BAB 3

1.8K 141 2
                                    

Wei Wuxian menatap keluar mobil. Ini bukan jalan akan kerumah Song Lan. Batinnya. Wei Wuxian rasanya ingin melompat keluar, dan menyelamatkan diri. Namun, cengkraman Song Lan begitu kuat. Di tambah sekarang Song Lan sudah mengikat tangannya dengan perekat. Tangannya memerah dan sakit di ikat dengan perekat begini.

"Kenapa liat keluar? Berharap ada yang nyelametin? Mimpi!“ ujar Xue Yang lalu tertawa mengejek.
"Mau kalian apa?“ tanya Wei Wuxian
"Uang dan ganri rugi" jawab Song Lan dan Xue Yang bersamaan
"Ganti rugi? Uang? Jadi kalian membawaku demi uang?“ tanya Wei Wuxian tidak percaya
"Kami tau keluargamu kaya..." jawab Xue Yang namun terpotong oleh perkataan Song Lan
"Sangat kaya" ralatnya
"Lalu kalian pikir keluargaku akan tinggal diam dengan ulah kalian?“
"Tentu tidak.. Tenanglah, kau tidak akan mudah di temukan" ujar Song Lan

Wei Wuxian berfikir keras, memutar otak agar keluarganya tau dimana dia dibawa, dan ia menemukan sebuah ide.

Wei Wuxian menghembuskan nafasnya "Song Lan... Aku butuh ke toilet" ujar Wei Wuxian
"Aku tidak percaya kebohonganmu" jawab Song Lan datar
"Ya sudah aku akan pipis disini. Agar hidung kalian mencium bau tidak enak disini“ ujar Wei Wuxian
"kau!!“
"Kau apa? Aku sudah tidak tahan"
"Xue Yang. Berhenti di pengisian bahan bakar depan" perintah Song Lan

Xue Yang menghentikan mobil di pengisian bahan bakar terdekat. Tangan Wei Wuxian yang di ikat dengan perekat, Song Lan tutupi dengan jaketnya. Song Lan mengikuti Wei Wuxian sampai kamar mandi.

"Song Lan, bagaimana caranya aku membasuhnya jika kau tidak memotong perekat ini" ujar Wei Wuxian
"Awas saja kau sampai lari" ancam Song Lan lalu mengeluarkan pisau lipat dan memotong perekatnya.
"Tidak" jawab Wei Wuxian Singkat

Saat Wei Wuxian akan masuk salah satu bilik toilet, Song Lan berencana akan ikut masuk, segera Wei Wuxian tendang ia keluar. Song Lan marah dan menyumpah serapahi kelakuan Wei Wuxian. Sedangkan Wei Wuxian masih berusaha mencari cara untuk keluar. Ia mengambil ponselnya, ia mode silent. Ia menghidupkan air di ember agar suara telponnya tersamarkan. Ia menelpon Jiang Cheng. Disana Jiang Cheng kaget dengan panggilan telpon dari Wei Wuxian. Ia segara angkat dan me - loudspeaker telpon dari Wei Wuxian.

"Jiang Cheng. Aku di toilet. Aku dibawa kearah barat. Tidak tau dimana" ujar Wei Wuxian pelan
"Aku akan melacakmu dengan aplikasi. Aktifkan gps mu. Aku akan melacak no hpmu" ujar Lan Wangji
"Baik. Cepatlah" ujar Wei Wuxian mulai tenang
"Buat jaga-jaga, kirim lokasimu sekarang, dan jangan matikan panggilannya" ujar Jiang Cheng
"Kami sudah telpon polisi. Adik Wei tenang saja... Aku juga ingat nomor plat mobilnya" imbuh Lan Xichen
"Wei Wuxian!! Lama sekalian kau!!! Kau berak?“tanya Song Lan yang menggedor pintu kamar mandi Wei Wuxian
"Iya. Tunggulah sebentar lagi" jawab Wei Wuxian asal
"Dia mengawasimu?“ tanya Jiang Cheng
"Ya. Aku keluar dulu" jawab Wei Wuxian lalu memasukan HP nya ke kantong celana nya, tanpa ia matikan pamggilan telponnya.

Wei Wuxian keluar dari toilet. Song Lan diam saja dan langsung menyeret Wei Wuxian ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Tak lupa, tangan Wei Wuxian di ikat lagi dengan perekat. Tak lama mereka memasuki sebuah kawasan Pabrik. Wei Wuxian hanya menatap kanan kiri nya penuh dengan bangunan besar, lebar, dan panjang.

"Ini Kawasan pabrik“ ujar Wei Wuxian pelan
"Ya kau benar" jawab Xue Yang
"Kemana kau membawaku Xue Yang?“
"Tempat tak terduga.. Hahahaha" ujar Xue Yang lalu membawanya lagi melewati hutan kecil, yang sangat terlihat tidak tersentuh tangan manusia
"Dimana ini? Hutan ini rapat, dan terlihat jika jarang terjamah dan banyak ilalang dan..." ucapan Wei Wuxian terhenti. Matanya membulat tak percaya "Gubug? Kau membawaku ke gubug reyot begini? dan apa nama jalan tadi? Pocong selatan? Kau bercanda Xue Yang?" tanya Wei Wuxian begidik ngeri
"Ini rumah tua! Bukan gubug! Goblok!!!"ucap Xue Yang galak
"Bagiku ini gubug" ujar Wei Wuxian pelan
"Kau merasa takut? Silahkan teriak semaumu. Tidak ada Orang sekitar sini" ujar Song Lan
"Sayang... Kau turunlah. Aku akan mencarikan makan untuk kita berdua" ujar Xue Yang
"Turun! Cepat!!“ bentak Song Lan lalu menarik lengan Wei Wuxian dengan keras
"Iya!Gila!“bentak Wei Wuxian lalu turun dari mobil dan Xue Yang segara menjauh
"Kau!! Tadi berani membentakku!?“ tanya Song Lan emosi

Bugh...

Song Lan memukul perut Wei Wuxian hingga ia terduduk, merasakan sakit di perutnya. Air matanya keluar tanpa komando. Ia benar-benar salah memilih orang. Perasaannya yang mulai timbul ke Song Lan langsung hilang sejak Song Lan bermesraan dengan Xue Yang di depannya. Wei Wuxian memukuli kepalanya sendiri yang berdenyut nyeri. Tak hanya di manfaatkan, juga di siksa.

"Kau mau bunuh diri?" tanya Song Lan lalu membawa Wei Wuxian masuk ke dalamnya.
"Song Lan... Kau tau kan aku sangat suka kebersihan, dan kau tau dimana sekarang? Lihatlah, debu, sarang Laba-laba, tikus, kecoa... Song Lan bawalah aku ke Hotel saja... Biarkan aku yang membayarnya" ujar Wei Wuxian yang membuat Song Lan tertawa
"Kau pikir kita liburan? Kau itu sandraku! Jangan meminta hal yang aneh-aneh! Cepat masuk! Jangan hanya di depan pintu" Song Lan kembali mendorong Wei Wuxian dengan kaki hingga ia terjerembab, jatuh ke lantai.

Wei Wuxian menatap di depannya ada sebuah balok kayu. Segera ia ambil dan ia mulai memukuli Song Lan. Song Lan mundur kebelakang dan berusaha melindungi kepalanya dari serangan brutal Wei Wuxian. Namun serangannya terhenti saat Xue Yang masuk dan menendang tubuh Wei Wuxian. Balok kayu yang Wei Wuxian pegang terjatuh. Ia tersungkur mundur ke lantai karena tendangan Xue Yang.

Xue Yang marah. Ia menaruh makanan yang ia beli di meja tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia melihat tangan Song Lan yang terluka karena pukulan Wei Wuxian. Xue Yang meraih balok kayu di lantai dan membalas pukulan demi pukulan ke wajah dan tubuh Wei Wuxian. Wei Wuxian berusaha melindungi kepalanya, namun tangan gesit Xue Yang berhasil memukul kepala, punggung, dan kakinya hingga bertubi-tubi.

Sirine polisi terdengar dari jauh. Xue Yang dan Song Lan panik. Xue Yang menatap Wei Wuxian yang sudah tidak berdaya dan tergeletak di lantai dengan tatapan hina. Ia meraba celana dan baju Wei Wuxian. Ia mendapati, HP Wei Wuxian yang masih terhubung dengan telpon di sebrang.

"Sial! Dia telpon seseorang sejak tadi" ujar Xue Yang
"Apa? Bagaimana bisa? Sejak kapan?" tanya Song Lan
"Saat dia ke toilet mungkin! Telihat dari waktunya sudah 1 jam" jawab Xue Yang "Song Lan!! Kau bodoh sekali!! Kenapa tidak kau buang HP nya saat kita berangkat!!“ rutuk Xue Yang
"Kau juga bodoh! Kenapa tidak lari sekarang, saat dengar sirine, mumpung masih jauh!“ balas Song Lan
"Baik, kita pergi dulu!" pandangan Xue Yang lalu teralihkan ke Wei Wuxian yang mulai kehilangan kesadaran "kita akan kembali dan membalasmu" ucap Xue Yang, lalu menginjak perut Wei Wuxian hingga ia terbatuk dan mengeluarkan darah segar dari mulutnya.

Xue Yang dan Song Lan lari, mereka memasuki wilayah hutan. Polisi terlihat mengejar mereka. Hingga polisi melepaskan timah panas itu, dan menembus kaki Song Lan. Song Lan terjatuh. Ia meminta Xue Yang untuk kabur. Dengan berat hati, Xue Yang segera lari dari kejaran polisi. Song Lan berhasil di tangkap, dengan langkah terseok-seok, ia kembali ke rumah lama tersebut. Ia melihat Wei Wuxian yang sudah pingsan, dan berada di dekapan Lan Wangji.

"Yang satunya kemana pak?“ tanya Jiang Cheng
"Dia lolos. Namun pencariannya tidak akan berhenti" ujar pak Polisi
"Terima kasih pak" jawab Jiang Cheng
"Mari... Kita bawa Wei Wuxian ke rumah sakit" ujar Lan Xichen
"Dimohon salah satu dari kalian segera ke kantor polisi untuk memberi keterangan" imbuh pak polisi
"Baik pak. Kami harus ke rumah sakit, mengantar saudara saya dulu" jawab Jiang Cheng

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang