BAB 23

529 44 1
                                    

Wei Wuxian dibawa kerumah sakit, Dokter memeriksanya sesaat dan dia mengatakan jika Wei Wuxian hanya shock dan lubang duburnya terluka. Lubang duburnya akan sembuh dalam beberapa hari. Setelah pemeriksaan selesai, Wei Wuxian di bawa pulang oleh Wei Xingchen dan Lan Wangji. Selama di perjalanan Wei Wuxian dapat mendengar suara rintik hujan diluar mobil.

"Apakah diluar hujan kak?“ tanya Wei Wuxian pelan
"Emn" jawab Wei Xingchen dan Lan Wangji bersamaan
"Bisakah kita tidak pulang? Aku ingin di perjalanan seperti ini dulu" ujar Wei Wuxian
"Kau ingin kemana?"
"Aku... Hanya ingin menghirup udara segar dan merasakan rintik hujan... Jika disini yang aku hirup hanya polusi"
"Baik, ge ge akan mengajakmu ketempat yang kau mau. Namun kau sekarang harus pulang dan istirahat. Kau tidak ingin lukamu bertambah parah kan?"
"Lan Zhan... Maafkan aku... Seharusnya aku menunggumu pulang setelah itu aku bisa memintamu untuk membelikanku snack di supermarket... Maafkan aku yang tidak menuruti perkataanmu"
"Wei Ying, tidak perlu kau pikirkan. Aku tidak marah" yang mendapat senyuman dari Wei Wuxian. Tepatnya senyum yang dipaksakan
"Ge... Yang membuat duburku luka barang mereka kan? Aku... Aku gak akan hamil anak haram mereka kan?“ tanya Wei Wuxian yang tak mampu menahan air matanya
"Wei Ying... Jangan bicara begitu" ujar Lan Wangji
"Lan Zhan... Kau tau aku bisa hamil... Dan tadi aku merasakan sesuatu masuk kedalamku... Bukan sesuatu yang kecil. Sesuatu yang besar dan berdenyut. Jika itu jari tidak mungkin berdenyut" ujar Wei Wuxian
"A-Xian jangan berfikiran buruk..."
"Ge... Lan Zhan... Aku hanya minta, Jika memang benar aku hamil aku mohon bantu aku menggugurkannya"

Mereka tidak menjawab. Dalam hati Wei Xingchen ia takut jika memang itu terjadi bagaimana akhirnya. Dalam hati Lan Wangji berbeda lagi, itu adalah seorang anak, anak itu tidak salah apapun. Untuk apa di gugurkan. Jika ia yang bertanggung jawab sebagai gantinya ia pasti juga akan mau. Tapi entah pamannya akan berkata apa.

Setelah pulang Wei Wuxian sering mengurung diri di kamar. Ia batal untuk pergi keluar menghirup udara segar. Karena di dalam kamar, ia rasa lebih aman. Ia menjadi jarang untuk keluar rumah. Keinginannya dulu untuk bekerja juga sudah tidak ia ingat lagi. Ia menyesal saat itu tidak menuruti perkataan Lan Wangji. Walau kemarin ia di kabari mungkin akan segera mendapatkan donor kornea namun ia hanya tersenyum sesaat.

Tibalah saat memang ada donor kornea untuknya. Wei Wuxian tidak berkata apapun. Ia hanya menuruti semua perkataan kakaknya, papanya dan Dokter. Ia akhirnya melakukan operasi. Operasi itu berlangsung beberapa jam. Hingga kondisi di pastikan stabil, dan Wei Wuxian dibawa ke ruang rawat vvip. Karena memang kondisinya stabil dan membaik sampai akhirnya Wei Wuxian pulang, dan seminggu setelahnya ia kembali untuk membuka perban matanya.

Ada kekhawatiran dalam hati Wei Wuxian. Ia takut jika belum siap melihat Lan Wangji. Namun, ia tidak boleh depresi seperti dulu. Akhirnya dengan segala hal positif ia berani untuk membuka perban matanya. Dokter pelan - pelan membuka perban mata Wei Wuxian. Wei Wuxian perlahan membuka matanya. Sinar mulai menyesuaikan mata Wei Wuxian. Hati Wei Wuxian merasa gembira. Ia dapat melihat papanya, Lan Wangji dan Wei Xingchen.

"Mengapa kalian memakai baju pink? Ge... Apakah kau tidak bekerja? Dimana jubahmu?" tanya Wei Wuxian  yang mendapat pelukan gembira dari papanya, dan Wei Xingchen.
"A-Xian. Akhirnya kau sembuh" ujar Wei Xingchen
"Emn... Terima kasih Ge... Lan Zhan... Menjagaku selama aku buta"
"Ini tugas ge ge"

3 minggu berlalu. Wei Wuxian melupakannya sesaat kejadian buruk yang menimpanya. Lan Wangji, Wei Wuxian, Wei Xingchen, Wen Ning, dan Wen Qing pergi ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan Jiang Cheng yang tinggal menghitung hari. Wei Changze sengaja tidak memberitahu tentang operasi mata Wei Wuxian, Wei Wuxian pun sengaja ingin memberi kejutan untuk Keluarga Jiang.

Mereka telah sampai di Bandara. Mereka di jemput oleh Lan Xichen yang memang sudah tau tentang operasi Wei Wuxian. Lan Xichen menyambut mereka dengan senyum merekah.

"Adik Wei, Wangji... Bagaimana keadaan mu?"
"Baik"
"Wangji kau tampak bahagia" yang hanya di balas anggukan oleh Lan Wangji
"Ayo, pulang. Biarkan aku yang menyetir" imbuh Lan Xichen

Wei Wuxian masuk kerumah keluarga Jiang bersama Wei Xingchen. Wei Wuxian masuk dengan memakai kacamata hitam. Senyum merekah di wajah Wei Wuxian. Ia dapat melihat semua kesibukan mereka disana.

"A-Xian... Kau datang" ujar Jiang Yanli yang menghampiri Wei Wuxian setengah berteriak
"Kak Yanli... Jangan berlari... Kau sedang hamil besar" ujar Wei Wuxian lalu melepaskan kacamatanya
"Ah A-Xian... Aku terlalu senang kau datang kembali kemari" ujar Jiang Yanli
"Kak... Kau tampak cantik memakai pakaian magenta ini. Sudah lama ya kak, aku tidak melihatmu... " ujar Wei Wuxian yang membuat Jiang Cheng terbelalak
"Hei, kau sudah bisa melihat? Sudah mendapat donor kornea? Kapan kau operasi? Kenapa kami tidak kau beritahu?"
"Jiang Cheng satu-satu pertanyaanmu itu! Ya aku melihat. Aku operasi saat papa terakhir kesana. Aku sengaja tidak memberitahu kalian karena ingin membuat kejutan"
"A-Xian... Ibu senang kau sudah sehat kembali..." ujar Yu Ziyuan "dan selamat datang dirumah kami A-Chen" sapanya
"Terima kasih bibi Yu"
"Kau boleh memanggil kita seperti lainnya... Ayah, dan ibu" ujar Jiang Fengmian

Tak terasa tibalah hari pernikahan Jiang Cheng. Acara pernikahannya di pagi hari dan berakhir di siang hari. Semuanya berjalan dengan lancar dan tak ada hambatan. Di sore harinya Jiang Cheng dan Lan Xichen berangkat pergi bulan madu ke Hawaii. Namun hari berikutnya Wei Wuxian dan lainnya harus kembali ke China. Bagaimanapun Wei Wuxian sekarang sudah punya pekerjaan bersama Lan Wangji.

Lan Wangji Diam-diam membangun coffe shop disana di bantu temannya dan Wei Xingchen. Selama Wei Wuxian buta, ia tidak hanya diam tanpa melakukan apapun, dalam pikirannya bagaimana ia bisa menghidupi Wei Wuxian kelak jika ia menikahi Wei Wuxian di negara orang. Beruntungnya Lan Wangji cerdas, keluarganya juga kaya, jadi sangat mudah untuk membangun usaha baru.

Kabar buruknya adalah, saat mereka baru saja keluar dari Bandara menuju tempat parkir mobil. Jika apartemen yang mereka tempati terbakar di lantai paling atas yang di tempati pemilik, dan akses pemadam kebakaran untuk memadamkan api nya lumayan sulit. Beruntungnya apartemen Wei Xingchen berada di lantai 3, jauh dengan lantai teratas. Jadi mereka semua yang baru saja pulang, Wen Ning, Wen Qing, dan Lan Wangji langsung membantu Wei Wuxian dan Wei Xingchen untuk membereskan barangnya.

Namun, dibalik kesusahan selalu ada keberuntungan. Bahkan berlipat. Keberuntungan pertama, apartemen milik Wei Xingchen sistemnya menyewa pertahun, dan akan berakhir sewanya 4 hari lagi, dan memang Wei Xingchen belum membayar sewanya untuk setahun berikutnya. Keberuntungan kedua, tanpa mereka semua ketahui, Wei Wuxian sudah membeli apartemen lain. Lebih tepatnya di apartemen yang sama dengan Lan Wangji, namun di lantai yang berbeda, di lantai lebih atas, yang memiliki ruang lebih besar. Ia membeli 2 apartemen. Untuknya dan untuk kakaknya.

Sebenarnya bukan Wei Wuxian yang beli, namun Wei Wuxian minta ke papanya untuk membelikan apartemen untuknya dan untuk Wei Xingchen. Bagaimanapun Wei Xingchen dan Wei Wuxian akan menetap disana. Mereka sudah memiliki pekerjaan tetap masing-masing. Wei Wuxian juga sudah sembuh dari butanya. Mentalnya juga sudah lebih baik. Dia sehat, seperti sebelumnya. Walau sempat ada cobaan ia di perkosa, namun karena orang di sekitarnya selalu membuatnya kuat menjalani hidup dan berfikir positif.

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang