BAB 28

425 31 1
                                    

Wei Wuxian terbangun saat matahari sudah tinggi. Ia melihat sekeliling kamarnya. Kamarnya sangat luas namun terlihat simple. Tidak banyak perabotan di sana. Tempat tidurnya berhadapan langsung dengan Dinding kaca, yang memiliki pintu geser kaca untuk keluar menuju balkon. Di luar balkon ada 2 sofa  berwarna abu muda. Di bagian dalam ruangan ada 2 sofa dan sebuah meja bulat. Dinding samping kanan tempat tidur Wei Wuxian, ada televisi. Sedangkan dinding sebelah kiri ada sliding door cermin yang sebenarnya setau Wei Wuxian itu hanya cermin berbentuk pintu. Wei Wuxian tidak mengira jika itu benar-benar pintu.

Lan Wangji masuk membawa makan, dan air mineral. Lalu ia menaruhnya di meja bulat dekat sofa. Lan Wangji membuka sliding door balkon, agar udara bisa masuk.

"Makanlah... Udaranya segar disini" ujar Lan Wangji
"Ini dimana?"
"Rumah kita Wei Ying. Kau suka?"
"Suka... Emn.. Dimana toiletnya?“ tanya Wei Wuxian. Lan Wangji menunjuk Sliding door.
"Baik... Lalu lemari pakaianku?“ tanya Wei Wuxian lagi. Dan lagi-lagi Lan Wangji menunjuk sliding door
"Kenapa kau menunjuk ke cermin itu?“
"Bukalah"
"Itu hanya cermin kan?“
"Bukan sayang. Itu pintu. Bukalah"

Wei Wuxian beranjak dari tempat tidurnya. Ia menggeser pintu cermin di hadapannya. Dia mendapati ruang yang lumayan besar, yang ternyata Walk in Closet. Namun semua pakaiannya dan pakaian Lan Wangji sudah rapi tergantung di sana. Di ujung ruang ada pintu kaca buram yang berseberangan dengan sliding door. Ia segera berlari dan masuk ke kamar mandi.

Setelah melepaskan rasa ingin buang air kecilnya, ia lagi-lagi takjub dengan kamar mandinya sendiri. Shower dan bathub yang terpisah dengan dinding hitam, diantara keduanya ada beberapa rak gantung yang menempel di dinding hitam, yang disana sudah tergantung handuk basah yang sepertinya milik Lan Wangji. Wastafel yang berseberangan dengan shower dan bathub, di meja wastafel ada 2 sikat gigi, pasta gigi, dispenser sabun cuci tangan, diatas wastafel ada cermin yang panjang dan lebar, di bawah wastafel ada lemari dan laci, yang isinya handuk bersih dan peralatan kebersihan untuk laki-laki. Samping wastafel di pojok samping ada closet duduk, dan tempat sampah. Di dinding sisi, antara closet dan Bathub ada jendela yang lumayan besar dengan venetian blind tirai yang berwarna hitam. Dekat dengan pintu keluar nada keranjang bambu tertutup yang sepertinya untuk tempat pakaian kotor

Tok
Tok
Tok

"Wei Ying,, kau mandi?" tanya Lan Wangji
"Eh, iya" jawabnya
"Handuk di lemari bawah wastafel"
"Ehm, iya. Terima kasih"

Wei Wuxian melepaskan pakaiannya satu persatu, dan mengantungkannya di gantungan di dinding hitam. Ia menyalakan shower dan mulai mandi. Ia baru sadar, jika hanya ada 3 rak susun yang tertempel di pojok yang isinya lumayan lengkap. Setelah selesai Wei Wuxian memakai handuk sebatas pinggang kebawah. Ia keluar dan segera memakai pakaian.

Lalu perhatiannya tertarik ke satu dinding, ada 1 dinding yang tertutup tirai abu muda. Wangji merasa khawatir kenapa lama sekali di kamar mandi. Namun ia tersenyum saat membuka pintu dan mendapati Wei Wuxian sudah rapi dengan kaos putih dan celana putih selutut, dan rambut basah yang belum di keringkan

"Ini apa Lan Zhan? Perasaan Pakaian kita semua sudah di sini" tanya Wei Wuxian saat menyadari Lan Wangji yang terus menatapnya
"Kejutan untukmu. Kau siap?“ tanya Lan Wangji
"Ehm... " Wei Wuxian ragu namun penasaran

Lan Wangji menarik tali yang berada di ujung tirai. Setelah tirai terbuka, Wei Wuxian menutup mulutnya dengan satu tangan. Fotonya dan foto Lan Wangji. Foto tersebut foto seperti foto prewedding. Di foto itu mereka sama-sama duduk. Wei Wuxian yang memakai setelan hitam, sabuk emas tampak menawan. Tidak kalah dari Lan Wangji dengan tatapan datar namun terlihat bahagia.

"Kau suka?""Sangat suka Lan Zhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau suka?"
"Sangat suka Lan Zhan... Sangat indah... dan sangat besar"
"Wei Ying... Menikahlah denganku"
"Lan Zhan kau sudah melamarku, aku pun sudah setuju"
"Aku tahu... Tapi rasanya aku sudah tidak sabar menunggu beberapa bulan kedepan"
"Beri aku kesempatan 8 bulan lagi Lan Zhan. Hari dimana kita resmi menjadi warga disini, hari dimana kita menikah"
"Lama sekali"
"Kau ingin lebih cepat?"
"3 bulan lagi, bagaimana?"
"Terlalu cepat Lan Zhan"
"3 bulan lagi setelah umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri"
"Baiklah. Kita bicarakan ke kakakku dan kakakmu"
"Kakak kita" ujar Lan Wangji meralat ucapan Wei Wuxian, lalu mereka berciuman mesra.

Kring
Kring
Kring

Memecah lumatan cinta antara dua insan tersebut. Lan Wangji menatap layar ponselnya. Asistennya yang termasuk teman lamanya, Ouyang Zizhen, orang Indonesia namun sudah lama tinggal di China.

"Zizhen?"
'Wangji, ada janji dengan orang yang akan menjual tanahnya untuk cabang Coffe shopmu'
"Kau benar"
'Aku sudah di bawah'
"Dimana?"
'Apartemen Wei Wuxian'
"Aku lupa mengatakannya, kami di rumah"
'baiklah aku kesana sekarang. Tunggu, kau sudah memberitahu Wei Xingchen? Dia di dekatku'
"Belum. Kemarin kami buru-buru"
'Baik, akan aku sampaikan ke dia jika begitu'
"Terima Kasih"
Wei Wuxian menatap Lan Wangji "siapa?"
"Zizhen. Aku ada bertemu orang hari ini"
"Ehm, jika begitu berhati-hatilah"
"Emn. Kemungkinan Wei Xingchen akan kemari"
"Ah, kau benar. Aku lupa memberitahu kakakku jika kita pindah kemari" ucap Wei Wuxian lalu mencari ponselnya
"Tadi ponselmu mati. Kuisikan baterainya" ucap Lan Wangji pelan yang sudah memakai setelan jas
"Emn.. Terima kasih Lan Zhan" ujar Wei Wuxian lalu menyalakan ponselnya dan ia menemukan banyak chat dari kakaknya
"Makanlah. Oh, kau jangan keluar rumah dulu"
"Lalu pekerjaanku?“
"Panggil saja Bi Cao Asistenmu. Bawa pekerjaanmu kemari"
"Baiklah Lan Zhan"

Ouyang Zizhen dan Wei Xingchen sampai rumah Lan Wangji. Mereka baru sampai depan pagar, namun di hadang oleh seorang penjaga dan tidak membukakan pintu pagar tersebut. Penjaga tersebut meminta kartu tanda pengenal sebelum membukan pagar tersebut. Ouyang Zizhen dan Wei Xingchen heran, mengapa harus mengeluarkan kartu Tanda pengenal. Sampai sebuah suara yang mereka kenal berteriak dari atas.

"Pak, bukakan saja, dia kakakku dan asisten Lan Zhan" ujar Wei Wuxian
"Baik tuan" jawabnya

Mereka masuk, dan seorang maid membukakan pintu, Wei Wuxian menyambut kedatangan mereka. Wei Xingchen geram melihat adiknya yang menyambutnya dengan wajah jail dan senyum merekah.

"A-Xian. Kau tidak tau kalau kami khawatir dan Handphone mu mati!?"
"Maaf... Dadakan ge"
"Kenapa?" namun wajah pucat jawaban dari Wei Wuxian
"Saya jelaskan" ujar Lan Wangji
"Emn?“
"Pacar Song Lan disini"
"Xue Yang? Bukankah kalian bilang dia mati?" Wei Xincheng memekik kaget
"Chen ge, mencari tau jika dia belum mati" ucap Wei Wuxian
"Dan,,," Kata-kata Lan Wangji berhenti. Ia ragu untuk mengatakannya
"Dan, pacar baru Xue Yang.. Dia yang... Yang... " ucap Wei Wuxian yang terpotong
"Yang menyetubuhi Wei Ying saat itu" lanjut Lan Wangji yang membuat mata Wei Xingchen melotot sempurna
"Ba... Bagaimana bisa?"
"Jadi Wei Ying aku bawa kemari. Dia aman disini" ucap Lan Wangji
"Termasuk seperti tadi?“
"Emn"
"Mereka dapat dipercaya?"
"Sebagian orang yang di tolong Wei Ying. Sebagian karyawan baru"
"Kau harus berhati-hati dengan karyawan baru"
"Aku menempatkan orang khusus disisinya jika tidak ada aku" bisik Lan Wangji
"Siapa?" tanya Wei Wuxian dan Wei Xingchen bersamaan
"Aku" jawab seseorang dari balik pintu luar
"Wen Xu?“ ujar Ouyang Zizhen
"A-zhen?“
"kalian mengenal? Wen Xu ini siapa Lan Zhan?" tanya Wei Wuxian
"Kau lupa pada ku, di?" tanya Wen Xu dengan tatapan jahil

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang