ale, dia pun terkekeh pelan membuat Ale menoleh ke arahnya sembari menatapnya tajam. Dia kesal karena Abi tak menganggap serius perasaan takutnya sekarang untuk bertemu mbak Ami.

"Najis ada tiga macam. Najis mukhofafah yang paling ringan. Najis mutawasithah yang sedang. Najis mugholadoh yang paling berat. Ga ada Sayang najis mughofafah." Kekeh Abi sembari menarik pelan daun telinga Ale.

Ale berdecak kesal sembari menarik sekilas rambut Abi, dia malu karena salah namun dia berusaha untuk bersikap biasa saja walau Abi pun tahu jika dia sedang malu. Rumus yang dihafal Abi untuk seorang Ale adalah, jika sedang malu atau salah tingkah akan menganiaya dirinya.

Namun Abi tak masalah, dia senang selagi membuat Ale senang. Dia bahkan tak pernah bosan jika dianiaya Ale. Itu tanda cinta bagi Abi dari Ale untuk dirinya.

"Gosah ngajarin gue. Ini bukan di pondok. Gue pulang ajalah." Ale bersiap pergi namun dengan sigap Abi menarik pinggang Ale hingga membentur tubuhnya.

Ale hendak kabur lagi namun Abi memeluk erat perutnya agar bocah itu tidak dapat kabur.

Hingga beberapa pasang mata menatap ke arah mereka dengan tatapan aneh sekaligus risih.

Brug!!

Ale mendorong kasar tubuh Abi hingga terjungkal di tanah.

"Dia bukan pacar gue! Dia bapak tiri gue!" Ale berteriak dengan panik sembari menggelengkan kepalanya brutal.

Orang-orang tersebut semakin menatap aneh ke arah Ale, sedangkan Abi sibuk mengelus punggungnya yang terasa sakit. Dia pun menggenggam erat tangan Ale lalu menyeretnya untuk masuk kedalam kafe.

Ale hendak kabur namun mbak Ami sudah melihat keberadaannya. Ale menghela napasnya kasar menatap tajam ke arah Abi, mau tak mau dia pun masuk sembari menundukkan kepalanya.

Abi memutuskan untuk menunggu di meja lain enggan mengganggu perbincangan keluarga tersebut.

"Ya Allah Dek. Kamu kemana aja." Mbak Ami memeluk erat tubuh Ale.

Dia menangis di pundak Ale, dia merasa begitu senang karena melihat fisik Ale dalam keadaan baik-baik saja. Ale pun membalas pelukan mbak Ami dengan erat, dia kembali teringat akan almarhum mas Agung.

"Gue kangen sama mas Agung Mbak." Lirih Ale sembari mengusapkan air matanya di bahu mbak Ami.

Mbak Ami mengangguk mengerti, dia pun melepaskan pelukannya lalu mengusap air mata Ale dengan lembut.

"Udah jangan nangis. Mas Agung udah bahagia sama Allah Dek. Allah sayang mas Agung." Mbak Ami tersenyum sendu.

Ale mengangguk kecil, mereka pun duduk dan mbak Ami bertanya mengenai kabar Ale dan juga dimana Ale tinggal beberapa hari ini.

AbiAle (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang