BAB 8

1K 89 1
                                    

Tak lama Lan Wangji membawa satu nampan berisi nasi, beberapa lauk dan air mineral. Ia menaruhnya di meja depan sofa. Ia melihat kamarnya kosong. Ia memanggil nama Wei Wuxian, Apakah Wei Wuxian berada di toilet, batin Lan Wangji, dan mendengar sahutan dari lorong lemari.

"Lan Zhan... Kemarilah... Bantu aku mencari perbanku. Kepalaku sangat pusing" teriaknya sehingga terdengar sampai balkon Jin Zixuan dan Jiang Cheng. Jiang Cheng yang mendengar dengan jelas langsung menuju kamar kakaknya dan kamar Jiang Yanli
"Emn" ujar Lan Wangji lalu masuk ke lemari dan mendapati Wei Wuxian tengah terduduk sambil mencari perban dan terlihat matanya merah, dan wajahnya pucat karena menahan sakit kepala
"Lan Zhan... Bantu aku... Kepalaku pusing" ujarnya lagi
"Duduklah dan makan. Lalu minum obat. Akan kucarikan perban di tasmu" ujar Lan Wangji lalu membopong Wei Wuxian dan mendudukannya di sofa.

Wei Wuxian makan dengan pelan, sangat pelan. Kepalanya berdenyut nyeri. Ia teringat jika ia tidak tersandung karpet dan kepalanya membentur ujung sofa mungkin tidak sesakit ini. Baru 5 suapan Lan Wangji sudah membongkar semua tas yang Wei Wuxian bawa.

"Kau ingat kau menaruhnya dimana?" tanya Lan Wangji
"Kakak yang selama ini merawatnya, aku tidak tau Lan Zhan" jawabnya

Tok
Tok
Tok

"Tuan muda Lan kedua, perban A-Xian ada di sini" ujar Jiang Yanli

Lan Wangji membuka pintu kamarnya, Jiang Yanli, dan Jiang Cheng masuk kedalam kamar. Ia melihat mata memerah dan wajah Wei Wuxian sudah putih pucat. Jiang Yanli segera meminta Wei Wuxian untuk meminum obatnya. Apa yang terjadi dengannya. Batin Jiang Cheng.

"A-Xian, apa yang terjadi denganmu? Kepalamu sakit lagi? Kau tidak telat minumnya kan?“ tanya Jiang Yanli Khawatir dan sepertinya sepikiran dengan Jiang Cheng
"Tidak. Lan Zhan selalu tepat waktu" ujar Wei Wuxian pelan
"Kakak bantu kau ganti perbanmu" ujar Jiang Yanli

Jiang Yanli mendapati luka di kepala Wei Wuxian tengah sedikit terbuka dan mengucurkan darah segar.

"A-Cheng, ambilkan kotak p3k yang kakak bawa di koper, dan obat pereda nyeri di tas cream kakak, untung A-Qing memberiku obat jika terjadi begini" ujar Jiang Yanli
"Cepatlah A-Cheng" ujar Jiang Yanli dsn Jiang Cheng langsung melesat pergi "A-Xian, kenapa lukamu terbuka?“ tanya Jiang Yanli
"Kak... Maaf" ujar Wei Wuxian pelan
"Kau kenapa? Kau jatuh? Atau kepalamu terbentur?“ tanya Jiang Yanli
"Emn... Kakiku tersandung kak..., dan kepalaku terbentur" ucap Wei Wuxian
"A-Xian berhati-hatilah... Kau ingat pesan Wen Qing?walau kau gegar otak, dan bisa sembuh, namun jangan kau sepelekan. Wen Qing selalu memintamu istirahat" ucap Jiang Yanli, lalu menerima kotak p3k dan obat dari Jiang Cheng, di ikuti di belakang Jin Zixuan dan Lan Xichen
"Iya kak... Aku akan istirahat dan tidur" ujar Wei Wuxian yang menerima obat dari Jiang Yanli
"Jangan berbohong A-Xian. Sejak pagi buta kau terbangun kau sulit tidur dan Kakak dengar kau muntah. Efek dari gegar otakmu kan... Untung A-Qing memberiku cara perawatanmu jika lukamu terbuka begini, dan obat tanbahan jika hal ini terjadi" ujar Jiang Yanli
"Kak izinkan aku belajar untuk merawat luka Wei Ying" ucap Lan Wangji
"Silahkan" jawab Jiang Yanli

Setelah selesai, Jiang Yanli dan yang lainnya undur diri. Lan Wangji menata ranjangnya agar kepala Wei Wuxian bisa duduk sambil bersandar di ranjang. Wei Wuxian belum puas dengan makannya. Ia masih ingin melanjutkan makannya dan disuapi oleh Lan Wangji. Dengan telaten Lan Wangji menyuapi Wei Wuxian. Setelah selesai, ia segera meminta Wei Wuxian untuk tidur. Walau sebenarnya sudah sore dan saatnya mandi sore, biarlah Wei Wuxian istirahat dulu.

Wei Wuxian terbangun saat langit sudah gelap, dan pas dengan Lan Wangji yang membawa makan malam untuknya. Wei Wuxian duduk kembali disofa di bantu Lan Wangji. Lan Wangji menyiapkan obat Wei Wuxian termasuk obat tambahan. Lan Wangji mencium kening Wei Wuxian. Lan Wangji menatap wajah Wei Wuxian, sudah tidak sepucat tadi, raut wajah merah sudah terlihat dipipinya.

"Sehatlah Wei Ying. Aku tidak bisa melihatmu sakit" ujar Lan Wangji
"Aku sudah lebih baik Lan Zhan. Maaf membuatmu khawatir" ujar Wei Wuxian
"Wei Ying. Jangan ada maaf dan terima kasih. Aku suapi, menurutlah" ujar Lan Wangji
"Kau sudah makan?“
"Belum"
"Kenapa Lan Zhan?“
"Aku tidak bisa makan melihat kau begini"
"Makanlah bersamaku Lan Zhan. Porsi ini lebih jika untukku saja"
"Emn"

Setelah mereka selesai makan, Lan Wangji membersihkan peralatan makan, dan ponsel yang Lan Wangji bawa berdering. Ia melihat Wei Wuxian memanggilnya.

"Emn?"
'Bawakan aku cemilan Lan Zhan. Apapun boleh. Aku ingin nonton film denganmu. Tidak seru jika tidak ada cemilan'
"Kau harus istirahat Wei Ying"
'Aku baru saja bangun Lan Zhan... Izinkan aku nonton film... Sebentar saja... Temani aku ya...'
"Emn... Baiklah" ujar Lan Wangji lalu menutup sambungan  telponnya
"Wangji?" panggil Lan Xichen
"Ya kak?“
"Kau tidak apa?“
"Emn"
"Kakak mengenalmu Wangji. Kau kenapa"
"Sedih"
"Dia akan sembuh Wangji. Jagalah dia baik-baik. Jika ingin sesuatu katakan pada kakak. Kau jagalah adik Wei. Kakak dengar dari Nona Jiang, jika mentalnya belum membaik"
"Emn. Aku tau"
"Kakak bantu, apa yang kau butuhkah?“
"Hanya ini" ujar Lan Wangji membawa toples biskuit dan beberapa buah-buahan.
"Ya sudah selesai itu kau juga segeralah beristirahat"
"Emn" ujar Lan Wangji lalu melangkah pergi.

Saat membuka pintu, Lan Wangji melihat Wei Wuxian yang tengah mencari chanel film di telivisi. Lan Wangji menaruh makanan yang ia bawa di meja, dan Wei Wuxian menemukan chanel yang menarik. Awalnya dikira hanya film horor namun ternyata ada juga adegan panas yang membuat Lan Wangji dan Wei Wuxian wajah mereka memerah. Apa lagi di tambah mereka mendengar suara teriakan dari kamar sebelah. Ya, kamar Jiang Cheng, yang sepertinya lebih panas dari yang mereka lihat sekarang.

Di kamar lain, tanpa yang lain ketahui, Jin Zixuan dan Jiang Yanli tengah berciuman mesra. Suara mengerikan yang lebih mengerikan dari film horor, di tambah dengan film yang mereka lihat sekarang sama dengan film yang Wei Wuxian lihat. Wajah Jiang Yanli memerah malu, sama halnya dengan wajah Jin Zixuan. Namun Jin Zixuan tetap pada perkataannya. Akan menjaga  Jiang Yanli saja, dan akhirnya mereka berdua tertidur dengan berpelukan.

Di kamar Wei Wuxian, Wei Wuxian seakan ingin menjamah tubuh mulus Lan Wangji. Wei Wuxian berusaha mengalihkan pikirannya, ia lalu beranjak dari sofa dan ijin untuk mandi. Setelah 30 menit, Wei Wuxian selesai mandi, ia hanya memakai handuk yang hanya dililitkan di pinggangnya saja. Lan Wangji sempat melihat sekilas, ia meneguk kasar ludahnya. Tubuh mulus Wei Wuxian, di bawah pusarnya ada rambut tipis hitamnya, dan pinggang itu sangat kecil. Pasti hangat memeluknya saat ini. Pikiran Lan Wangji mulai merajalela. Segera ia tepis dan berganti dirinya yang mandi.

Sialnya Lan Wangji tak mampu menahan nafsunya melihat tubuh Wei Wuxian setengah telanjang membuat adik kecilnya terbangun, dan berujung melakukan sendiri di kamar mandi. Setelah selesai ia melakukan seperti yang Wei Wuxian pakai. Hanya melilitkan di pinggangnya. Pada saat itu Wei Wuxian duduk di lantai, ia masih berada di lemari, dan berusaha mencari piyama hitam yang seingatnya ia bawa. Namun yang ia dapat piyama merah.

Lan Wangji mendekatkan dirinya dan mencari pakaian. Wei Wuxian yang sadar jika Lan Wangji sudah selesai mendongakkan kepalanya keatas dan melihat adik kecil Lan Wangji yang berdiri tegak. Wajah Wei Wuxian memerah. Ia langsung menunduk berusaha fokus kembali mencari piyamannya.

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang