BAB 13

748 69 2
                                    

Mereka berempat sampai apartemen baru milik Wei Wuxian. Apartemen itu lumayan besar. Memiliki 2 kamar yang berukuran sedang dan 1 toilet. Apartemen itu memiliki 1 balkon. Di balkon tersebut ada 2 kursi rotan dan 1 meja rotan berwarna putih. Wei Wuxian berjalan ke dapur. Ia mengambil 4 kaleng minuman.

"Duduklah" ujar Wei Wuxian lalu menaruh kopornya di dalam kamar
"Aku akan tinggal disini bersamamu" ujar Lan Wangji
"Tidak perlu. Aku bisa jaga diri" ujar Wei Wuxian
"Aku akan disini bersamanya. Kau tenanglah" ujar Jiang Cheng
"Kabari aku jika kau akan pergi"
"Hei... Aku bukan anak kecil yang perlu kalian awasi!" ucap Wei Wuxian sedikit marah
"Kapan kau membelinya A-Xian?“ tanya Jiang Cheng
"Sebulan lalu"
"Kenapa kau membeli apartemen?"
"Kalian tau, Dari balkon atau dari kamar, dapat melihat pemandangan indah kota saat malam hari"
"Membeli karena pemandangan!?“
"Tentu saja tidak! Tempat baru yang tidak terjamah dari orang lama..."
"Apa maksud adik Wei?" tanya Lan Xichen akhirnya buka suara
"Tidak ingin mengingat kenangan lama. Tempat untuk menenangkan diri. Sekarang di kota besar seperti ini, dimana tempat untuk menenangkan diri jika kita tidak beli atau sewa"
"Kau tidak ingin mengingat diriku?" tanya Lan Wangji
"Tuan Lan Wangji... Walau aku ingin melupakanmu, kau sudah muncul lagi di hadapanku... Seberapa jauh q pergi jika takdir berkata kita akan bertemu tentu kita akan bertemu kan"

Srak

Pintu kaca balkon Wei Wuxian buka penuh. Wei Wuxian melangkah keluar melihat pemandangan dari balkon. Tak terasa air matanya meneteskan. Ia teringat beberapa jam lalu saat di pemakaman.

*Flashback on*

Wei Wuxian tak mampu menahan air matanya saat jasad mamanya di masukan ke liang lahat. Lan Wangji berusaha menenangkan Wei Wuxian yang masih saja menangis sampai suaranya serak. Saat jasad mulai ditutupi oleh tanah, Wei Wuxian sudah lemas. Ia memanggili mamanya, namun apa daya, orang yang sudah meninggal tidak akan terbangun lagi. Wei Changze meminta Lan Wangji untuk menjauhkan Wei Wuxian dari makam. Sampai berdoa selesai Wei Changze mendekati Wei Wuxian yang sudah lelah untuk menangis dan meraung. Wei Changze berjongkok di depan putranya yang tengah duduk bersama Lan Wangji di salah satu bangku yang tidak jauh dari sana.

"A-Xian... Papa mama... Sangat menyanyangimu... Papa tau semua salah papa... Papa tau kau mungkin tidak bisa memaafkan papa. Tapi yang papa miliki hanya dirimu A-Xian, dan yang kau miliku hanya papa A-Xian... Begini saja apa yang kau minta akan papa turuti"
"Ijinkan aku untuk menenangkan diri pa..."
"Baik jika itu yang kau mau, papa tidak muncul di depanmu sementara waktu. Kau juga sementara tidak perlu bekerja, papa juga akan kirim uang untukmu setiap bulan. Kapanpun kau butuh sesuatu telpon papa"
"Baik... Itu kesepakatannya"

*Flashback Off*

"A-Xian apa yang kau pikiran?“ tanya Jiang Cheng mendekati Wei Wuxian yang berada di balkon
"Aku lelah A-Cheng... Aku lelah untuk hidup. Aku memiliki semua yang orang mau. Harta, tampan, di sukai banyak perempuan... Namun aku cacat A-Cheng,, intersex ku mungkin yang membuat papa mama jadi jarang di rumah... Dan kau lihat sekarang... Mama yang biasanya video call duluan tidak ada... Jika papa penyebab kematian mama, apa aku harus membalas papa? Tidak mungkin A-Cheng... Karena hanya papa keluarga kandung terdekatku"
"Ada aku... Aku saudaramu A-Xian"
"Aku ke kamar dlu... Jika kalian mau ambil pakaian ambil saja, tinggalkan memo di kulkas, tentang siapa yang disini terserah kalian. Yang pasti aku ingin sendiri dulu" ucap Wei Wuxian lalu masuk kekamarnya dan menguncinya dari dalam
"Aku harus pulang dulu mengambil pakaian, dan aku akan ambilkan pakaianmu di kamar A-Xian" ujar Jiang Cheng yang tertuju pada Lan Wangji
"Emn..  Aku akan menjaganya. Terima kasih"

Di dalam kamar Wei Wuxian mampu mendengar percakapan mereka yang ada di luar. Saat Jiang Cheng dan Lan Xichen sudah pergi, ia sempat berteriak. Lan Wangji panik. Ia gedor pintu itu dengan kencang, dan Wei Wuxian keluar kamar dan mendekati Lan Wangji dengan tersenyum ramah. Ia duduk di balkon hanya memandang keluar tanpa mengindahkan perasaan Lan Wangji yang tengah khawatir. Wei Wuxian saat ini ia sudah berganti pakaian. Hanya mengenakan kaos tipis berwarna putih dan celana pendek tipis yang berwarna putih pula. Sangat terlihat celana dalam yang Wei Wuxian pakai. Lan Wangji terlihat hanya menatapnya hampir tanpa berkedip.

"Kenapa berteriak? Ada yang sakit?" tanya Lan Wangji yang mencoba keluar dari imajinasinya
"Tidak... Aku baik. Terima kasih"
"Wei Ying... Kau lupa? Jangan ada maaf dan terima kasih"
"Maaf Tuan Lan. Saya berterima kasih karena anda sudah perhatian dengan saya" ujar Wei Wuxian
"Tuan Lan?"
"Anda... Nama anda tuan Lan Wangji bukan?"
"Ya itu namaku... Namun, kau kenapa Wei Ying?“ tanya Lan Wangji seperti tidak mengenal Wei Wuxian
"Kenapa anda memandangku seperti itu?“ tanya Wei Wuxian mundur selangkah karena takut tatapan Lan Wangji
"Kau jangan menggodaku Wei Ying" ujarnya pelan yang membuat Wei Wuxian mundur lagi
"Menggoda yang bagaimana Tuan Lan?" tanya Wei Wuxian
"Pakaianmu"
"Kenapa dengan pakaianku?“
"Tidak... Ini sudah siang. Mau ku masakan sesuatu?atau minum?"
"Es. Aku membeli es coklat di lemari pendingin"
"Aku ambilkan" ujar Lan Wangji langsung menuju lemari pendingin dan di sana banyak sekali es coklat dan sedikit vanila
"Terima kasih" setelah Wei Wuxian menerimanya "ambil saja jika kau mau"
"Emn. Kau mau makan... Aku masakan"
"Aku tidak punya bahan makanan Tuan Lan... Aku hanya ada mie instan"
"Akan ku belikan makan. Tunggulah disini. Jangan berbuat macam-macam"
"Emn... Aku memang lapar Tuan Lan... Belikan yang pedas untukku"
"Baik... Ingat jangan aneh- aneh dah macam-macam"
"Iya" jawab Wei Wuxian yang mampu bernafas lega.

Lan Wangji keluar dari pintu apartemen Wei Wuxian. Wei Wuxian segera mengunci pintu tesebut. Sedangkan Lan Wangji segera menghubungi Jiang Cheng jika ia pergi sebentar untuk membelikan Wei Wuxian makan, yang malah mendapat amukan dari Jiang Cheng.

"Bisa order lewat online kenapa harus keluar sendiri untuk membelinya! Jika dia berbuat bodoh bagaimana!?“ ujar Jiang Cheng dengan emosi menggebu-gebu
"Dia tadi terlihat baik saja"
"Woy!! Memang kau tau apa isi kepala nya!? Sekarang kau segera pulang! Aku akan cepat, karena hanya ambil saja sudah disiapkan dan segera ke sana!" perintah Jiang Cheng yang di sanggupi Lan Wangji
'Apa separah itu depresi Wei Ying?' gumam Lan Wangji dalam hati

Di dalam apartemennya, Wei Wuxian saat di kamar tadi seperti teringat masa lalu saat Lan Wangji saat SMP yang menjamahnya, ia dahulu berusaha melawan namun akhirnya ia menikmatinya dan berakhir ia hamil, itulah sebab ia berteriak saat di dalam kamar tadi. Sekarang Wei Wuxian tidak melakukan apapun. Ia hanya diam duduk di balkon. Dalam keadaan basah kuyub. Ya.... Setelah Lan Wangji keluar Wei Wuxian masuk ke kamar mandi. Ia menyalakan Shower, dan ingin rasanya ia mengiris nadinya. Namun ia urungkan dan hanya mengenggam pisau lipat kecil sampai telapak tangannya berdarah, dan sekarang disini lah dia, tak melakukan apapun. Sampai ia melihat ke bawah, samar ia melihat Lan Wangji kembali. Ia segera ke pintu, dan mengganti sandi pintunya. Tanggal ulang tahun Lan Wangji. Setelahnya ia kembali masuk ke kamar mandi. Ia meringkuk, seperti takut jika Lan Wangji akan menjahatinya seperti dulu. Di berikan janji manis lalu di buang.

Lan Wangji sampai depan apartemen. Ia mencoba membuka pintu itu namun tidak bisa. Ia menggedor pintu namun tak ada jawaban. Sampai Jiang Cheng datang dengan raut wajah khawatir.

"Wangji, jika depresinya kambuh pikirannya bisa macam-macam. Bisa saja dia mengira aku atau orang yang mendekatinya orang yang tidak baik. Dia seperti punya kepribadian lain! Sudah ku bilang jangan di tinggal sendiri!! Jika sudah seperti itu, hanya mama yang mampu membuatnya sadar!" ujar Jiang Cheng
"Sabar A-Cheng, lalu bagaimana sekarang untuk masuk? Kau tau kata sandinya" tanya Lan Xichen
"Kata sandinya mungkin ulang tahun Wangji. Wei Wuxian orang yang pelupa. Namun ia selalu ingat ulang tahun Wangji dan kakak. Dulu awalnya kata sandi semuanya adalah ulang tahunnya. Namun karena kejadian itu ganti ulang tahun kakak atau wangji. Wangji ingatlah, jika ia sudah melupakan ulang tahunmu berarti rasa cintanya padamu sudah hilang" ucap Jiang Cheng lalu mencoba menekan tombol sesuai dengan ulang tahun Lan Wangji.

0508 tidak bisa, Jiang Cheng memutar otak. Ia akan mencoba lagi. Jiang Cheng mendapat ide. Mungkinkah.... 05080510 dan berhasil. Ulang tahun Lan Wangji dan ulang tahun Wei Wuxian sendiri. Mereka langsung mencari Wei Wuxian. Ia tidak ada di kamar, sampai satu tempat yang belum mereka cari toilet. Jiang Cheng mendengarkan ada suara air. Ia semakin yakin jika Wei Wuxian ada di toilet. Saat Jiang Cheng buka, pintu tidak terkunci. Ia melihat keadaan Wei Wuxian yang sudah pucat dan meringkuk ketakuatan, ditambah telapak tangannya yang terus mengeluarkan darah. Jiang Cheng segera mengambil handuk dan mematikan keran air.

"A-Xian" pekik Jiang Cheng lalu mengalungkan handuk sehingga menyelimuti tubuh Wei Wuxian
"Wei Ying/ adik Wei" ujar Lan Wangji dan Lan Xichen
"Pergi... Pergi kalian... Siapa kalian... Jangan dekati aku... Pergi!!!“ seru Wei Wuxian
"A-Xian! Wei Wuxian! Aku Jiang Cheng! Jiang Wanyin!“ ujar Jiang Cheng dengan suara keras
"Tidak... Tidak... Kau bukan A-Cheng"
"Aku A-Cheng. Aku kan berjanji menemanimu! Saat kau keguguran, dan depresi! Lihat baik-baik!“ ujar Jiang Cheng

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang