BAB 44

374 33 3
                                    

Kring
Kring

Ponsel Wei Xingchen berbunyi. Wei Changze, nama di layar ponsel tersebut. Wei Xingchen menerima panggilan Wei Changze dan menekan tombol Loudspeaker.

"Halo pa"
'Ada apa Xingchen?'
"Papa sudah ada waktu luang? Xingchen mau membicarakan hal penting"
'Bicaralah'
"Xingchen langsung saja pa..  Xingchen minta, tidak papa potong sebelum Xingchen selesai bicara"
'Ya'
"Depresi Xianxian tambah parah. Tekanan yang bertumpuk penyebabnya"
'Bagaimana bisa begitu?'
"Pa. Bukankah Xingchen minta jangan potong dulu perkataan Xingchen?'
'Baik. Baik. Lanjutkan'
"Penyebabnya, pertama, ia masih terus tidak terima dengan pernikahannya yang di undur. Kedua, masalah dengan Jiang Cheng. Ketiga fakta mengenai kematian mama. Keempat, karena ingin menyelamatkan keluarga Wei, ia bertengkar dengan Wangji. Apa yang akan papa tanyakan?"
'Jika tentang pernikahan, asal dia segera sembuh, pernikahannya 3 bulan setelah pernikahanmu juga tidak apa. Tentang Jiang Cheng, kau tidak menemukan Solusinya?’
"Sudah membaik. Ia sudah mau berhadapan dengan A-Cheng"
'Tentang mamamu. Apa maksudmu?’
"Mama selingkuh dengan Huang Ziteng, dan bunuh diri karena tidak ingin A-Xian tau jika mama tidak setia"
'Darimana kau tau hal ini Xingchen?’ terdengar nada kaget dari suara Wei Changze
"Dari ponakan Huang Ziteng yang menyukai A-Xian. Wen Xu"
'Jika masalah mamamu jangan lagi kau bahas di depannya atau dengan papa'
"Papa tidak memaafkan mama? Mama sudah meninggal tetap tidak kau maafkan?"
'Sudah ku maafkan. Hanya tidak ingin teringat kejadian itu. Lalu masalah dengan Wangji apa tadi?’
“Wen Xu menyukai A-Xian, Wen Xu mengancam A-Xian jika A-Xian tidak menciumnya, kasus mama akan tersebar di media sosial dan membuat nama baik Wei Hancur"
'Lalu?’
"A-Xian menciumnya, saat Lan Wangji pulang dari Indonesia. Lan Wangji melihat semuanya. Terjadi kesalah pahaman, dan kambuh Depresi A-Xian. Sekarang A-Xian sudah aku beri obat agar dia tenang"
'Baguslah. Papa tutup dulu telponnya'
"Pa, A-Xian juga anakmu. Kenapa kau tidak peduli dengannya? Apa kau pikir A-Xian bukan anakmu? Kau pikir A-Xian anak Huang Ziteng?"
'Kau bercanda? Aku tidak berpikir hal itu'
"Jujurlah pa. Aku sudah tes DNA mu dan A-Xian. A-Xian anak kandungmu. Saudara kandungku"
'Benarkah? Terima kasih Xingchen. Kirim kan kepapa fotonya' ucap Wei Changze yang terdengar lega
"Kau masih mau bilang tidak berpikir hal ini?"
'Sudah. Kita lihat perkembangan A-Xian. Jika bisa sembuh akan papa cari tanggal baik setelah pernikahanmu' ucap Wei Changze lalu mematikan sambungan telponnya
"Sial dia matikan" umpat Wei Xingchen. Wei Xingchen menatap Lan Wangji. Ada raut aneh, seperti ragu akan suatu hal
"Chen ge. Aku akan membereskan kamar Xian ge" kata Nie Huaisang karena melihat raut mengerikan dari wajah Wei Xingchen saat menatap Lan Wangji.
"Emn, akan ku bantu saat urusanku sudah selesai"
"Tidak perlu Chen Ge. Hanya pekerjaan kecil" kata Nie Huaisang langsung masuk ke kamar Wei Wuxian
"Wangji, kau ragu untuk menikahi adikku? Kau kaget dengan sikapnya tadi? Kau tidak ingin punya pasangan yang gila seperti A-Xian?" tanya Wei Xingchen namun Lan Wangji tetap diam seribu bahasa.
"Katakan jika kau ragu atau malu atau kau tidak ingin A-Xian lagi. Akan ku bawa pulang dan akan kubuat dia melupakan sakitnya tentangmu!" ujar Wei Xingchen lagi yang sudah sangat marah
"Tidak. Aku hanya berfikir, bagaimana caranya agar dia memaafkanku. Aku terlalu terbakar api cemburu, sehingga membuatnya terluka lagi" jawab Lan Wangji
"kau mau menikahinya? Karena tidak akan ku maafkan jika kau nikahi tapi kau sakiti lagi"
"Aku mau menikahinya. Aku mampu merawatnya. Tidak selamanya Wei Ying depresi. Aku yakin dia bisa sembuh. Aku tidak akan meninggalkannya hanya karena dia depresi"
"Baik. Jangan sampai kau mengingkari omonganmu sendiri" kata Wei Xingchen lalu beranjak dari sofa dan pergi ke dapur untuk mengambil minum. Nie Huaisang yang menguping pembicaraan mereka mampu bernafas lega karena rumah ini tidak jadi hancur karena amarah Wei Xingchen

Sampai pagi hari berikutnya Wei Wuxian tidak memberikan pertanda jika ia akan bangun. Sejujurnya Lan Wangji khawatir, sampai ia tidak tidur semalaman hanya untuk menjaga Wei Wuxian. Lan Wangji sempat berpikir jika Wei Wuxian tidak bangun lagi. Bukan karena mati, namun koma atau hal lain semacamnya yang membuat Wei Wuxian enggan untuk bangun. Ia harus berbuat apa, ia harus bagaimana. Dengan keadaan terakhir yang membuat Wei Wuxian nya terluka.

"Kau tidak tidur semalaman?" tanya Wei Xingchen
"Tidak"
"Kita tidak tau kapan A-Xian bangun. Semua tergantung kondisi tubuhnya. Tidur juga baik untuknya. Kau tidurlah, makan, dan bersihkan dirimu. Aku akan menjaganya sampai pukul 7 nanti aku akan berangkat dengan Wen Ning"

Lan Wangji mengangguk. Ia mandi dan tidur di sofa tidak jauh dari Wei Wuxian. Sampai Wei Xingchen berangkat dengan Wen Ning, Wei Wuxian belum bangun, begitu pula dengan Lan Wangji. Lan Wangji terbangun setelah jam menunjukan pukul 11. Ia melihat Wei Wuxian yang masih tertidur lelap. Lan Wangji mendekatinya perlahan. Ia mengengam tangan Wei Wuxian.

"Wei Ying. Kapan kau bangun?" tanya Lan Wangji
"Wangji, makanlah. Sudah dingin. Perlu ku panaskan?" tanya Jiang Cheng yang ternyata sudah duduk di kursi dekat pintu keluar
"Sejak kapan kau sampai?"
"Emn, 2 jam yang lalu"
"Dimana suamimu?"
"Mengobrol dengan A-Sang. Wangji aku sudah mendengar semua. Masalah mama dan Xianxian. Wangji aku memang bersalah dengan Xianxian tentang kejadian lalu. Tapi aku tulus menyanyanginya, dan aku pernah merawatnya saat dia dalam depresi yang lebih parah dari ini. Wangji, jika kau memang tulus, jangan kau buat dia terluka lagi setelah dia bangun"
"Aku takut dia tidak bangun"
"Kau jangan berpikir negatif. Dulu dia tidak bangun 5 hari. Nanti setelah Xingchen ge pulang, ia akan membawa Infus, untuk berjaga-jaga jika ia tidak bangun lagi nanti"

Ternyata benar sampai Wei Xingchen kembali Wei Wuxian masih tidak bangun. Sampai malam mereka makan malam juga tidak bangun. Tak terasa sudah hari ke 6. Wei Wuxian akhirnya bangun, ia melihat sekitar. Ada Jiang Cheng, Nie Huaisang dan Lan Wangji. Wei Wuxian berusaha untuk duduk tapi tubuhnya sangat lemas, tidak bertenaga.

"Air. Bisa kalian ambilkan air?" tanya Wei Wuxian lemas
"Xian ge. Kau bangun? Akhirnya kau bangun" kata Nie Huaisang girang lalu membantu  Wei Wuxian untuk bangun dan duduk
"Minumlah" kata Jiang Cheng menyodorkan air mineral dan membantunya untuk minum
"Terima kasih, A-Sang, A-Cheng" kata Wei Wuxian
"Kau sudah memaafkan ku? Kau tidak takut lagi kan padaku?" tanya Jiang Cheng
"Sebenarnya masih. Tapi, aku tidak punya tenaga untuk menghindar dan melawan. Tapi aku harus menghadapi rasa takutku padamu A-Cheng" kata Wei Wuxian
"Kau tidak perlu takut lagi. Aku tidak akan menyakitimu lagi. Aku berjanji" kata Jiang Cheng. Wei Wuxian mengangguk. Ia harus tidak takut, ia yakin janji apapun yang keluar dari mulut Jiang Cheng, tidak akan ia ingkari kecuali sangat terpaksa
"Wei Ying" suara berat yang mengalun indah menyadarkan Wei Wuxian bahwa ada seseorang di sampingan yang menunggunya
"Kami biarkan kalian bicara. Ingat jangan buat A-Xian tertekan dan berfikir keras dulu" kata Jiang Cheng
"Aku akan mengambilkan bubur untuk kau makan" kata Nie Huaisang
Lan Wangji langsung memeluk Wei Wuxian "Wei Ying. Akhirnya kau kembali" kata Lan Wangji
"Aku hanya tidur"
"Tidurmu 6 hari Wei Ying"
"6 hari? Ternyata terulang lagi ya?"
"Awalnya aku pikir membawamu kerumah sakit. Tapi kau tidak ingin di tempat itu lagi. Xingchen ge, dan Wen Ning memeriksa mu. Kata mereka kau tidak apa. Tapi tidurmu terlalu lama"
"Aku baik-baik saja Lan Zhan. Lan Zhan. Maafkan aku. Aku tidak mengkhianatimu. Aku terpaksa memeluknya dan menciumnya"
"Sssttt, aku tau, aku paham. Maafkan aku Wei Ying. Aku terlalu terbakar api cemburu, hingga tidak memikirkanmu"
"Tidak Lan Zhan. Harusnya aku yang tidak terlalu berfikir tentang keluarga Wei"
"Sudahlah. Jika begini kita akan mengaku salah dan akhirnya bertengkar. Wei Ying, setelah kau sembuh, aku akan menikaimu" kata Lan Wangji
"Kau yakin mau bersamaku? Aku gila Lan Zhan"
"Wei Ying, bagaimanapun kau, akan kuterima. Aku yakin kau akan sembuh"
"Terima kasih Lan Zhan"

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang