BAB 12

776 68 1
                                    

Wei Wuxian terbagun pagi hari. Hampir bersamaan dengan subuhnya umat Islam. Hari yang ia tunggu tiba, batin Wei Wuxian. Entah kenapa hatinya tau jika mama dan papanya serius kali ini. Tapi pikirannya terus teringat masa lalu tentang candaan mamanya tentang kematian. Hal ini sangat memuakan dan tidak lucu. Pukul 7 mereka semua sudah  berkumpul di rumah Wei Wuxian. Luo Qingyang memasak banyak makanan. Mereka makan bersama namun dengan suasana yang berbeda dari kemarin. Canda tawa yang biasanya keluar dari mulut Jiang Cheng atau Nie Huaisang seolah lenyap.

"A-Xian... Kau tidak menghabiskan makan mu?“ tanya Jiang Yanli dan di pelototi semua orang
"Ah... Kakak lupa ya, kemarin aku makan banyak... Ini masih sedikit kenyang" ujar Wei Wuxian
"Saudara Wei... Bukannya kemarin kau hanya makan sangat sedikit ya?“ ujar Nie Huaisang yang diangguki hampir semua orang
"Ah... Kalian mungkin tidak melihatnya saja" jawab Wei Wuxian lalu tersenyum hambar(senyum yang dipaksakan)
"Ya sudah, segera minum obatnya" ucap Wen Qing yang dibalas anggukan oleh Wei Wuxian
"Ah, saudara Nie, aku tidak melihat kakakmu dan Jin Guangyao?" tanya Wei Wuxian
"Ah, mereka pulang semalam. Akan menjemput Paman Jin pagi ini. Jadi mereka akan kemari nanti" jawab Nie Huaisang
"Ah tiap ada kakakmu dan Jin Guangyao suasana selalu menakutkan. Mereka berbeda level dengan kita yang masih muda, hanya memandang kita dan jarang mengeluarkan suara... Seperti hantu" ujar Jiang Cheng
"Hai! Itu kakakku!" ujar Nie Huaisang
"Kalian... Stop" ujar Wen Qing

Selesai makan, mereka berkumpul di ruang keluarga. Setelah selang beberapa jam Nie Mingjue, Jin Guangshan, dan Jin Guangyao datang. Jin Guangshan memeluk Wei Wuxian yang masih dengan tatapan datar. Bagaimanapun Jin Guangshan sudah diberi tau jika sebenarnya Wei Wuxian masih tidak percaya jika mamanya meninggal.

"Ah... Kenapa kalian semua memakai hitam-hitam... Sedang berkabungkah? Bahkan Lan Zhan dan kak Xichen juga“ tanya Wei Wuxian (ini latarnya Indonesia ya... Jadi pakaian berkabungnya hitam)
"Wei Ying"
"Aku sendiri yang memakai putih... Mungkin aku harus ganti" ujar Wei Wuxian lalu melemparkan ponsel barunya ke Jiang Cheng
"Hei... Kau ingin ganti ponsel lagi? Lempar barang seenaknya!“ ujar Jiang Cheng
"Ayo Wei Ying, aku temani" ujar Lan Wangji

Selama Wei Wuxian berganti pakaian, paman Lan Wangji datang. Lan Qiren, Lan Qiren, dahulunya teman sekolah Cangse Sanren. Pandangan Wei Wuxian sedikit takut dengan kedatangan Lan Qiren. Pasalnya ia tau Lan Qiren tidak menyukainya. Tapi bagaimanapun Lan Qiren orang yang paling tua disini. Ia juga tetap menghormatinya sebagai orang yang di tuakan.

"Tidak perlu takut. Aku sudah merestui. Kalian" ujar Lan Qiren
"Paman..." ujar Lan Wangji
"Terima kasih tetua Qiren"
"Panggil saja paman, seperti Xinchen, Wangji dan Wanyin"
"Ba... Baik paman"

Kring
Kring
Wei Wuxian menoleh. Ia tau itu suara ponselnya yang di pegang Jiang Cheng. Jiang Cheng memberikan ponsel itu karena panggilan dari papanya ke Wei Wuxian namun Wei Wuxian tolak. Akhirnya Jiang Cheng lah yang angkat telpon itu.

"Speaker" bisik Jiang Yanli
"Halo pa"
'A-Cheng.Dimana A-Xian?'
"Ehm... Dia... Dia..."
'Papa hanya ingin memberitahu, kami sudah dalam perjalanan. Mungkin sekitar 30 menit kami sampai'
"Baik pa"

Lebih dari 30 menit mereka menunggu, dan terdengar suara sirine yang mengalun kencang membelah udara sepi di perumahan tersebut. Peti itu di keluarkan dan di taruh di ruang tamu yang sudah berubah dengan tanpa sofa dan hanya beralaskan tikar. Wei Changze, Jiang Fengmian, dan Yu Ziyuan muncul. Mereka menyambut dan memeluk ketiga orang yang datang ini. Kecuali Wei Wuxian. Saat papanya mendekati nya, ia malah berbalik dan ingin pergi. Namun tangannya tidak lepas dari lengan Lan Wangji. Lan Wangji berusaha tetap di tempat dan mencengkram pinggang kecil Wei Wuxian.

"A-Xian... Maafkan papa. Jika saja kami tidak bertengkar... Jika saja papa mengalah"
"Pa... Aku muak jika ini kebohongan papa dan mama seperti dulu! Bicaralah jujur... Sudah 2 kali aku di jahili kalian tentang kematian!"
"A-Xian... Mamamu benar-benar sudah pergi" ujar Jiang Fengmian
"Ayah... Ibu... Papa... Jujurlah... Aku lelah... Kepalaku pusing... Aku tidak ingin mengikuti alur kebohongan kalian"
"A-Xian... Percaya papa kali ini... Biarkan mamamu tenang... Dia sedih disana melihat anaknya tidak percaya begini" ujar Wei Changze
"Buka petinya... Akun tidak percaya jika itu mama"
"Wei Ying... Ini tidak benar" ujar Lan Wangji
"Lan Zhan... Bagaimana aku percaya jika itu mama. Bisa saja itu mayat orang lain"
"Sudahlah, buka petinya. Turuti saja permintaan anak keras kepala ini!" ujar Wei Changze

Wei Changze meminta beberapa bodyguard nya untuk membuka peti tersebut. Peti tersebut terbuka, dan semerbak bau wangi yang tercium. Beberapa orang termasuk Wei Wuxian, Lan Wangji, Lan Qiren dan orang-orang lainnya melihat kedalam peti. Mata Wei Wuxian membulat sempurna. Wajah pucat pasi mayat mamanya yang terlihat terbungkus kain putih dan hanya di lihatkan Wajahnya saja. Membuat Wei Wuxian tidak bisa lagi mengelak.

"Ma... Mama... Ini A-Xian ma... Anak kesayangan mama... Ma... A-Xian menemukan kalung ini ma... Saat mama datang ke mimpi A-Xian tentang kalung ini... Ma... A-Xian rindu mama... A-Xian jarang memeluk mama... Ma... " ucap Wei Wuxian dengan isak tangis
"Kalung itu... Kalung yang akan mama berikan ke kamu jika kamu menikah nantinya" ujar Wei Changze
"Pa... Mama kenapa gak bangun? Kenapa hidung mama diberi kapas? Pa... Bagaimana cara mama bernafas jika begini?“ ujar Wei Wuxian lalu akan mengambil kapas tersebut
"Wei Ying... " panggil Lan Wangji yang mencengkram erat tangan Wei Wuxian dan menjauhi peti dan Wei Changze
"Lan Zhan... Mama belum meninggal Lan Zhan... Mama pernah bilang ingin cucu dariku... Jika dulu aku tidak kecelakaan pasti aku sudah melahirkan anakmu untuknya... Lan Zhan... Mama tidak akan meninggalkanku...mama malu padaku Lan Zhan..." ujar Wei Wuxian lalu mendekatkan dirike papanya
"Pa... Apa papa dan mama malu punya anak yang kelainan seperti aku? lelaki namun memiliki rahim seperti aku? jadi papa sering pergi dan sekarang mama meninggal?“ tanya Wei Wuxian yang ucapan mulai meracau
"A-Xian... Kami bangga punya dirimu. Kami tidak malu" ujar Wei Changze
"Ma..." panggil Wei Wuxian lalu memegang kepalanya dan pingsan
"A-Xian/Wei Ying/Wei Wuxian" pekik orang-orang

Lan Wangji langsung meraih tubuh Wei Wuxian dan membopongnya menuju kamarnya di ikuti Wen Qing, Jiang Yanli, dan Jiang Cheng. Sedangkan beberapa orang terdekat tak mampu tak kaget dengan apa yang Wei Wuxian katakan. Terutama Lan Qiren, yang ingin mendapatkan penjelasan dari temannya tersebut. Wei Changze

"Apa maksud Wei Wuxian tadi?“ tanya Lan Qiren ke Wei Changze
"Wei Wuxian intersex.. Yang artinya kondisi seseorang yang terlahir dengan dua jenis kelamin berbeda. Contohnya, A-Xian lelaki, tidak hanya memiliki penis, namun juga rahim. Sama halnya dengan wanita punya rahim namun juga testis" ucap Wei Changze
"Bagaimana itu bisa terjadi?“ tanya Lan Qiren
"Biasanya terjadi karena perubahan genetik. Karena tidak hanya A-Xian yang seperti itu" ujar Jiang Fengmian
"Lalu bagaimana cara mengobatinya?“ tanya Lan Qiren
"Intersex bukanlah penyakit paman Lan, melainkan fenomena atau variasi biologis. Oleh karena itu, tidak ada pengobatan untuk kondisi intersex.. Seperti saya dan A-Xian" jawab Jiang Cheng yang mendapatkan tatapan tajam dari Lan Qiren
"Paman... Paman pasti akan mendapat cucu dari kami" bisik Lan Xichen yang mendapat senyum tipis dari Lan Qiren.

Di kamar Wei Wuxian ia sudah kembali sadar. Namun tatapannya menjadi kosong. Ia kembali tidak bicara dengan siapapun. Saat peti mamanya akan di tutup dan akan di berangkatkan untuk di makamkan, Wei Wuxian hanya menatapnya kosong. Namun Lan Wangji dan Jiang Cheng yang berada di sampingnya dapat merasakan jika nafas Wei Wuxian tidak beraturan.

Selesai acara pemakaman Wei Wuxian membereskan pakaiannya. Ia membawa 1 koper besar. Ia tidak menjawab semua orang yang bertanya padanya. Termasuk. Jiang Yanli yang hanya mendapat tatapan sendu dari Wei Wuxian. Lan Wangji berusaha mengikuti langkah kaki Wei Wuxian. Sampai langkah Wei Wuxian terhenti karena dihadang papanya.

"A-Xian... Papa tau kau sangat terpukul, tapi disini papa juga merasakan hal yang sama“
"Aku akan pindah. Aku membeli apartemen. Aku akan tinggal disana" ujar Wei Wuxian dingin tanpa memandang tatapan papanya
"Aku ikut Wei Ying" ujar Lan Wangji yang membuat Wei Wuxian berbalik menatapnya
"Kau siapa? Hubungan kita apa? Kenapa kau urusi hidupku?“ tanya Wei Wuxian sinis
"Ayo menikah. Dihadapan keluargamu dan keluargaku. Ayo menikah sekarang!“ ucapan Lan Wangji berhasil mendapat gelengan kepala dari kakaknya namun tersenyum bahagia. Namun berbeda dengan Lan Qiren, matanya membulat, dan ia tidak percaya jika itu ponakan pendiamnya baru saja bicara
"Lan Zhan!! Jangan gegabah... Tidak malu kau mengajakku menikah di hadapan banyak orang begini? Tidak ingat kau, baru saja mamaku di makamkan?" ujar Wei Wuxian
"Tapi jika kau Kabur-kaburan begini, membahayakan nyawamu, aku tidak rela Wei Ying"
"Jika kau mau ikut, ikut saja, jika tidak aku tidak mengajakmu juga... jika menikah nanti dulu" ujar Wei Wuxian lalu berjalan menjauhi Lan Wangji dan semua orang
"A-li... Ini tanda Wuxian seperti dulu kan? Setelah di tinggal ia pilih pergi menjauh, dan berbuat hal buruk" ujar Wen Qing yang mendapat ingatan buruk dari Jiang Cheng yang ikut mendengarnya
"A-Xian! Wei Wuxian! Tunggu!! Aku ikut!!" teriak Jiang Cheng yang juga di ikuti Lan Xichen
"Kenapa kau mengikutiku kak Xichen?“ tanya Jiang Cheng
"Aku tidak akan membiarkanmu sendiri"

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang