BAB 10

993 82 5
                                    

Lan Wangji membawa Wei Wuxian untuk mengelilingi kota dengan motor yang ada di villa. Lan Wangji memarkirkan motornya dekat dengan pasar tradisional sekitar sana. Lan Wangji mengajak jalan-jalan Wei Wuxian untuk melihat apa saja yang di jual di sini. Mulai dari bahan makanan, lauk pauk, pakaian, makanan tradisional di daerah sana, hingga buah tangan. Wei Wuxian membeli cemilan, ia juga membeli sebuah buah tangan dan kenang-kenangan. Sepasang patung kecil yang mirip dengannya dan Lan Wangji dan sepasang giok couple berbentuk bulat berwarna biru lembut.

Tak terasa mereka pergi sudah cukup lama dan sudah hampir tengah hari. Lan Wangji membeli beberapa lauk disana untuk makan siang semua orang di villa, dan ia segera pulang.

Malam harinya mereka mengadakan api unggun dan barbeque di halaman depan villa. Sedikit menyeramkan, namun pantulan bulan purnama membuat mereka melihat keindahan danau. Mereka bercanda, dan bahkan bernyanyi bersama. Keheningan malam menjadi malam yang penuh teriakan, dan tawa. Wei Wuxian dan Jiang Cheng yang selalu bertengkar karena masalah kecil, membuat orang-orang di sekelilingnya hanya mampu menggelengkan kepala. Sampai mereka mendengar suara lolongan serigala. Mereka terdiam.

"Ehm, Wangji, kak Xichen, apakah disini ada serigala?“ tanya Jiang Yanli
"Sepertinya masih ada. Namun jauh berada di hutan sana" jawab Lan Xichen menunjuk hutan di sebrang danau
"Mari kita akhiri malam ini..." usul Wei Wuxian yang terlihat jika ia takut
"Benar. A-Xian takut anjing. Ia akan lebih takut lagi dengan serigala" ujar Jiang Cheng
"A-Cheng!! Perlukah kau ungkapkan semua kelemahanku di depan semua orang!?" tanya Wei Wuxian
"Ah... Ini belum semua...." jawab Jiang Cheng namun mendapat mata Wei Wuxian yang membulat melihat kearah lain
"Eh,, saudaraku semua... Apakah mataku salah melihat?“ tanya Wei Wuxian
"Memang apa yang kau lihat?" tanya Jiang yang mengikuti arah mata Wei Wuxian di ikuti yang lain
"Putih-putih lompat-lompat itu apa?“ tanya Wei Wuxian
“cepat masuk" ujar Lan Wangji lalu menyiram Api unggun dengan air
"Apa... Itu apa?“ tanya Jiang Cheng
"Makhluk halus. Pocong.... Kau tau kan?“ tanya Jin Zixuan
"Mengapa disini ada?"tanya Jiang Cheng
"Dimanapun ada makhluk astral A-Cheng" jawab Jiang Yanli
"Kakak tidak takut?“ tanya Wei Wuxian
"Kami berdua melihatnya kemarin. Asal kita tidak menganggu, dia juga tidak akan menganggu" jawab Jiang Yanli
"Sudah mari kita tidur" ajak Lan Xichen

Keesokannya saat mereka sarapan, ponsel Wei Wuxian berdering. Mamanya menelpon batinnya senang. Ia menekan tombol terima, dan menempelkan ponsel ke telinganya.

"Iya ma... Bagaimana kabar kalian disana? Kami sedang makan disini... Tumben mama telpon... Ada apa ma...?“ tanya Wei Wuxian namun tidak ada jawaban.
"Ma... Hallo... Ma... A-Xian sudah selesai makan... Bicaralah ma..." ucap Wei Wuxian lalu minum obat dan air mineral yang di sediakan Lan Wangji
"Nyalain speakermu" ujar Jiang Cheng di angguki Wei Wuxian dan menaruh ponselnya di meja.
"Hallo" sapa Wei Wuxian dan Jiang Cheng bersamaan
'A-Xian' suaranya berat namun ia tau ini bukan mama atau papanya
"Ayah?“ tanya Jiang Cheng
'A-Cheng' panggilnya
"Ayah? Dimana mama? Dimana papa? Mengapa ponsel mama ada dengan Ayah?"
'A-Xian... Mamamu sedang dalam perjalanan kembali kerumah'
"Ah... Baguslah... Lalu mengapa ponsel mama ada dengan Ayah?“
'A-Xian... Jasad mamamu yang sedang perjalanan kerumahmu kami akan segera naik pesawat'
"Jasad? Apa maksud ayah Jasad?" air mata Wei Wuxian mengalir tanpa ia sadari
'A-mian... Biar aku yang mejelaskannya ke anakku' terdengar suara pelan di belakang telpon
'A-Xian'
"Papa? Jasad apa maksud ayah tadi?"
'A-Xian... Kami akan segera berangkat. Dan kemungkinan sampai lusa siang'
"Pa!!!! Jawab saja pertanyaanku.... Jasad apa? Maksud ayah tadi apa? Hanya perlu di jawab saja!!" ucap Wei Wuxian lalu meraih telponnya dan pergi keluar villa di ikuti yang lain
'Mamamu... Meninggal A-Xian' jawab Wei Changze
"papa bohong... Bagaimana bisa? Cepat berikan telponnya ke mama"
'Mamamu tidak sengaja terjun A-Xian...'
"Terjun!!??"
'Dia bertengkar denganku, lalu dia terpeleset dan terjun dari lantai 10’
"Pa... Kenapa kalian selalu bertengkar? Tidak mengertikah dengan perasaanku sebagai anak yang jika kalian pulang malah mendengar pertengkaran kalian? Sekarang lihat!!! Gara-gara kau, istrimu meninggal!!“ ucap Wei Wuxian lalu melempar ponselnya ke arah danau. Tubuhnya lemas, ia memunduk menahan air matanya yang seakan tidak mau berhenti.

Mereka yang berada disana mengerti dengan pembicaraan orang tua dan anak tersebut. Lan Wangji memeluk Wei Wuxian.pecahlah tangisan Wei Wuxian yang semakin kencang  di dada Lan Wangji.

"Lan Zhan... Ayo pulang... Antar aku pulang" pinta Wei Wuxian
"Emn... Mari kita pulang" jawab Lan Wangji.
"Kita akan pulang bersama A-Xian" ucap Jiang Yanli

Mereka bersiap untuk pulang. Sebelum pulang ia pamit dlu dengan Pak Rouhan, jika mereka akan pulang siang ini. Pukul 10 kurang mereka sudah pulang. Wei Wuxian hanya diam sepanjang perjalanan. Pandangan matanya kosong. Ia tidak menjawab saat di tanya. Saat berhenti untuk makan siang, ia juga tidak makan, obatnya pun tidak ia minum. Perkataan Jiang Yanli tidak ia hiraukan. Godaan Jiang Cheng ia anggap angin lalu, yang ia ingin kan sekarang hanya pulang.

Mereka sampai dirumah Jiang Cheng sore hari. Wei Wuxian langsung mengambil tasnya dan berjalan menuju rumahnya sendiri. Mian Mian membukakan pintu depan Rumah Wei Wuxian. Mian Mian terlihat habis menangis. Wei Wuxian melihat wajah Mian Mian yang masih terlihat sedih. Wei Wuxian masuk di ikuti oleh Lan Wangji. Wei Wuxian terdiam ia melihat seseorang yang tak asing yang merawatnya juga sejak kecil. Luo Qingyang. Ibu dari Luo Mian Mian.

"Tuan muda Wei" sapa halus Luo Qingyang
"Bibi..." balas Wei Wuxian lalu memeluknya
"Yang sabar Tuan muda... Nyonya sudah tenang" ujar Luo Qingyang
"Gak bi... Papa pasti bohong. Sebelum lihat jasad mama, aku tidak akan mempercayainya" ujar Wei Wuxian lalu melepaskan pelukkannya dan pergi ke kamarnya. Namun baru memijakan kakinya di satu anak tangga, kepalanya berdenyut pusing dan hampir limbung
"Wei Ying" Lan Wangji segera menolong Wei Wuxian dan membopongnya menuju kamarnya di lantai 2.
"Bisakah panggilkan Kak Yanli?" tanya Lan Wangji
"baik tuan"
"Lan Zhan..." panggil Wei Wuxian
"Emn... Aku disini" jawabnya
"Lan Zhan... Jangan pergi"
"Aku tidak pergi Wei Ying"

Tak lama Jiang Yanli datang. Di ikuti Jiang Cheng mengekor di belakangnya. Mata Wei Wuxian terpejam namun masih mengeluarkan bulir-bulir air mata. Jiang Yanli bingung harus berbuat apa, akhirnya ia memanggil Wen Qing. Wen Qing datang dan menyuntikan obat penenang untuk Wei Wuxian agar ia bisa tidur.

"Sejujurnya, ini pukulan berat untuknya. Aku hanya takut, ia akan kembali stress" ujar Wen Qing
"Apa yang harus kita lakukan?“
"Saat ini. Kita hanya bisa menjaganya. Harapannya masih besar jika ini kebohongan paman Wei"
"Tidak mungkin" gumam Jiang Cheng
"Lalu bagaimana dengan kepalanya jika kambuh? Ia juga tidak mau minum obat" tanya Jiang Yanli
"Paksa dia untuk makan. Makan apapun, yang ia mau agar dia mau minum obat... Temani dia... Jika salah satu pergi, yang lain harus menemani"
"Separah itu?" tanya Lan Wangji
"Tuan Lan Wangji, aku mengetahui bagaimana dia saat kau tinggal dulu" ujar Wen Qing "aku pergi dulu" imbuh nya lalu pergi di ikuti Jiang Yanli.
"Wangji... Depresi A-Xian bisa kambuh kapanpun, dan ini termasuk penyebabnya" ujar Jiang Cheng

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang