BAB 4

1.7K 136 1
                                    

Lan Xichen segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Sedangkan Jiang Cheng menelpon Wen Qing jika Wei Wuxian dalam perjalanan kerumah sakit. Wen Qing mengangguk, ia akan ke rumah sakit bersama Jiang Yanli.

"Segeralah" ucap Jiang Cheng
'Kau seperti tidak tau saja bagaimana saat aku dijalan dalam keadaan panik' ujar Wen Qing
"Tetaplah berhati-hati. Kau tidak ingin aku bunuhkan karena mencelakai kakakku"
'Tenang... Kakakmu aman... Jika terjadi sesuatu aku akan menyembuhkannya' Wen Qing segera memutuskan sambungan telponnya sebelum Jiang Cheng lebih marah.
"Gila. Lihat saja nanti kalau terjadi sesuatu" umpat Jiang Cheng namun sangat pelan, walau begitu masih terdengar oleh Lan Xichen.

Setelah pembicaraan Jiang Cheng dan Wen Qing selesai, Jiang Cheng menatap wajah Lan Wangji. Seseorang yang ia kenal tidak pernah berekspresi, sekarang orang itu sedang menangis. Ya, Lan Wangji menangis. Ia membelai lembut wajah Wei Wuxian, mata Wei Wuxian yang tertutup rapat, membuat degub jantung Lan Wangji tak beraturan.

"Kak... Bisakah lebih cepat?“ tanya Lan Wangji
"Wangji tenanglah" ujar Lan Xichen
"Lan Wangji, kemana kau selama ini? Tidak taukah kau menderitanya A-Xian kau tinggal tanpa penjelasan" tanya Jiang Cheng penasaran
"A- Cheng, bukankah kau sudah aku ceritakan?“ tanya Lan Xichen
"Hanya ingin mendengar dari mulutnya! Kau dan Dia tidak tau bagaimana kami menjaga A-Xian agar tidak berbuat konyol!“ dengus Jiang Cheng kesal
"Wei Ying... Aku bersalah" ungkap Lan Wangji pelan lalu meraih tangan Wei Wuxian, dan ia genggam erat-erat
"Satu hal yang aku sembunyikan dari kalian tentang Wei Wuxian" ungkap Jiang Cheng pelan lalu mengambil hp nya dan menatap salah 1 gambar di hp nya. Gambar itu tidak terlalu jelas, namun di sana seorang pemuda terkapar dengan banyak darah
"Apa itu?“ tanya Lan Xichen sedikit mengintip gambar di hp Jiang Cheng
"Wangji, kau ingat meninggalkan A-xian kapan?“ Tanya Jiang Cheng yang berusaha tenang dan kalem, walau hati dan matanya menyiratkan amarah dan kesedihan
"Lulus SMP" jawabnya
"Dan kau pasti ingat hari dan tanggalnya" tebak Jiang Cheng
"Hari senin. Tanggal dan bulan sudah lupa"
"Hari ulang tahun A-xian. Dia denganku dan kakak mengejarmu ke bandara... Namun dia tertabrak dan koma selama 2 bulan" kalimat terakhir yang Jiang Cheng ucapkan sangat pelan, namun penuh penekanan dan amarah. Lalu ia menunjukan gambar di hpnya pada Lan Xichen dan Lan Wangji.
"Ini Kecelakaannya?“ pekik Lan xichen dan Lan Wangji hampir bersamaan
"Saat itu kami naik motor. Aku dengan kakak, A-xian naik sendiri. Sepanjang perjalanan kami dapat melihat jika A-xian menangis. Karena hal ini lah ia tak melihat truk di depannya dan membuatnya terpental dan..." cerita Jiang Cheng terpotong karena sudah sampai rumah sakit dan langsung di tangani oleh Wen Qing yang baru sampai rumah sakit
"Lalu?“ tanya Lan Wangji yang sudah duduk di ruang tunggu menunggu Wei Wuxian
"A-cheng, kalian berbicara tentang apa?" tanya Jiang Yanli
"Masa lalu A-xian" raut wajah Jiang Yanli semakin suram mendengar penuturan adiknya tentang masa lalu
"A-xian tertabrak truk, ia terpental dan tubuhnya membentur mobil yang tidak jauh darinya. Ia koma selama 3 bulan... Walau sadar ia tetap mempunyai kelemahan" ujar Yanli pelan
"Kelemahan?“ tanya Lan Wangji
"Lengannya patah!!! Dia Trauma naik motor!! Dia bahkan tidak bisa memegang stir mobil terlalu lama... Bahkan dia tidak mau hari ulang tahunnya diingat!!!" bentak Jiang Cheng yang sedari tadi menahan amarah
"A-cheng... Sabar... A-Xian ada didalam" ujar Jiang Yanli
"Aku sudah dengar jika kau mencari Wei Wuxian, namun jika kau cari hanya ingin melukainya lagi, pergilah, Wei Wuxian tidak butuh!!“ bentak Jiang Cheng
"A- Cheng, ini sepenuhnya tidak salah Wangji" ujar Lan Xichen berusaha membela adiknya
"Oh... Bela saja adikmu! Kau tidak tau tekanan psikologis A-xian! Tanya ke adikmu! Apa yang sudah dia perbuat hingga A-xian stress dan hampir gila!" ujar Jiang Cheng penuh emosi
"Apa maksudmu. Apa yang Wangji perbuat?"
"Mereka sudah tidur bersama!!!" teriak Jiang Cheng
"Tidur bersama? Namun Adik Wei laki-laki... Tidak apa kan?“ tanya Lan Xichen
"Tuan Lan Xichen, A- Xian itu spesial. Ia memiliki rahim. Jadi A-xian bisa hamil, dan pada saat itu A-Xian hamil dan kehilangan janinnya" ucap Jiang Yanli
"Hamil? Janin?“ tanya Lan Wangji
"Kau tidak percaya? Kau ingin menyangkalnya jika itu bukan benihmu? Kau tidak ingin mengakui apa yang kau perbuat? Brengsek!“ Jiang Cheng memukul pipi kanan Lan Wangji
"A-cheng... Jika A-xian tau, dia tidak menyukai hal ini" ucap Jiang Yanli
"A-cheng... Ini rumah sakit" ucap Lan Xichen
"Aku tak tau! Aku tak tau dia hamil" kata Lan Wangji lalu mengalirlah bulir-bulir air mata tanpa ia sadari
"A-xian akan mengatakannya padamu di hari ia ulang tahun!! Kau berjanji akan merayakan bersama A-xian hari itu!!! Kalian akan berlibur!! Namun kau pergi tanpa penjelasan...“ ucap Jiang Cheng di akhir kata menyorotkan kesedihan
"Lalu sebenarnya kenapa tuan muda lan kedua ini pergi tanpa penjelasan?“ tanya Jiang Yanli
"Kak... Akan aku jelaskan nanti" ucap Jiang Cheng
"Kau tau jawabannya A-cheng?“ tanya Jiang Yanli tidak percaya, yang di balas anggukan Jiang Cheng
"Mungkin dalam fikiranmu, jika A-xian sudah terikat denganmu mengapa ia dengan Song Lan... Benar?" tanya Jiang Cheng mulai tenang
"Itu pertanyaanku" ucap Lan Xichen
"Dia memang awalnya menjadikan Song Lan menjadi pelampiasan. Jika di tanya apakah Wei Wuxian cinta Song Lan mungkin jawabannya iya... Itu sekarang... Aku tau dari semua yang ia lakukan. Namun tidak seperti dia cinta kau! Lan Wangji!!“ Jiang Cheng berhenti berbicara dan tidak ingin menjelaskan lagi
"Karena kecelakaan itu A-Xian istirahat setahun. Selama setahun, kami berusaha mengembalikan A-xian yang dulu" lanjut Jiang Yanli
"Lalu bagaimana dengan Song Lan" tanya Lan Wangji
"Song Lan lah yang membuat A-Xian kembali ceria. Selama ini di depan kami Song Lan selalu menghormati A-xian. Tapi kami tau Song Lan sangat mudah main tangan, dan kami tau, Song Lan sudah memiliki Xue Yang kekasihnya" ujar Jiang Yanli
"Song Lan... Kenapa dia mau menjadi budak Xue Yang?“ tanya Lan Xichen pelan
"Cinta... Apalagi kalau bukan Cinta... Gila!!" umpat Jiang Cheng

Wen Ning dan Wen Qing keluar dari ruang UGD. Di belakangnya nampak Wei Wuxian di atas brangkar sedang memejamkan matanya, untuk di bawa ke kamar rawat.

"Kalian apa yang terjadi tadi? Aku mendengar keributan dari dalam" tanya Wen Qing
"Bagaimana A-xian?“
"Kau tenanglah... Wei Wuxian itu kuat... Dia lusa sudah bisa pulang. Biarkan dia beristirahat sebentar disini" ujar Wen Qing lalu pergi di ikuti adiknya Wen Ning.
Langkah Wen Ning terhenti "Tuan muda Lan Wangji, kami sahabat A-Xian akan selalu berusaha menjaga A-Xian. Jangan kau lihat dia kuat, lihat dalamnya ia sangat rapuh" Lan Wangji menatap Wen Ning yang menjauh. Ia tertegun dengan ucapan Wen Ning, yang menghilang mengikuti kakaknya.

Selang beberapa jam, Wei Wuxian sadar. Ia melihat ibunya tertidur di sofa yang tak jauh darinya. Lalu di kursi dekatnya ada Lan Wangji. Ya Lan Wangji yang setia menemani Wei Wuxian, pandangan matanya sama sekali tidak teralihkan dari Wei Wuxian. Untuk sekedar memejamkan mata pun tidak untuknya.

"Kau sadar?“ tanya Lan Wangji
"Lan Zhan" sapanya lemah
"A-xian... Kau sadar?“ tanya Jiang Yanli dan Jiang Cheng yang baru saja masuk membawa makanan untuk Cangse Sanren dan Lan Wangji

Cangse Sanren terbangun. Ia segera menghampiri anaknya. Ia memeluk Wei Wuxian, dan terisak pilu. Ia tidak menyangka jika selama dirinya pergi, anaknya mengalami hal buruk dalam hidupnya. Wei Wuxian terkekeh pelan, ia berusaha menenangkan ibunya, bahwa ia akan baik-baik saja.

2 hari kemudian

Wei Wuxian saatnya pulang kerumah. Jiang Cheng dan Jiang Yanli menjemputnya. Sedangkan kedua orang tua Wei Wuxian sudah berangkat lagi keluar kota pagi ini. Wei Wuxian tidak menuntut banyak kepada kedua orang tuanya. Hanya dapat melihat, sebulan sekali, dan berkomunikasi setiap hari itu sudah cukup untuk Wei Wuxian. Jikalau kemarin - kemarin kedua orang tuanya di sini jika tidak berbicara pekerjaan ya bertengkar mengenai pekerjaan. Seperti hidup yang mereka cintai itu bekerja. Namun dengan kejadian ini Wei Wuxian sadar jika orang tuanya mencintainya. Disini Wei Wuxian mempunyai keluarga Jiang yang sudah seperti kedua orang tuanya, yang memberikan kasih sayangnya untuk Wei Wuxian juga. Meski begitu, hal ini tidak sama dengan kasih sayang kedua orang tua kandung.

Wei Wuxian masuk ke mobil Jiang Cheng. Ia duduk di kursi penumpang di depan. Wajahnya masih sedikit pucat. Namun sudah terlihat lebih baik. Sedangkan Jiang Cheng menyetir di sampingnya, dan Jiang Yanli duduk di belakang.

"A-cheng... Apakah Song Lan dan Xue Yang sudah tertangkap?“ tanya Wei Wuxian menatap Jiang Cheng, yang akhirnya buka suara
"Song Lan sudah... Sedangkan Xue Yang... Ia kabur" jawab Jiang Cheng

Mata Wei Wuxian menatap keluar kaca mobil. Ia mendenguskan nafasnya keras - keras. Ia masih teringat kejamnya mereka, yang ternyata hanya memanfaatkannya demi uang. Mendadak kepalanya berdenyut nyeri teringat hal ini.

"A-xian... Kau kenapa?“ tanya Jiang Yanli lalu meminta Jiang Cheng menepikan mobilnya di pinggir jalan
"Hanya sedikit pusing" ujarnya sambil memegang kepalanya yang terbungkus kain perban
"Perlukah kembali kerumah sakit?“ tanya Jiang Yanli
"Tidak" jawab Wei Wuxian singkat
"Kalau begitu, kau jangan memikirkan sesuatu yang tidak penting! Biar kami yang mengurusnya!" ujar Jiang Cheng lalu melajukan mobilnya kembali
"Oh A-Xian... Kakak ada kabar gembira" ujar Jiang Yanli yang berusaha mengalihkan pikiran Wei Wuxian
"Apa itu kak?“
"Kakak sudah di lamar Jin Zixuan. Kakak akan menikah sebentar lagi" jawab Jiang Yanli
"Ah... Selamat kak... Aku ikut bahagia" ucap Wei Wuxian lalu mengenggam erat tangan kakaknya
"Terima kasih A-xian... Sekarang kau Istirahatlah. Setelah sampai kami akan membangunkanmu" ucap Jiang Yanli

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang