BAB 14

790 68 1
                                    

Wei Wuxian terdiam. Ia memandang wajah dan mata Jiang Cheng, namun anehnya matanya melihat sekitarnya buram termasuk orang di depannya saat ini. Wei Wuxian meresa frustasi. Ia mengacak-acak rambut nya. Ia mendorong semua orang yang ada di depannya. Ia bangkit dan lari menjauh. Namun di cengkram Jiang Cheng dan Lan Wangji. Wei Wuxian tidak yakin jika orang yang mengatakan dirinya Jiang Cheng itu Jiang Cheng, walau dia hafal suara Jiang Cheng tetap saja ia merasa matanya buram untuk saat ini.

"Tidak... Kau bukan A-Cheng... Mentang-mentang mataku buram kau dapat menyamar jadi A-Cheng! A-Cheng saudaraku! Dia tidak akan meninggalkanku sendiri dengan lelaki yang pernah memperkosaku!!" bentakan Wei Wuxian membuat cengkraman Lan Wangji mengendur ia kaget dengan ucapan Wei Wuxian
"Wei Wuxian!!! Aku A-Cheng!!! Lihat baik-baik! Dengarkan suaraku baik-baik! Kau tidak hafal Suaraku?! A- Xian!!“ panggil Jiang Cheng keras-keras sambil menghentak-hentakan bahu Wei Wuxian
"Cobalah kau basuh matanya atau kau tiup" ujar Lan Xichen
"Tidak... Ini hanya perasaannya saja. Sebenarnya matanya tidak apa-apa. Dia pernah begini sebelumnya" ujar Jiang Cheng
"Wei Ying... Aku tau aku salah. Tidak bisakah kau memberiku kesempatan? Aku akan menebus kesalahanku" ujar Lan Wangji
"Siapa... Suara siapa? Mengapa mirip suaranya... Jiang Cheng?... Jika kau benar Jiang Cheng bawa aku pergi! Jauhkan aku dari suara itu... Dari orang itu" ujar Wei Wuxian
"Baik-baik.... Ayo kita ke kamar. Akan ku jauhkan kau dari nya" jawab Jiang Cheng "kak Xichen siapkan obat penanang untuk A-Xian... Kau sudah lihatkan obatnya dari Wen Qing tadi?“

Jiang Cheng memberikan obat penenang untuk Wei Wuxian, dan segera Wei Wuxian minum lalu ia tertidur. Jiang Cheng keluar dari kamar Wei Wuxian. Ia melihat wajah sendu Lan Wangji. Jiang Cheng hanya mampu menghembuskan nafas berat. Ia tidak bisa berbuat banyak untuk Lan Wangji. Jiang Cheng berjalan ke arah dapur, ia mengambil air, dan meneguk habis segelas air mineral. Ia kembali berjalan ke sofa dan merebahkan tubuhnya disana. Ia memandang langit-langit apartemen. Ia teringat masa lalu saat Wei Wuxian kehilangan calon anaknya.

"Wei Wuxian lebih parah dari ini saat ia tau kehilangan janinnya dan kehilangan dirimu disaat yang bersamaan. Apalagi saat itu usia A-Xian masih muda. Bisa kau bayangkan? Usia belia yang merasakan cinta pertama, namun sudah merasakan hamil dan keguguran... Hanya kami yang berusaha menenangkan A-Xian... Dulu caranya tenang adalah di telpon kan mama. Mendengar nyanyian mama. Namun sekarang dia harus bergantung pada obat. Bisa kau bayangkan jadi aku atau kakak? Kami saudaranya walau tidak sedarah" ujar Jiang Cheng kalem dan matanya masih tertuju ke langit-langit apartemen
"Lalu saat itu apa saja yang ia perbuat?“ tanya Lan Wangji
"Dia sering melukai tubuhnya. Mungkin jika kau lihat sekarang masih ada sisa tipis bekas luka di tubuhnya. Ia menggunakan cutter untuk melukai tubuhnya. Tidak hanya di tangan, bisa di kaki bahkan di dada dan perut. Wen Qing pernah bilang mentalnya belum membaik... Self harm... Kau tau self harm?"
"Tidak" jawab Lan Wangji
"Self harm adalah masalah kesehatan mental seseorang yang berusaha menyakiti dirinya secara sengaja. Individu yang melukai diri sendiri akan melakukan berbagai cara atau keinginan untuk mati. self harm sebenarnya bukanlah sebuah gangguan jiwa, namun merupakan kegagalan seseorang dalam menghadapi stres" jawab Jiang Cheng
"Mengapa dia melakukan hak itu?“
"Bisa karena tidak bisa mengekspresikan emosi, A-Xian yang selalu memendam emosinya sejak kecil sehingga ia tidak bisa mengungkapkan emosinya namun bisa juga tanda untuk menunjukan ke orang sekitarnya bahwa ia pantas untuk di perhatikan juga Atau karena lebih baik merasa sakit. diabaikan orang yang dicintai atau mengalami mati rasa dalam hidupnya, merasakan sakit adalah pilihan yang lebih baik dari pada merasakan kekosongan...atau karena depresi yang memang adalah gangguan mental"
"Lalu bagaimana cara mencegahnya?“ tanya Lan Wangji
"Jangan tinggalkan dia sendiri. Ajak ngobrol, pancing dia untuk menangis untuk meluapkan emosinya, banyak hal sebenarnya" ujar Jiang Cheng
"Apa penyebab dia tidak bisa mengekspresikan emosi?"
"Saat kecil ia sudah tinggal papa dan mama. Sekalipun mereka pulang sekalipun di depan A-Xian, mereka bertengkar. Namun ayah dan ibu selalu berkata ke A-Xian, untuk tidak mengikuti jalur papa dan mama yang selalu bertengkar. Jadi anggapan dia adalah memendam emosi dan perasaan adalah yang terbaik dan sejak saat itu dia belajar memendam emosi, amarah, dan lihat sekarang, ia tidak bisa mengekspresikan emosinya dengan baik"
"Apakah setelah dia bangun masih seperti tadi?“
"Sepertinya tidak. Namun aku tidak tau. Pengaruhmu terlalu besar dalam hidup A-Xian. Kau hanya perlu berusaha lebih keras untuk meluluhkan hatinya yang sudah kau hancurkan dulu! Hah... Kalian pulanglah... Aku bisa merawatnya" ujar Jiang Cheng
"Tidak.. Aku akan tetap disini menjaga Wei Ying" ujar Lan Wangji
"Dan aku disini menjaga mu" imbuh Lan Xichen yang di tujukan untuk Jiang Cheng
"Apa-apa kalian!? Jika kalian disini akan tidur dimana? Terutama kau ! Wangji!“ ujar Jiang Cheng yang hanya menggelengkan kepalanya
“aku bisa di sofa"
"Kalian tidak bekerja?"
"Besok kami bekerja. Kau sendiri tidak bekerja A-Cheng?“ tanya Lan Xichen
"Tidak Kak Xichen, ayah dan papa. Menugaskanku menjaga A-Xian"

Aaaaa

Terdengar suara teriakan dari arah kamar Wei Wuxian. Jiang Cheng dan yang lainnya segera mendatangi kamar Wei Wuxian dan mendapati Wei Wuxian yang sudah terjatuh ke lantai. Jiang Cheng segera membantu Wei Wuxian untuk bangun dan kembali ke tempat tidurnya.

"Bagaimana caranya kau tidur sehingga bisa jatuh, hah!?“ tanya Jiang Cheng
"A-Cheng... Aku bermimpi buruk... Mama mengajakku ke apartemennya di China, lalu ia tersenyum dan terjun dari lantai atas. Aku berusaha menggapainnya... Namun terlambat" ujar  Wei Wuxian
"Sudahlah mama sudah tenang. Tidurlah kembali"
"A-Cheng... Aku ingin pergi dari kota ini... Aku tau, tadi depresiku kambuh. Mungkin aku menyakitimu atau Lan Zhan... Maaf" ujar Wei Wuxian pelan di kalimat terakhir
“tidak.. Kau tidak menyakiti ku" bohong Lan Wangji
"Emn... Terima kasih"
"Wei Ying... Izinkan aku menikahimu" ujar Lan Wangji
"Tidak Lan Zhan... Aku... Aku belum bisa"
"Kau tidak bisa menerimaku atau memang tidak bisa menjalin hubungan?“
"Lan Zhan... Kau pacarku. Aku tidak akan menjalin dengan orang lain. Namun, aku... Aku belum siap jika... Sudahlah..." ujar Wei Wuxian yang terlihat sudah lelah untuk menjelaskan
"Wangji... Jangan membebani hati dan pikiran adik Wei dulu" bisik Lan Xichen
"Lan Zhan... Aku tidak siap untuk mempunyai anak dulu... Aku tidak siap berkomitmen... Aku tidak siap jika kau akhirnya pergi lagi tanpa pamit..."
"Aku janji tidak akan melakukannya... Aku janji"
"Kau tau aku punya sakit mental yang terkadang kambuh jika terkena tekanan..."
"Aku tau... Ayo kita sembuhkan bersama"
"Kita bisa bertahap Lan Zhan"
"Benar kata Wei Ying. Bertahap saja. Jangan gegabah" imbuh Jiang Cheng

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang