BAB 6

1.4K 100 2
                                    

Kring
Kring

Ponsel Wei Wuxian berdering. Jiang Cheng video call, tumben. Batin Wei Wuxian.

"Ada apa A-Cheng?“
"Kau lapar? Sudah jam minum obat tidak kau minum?!"
"Lapar. Aku belum sarapan A-Cheng. Mana mungkin minum obat?“
"Kakak akan mencari rumah makan. Kita semua belum makan. Termasuk Jin Zixuan, Lan Wangji dan Lan Xichen"
"Oke... Aku terserah saja. Mobil kalian ada di depan ku. Aku bisa melihat jika kalian berbelok"
"Baiklah"

Mobil Jin Zixuan berbelok kesebuah rumah makan yang lumayan luas, di ikuti mobil Lan Xichen dan mobil Lan Wangji. Pemandangannya Lumayan indah. Bagian dalam terdapat meja kursi dan bila masuk lebih dalam dan keluar di ruang tengah, terdapat gazebo dengan tikar-meja untuk 4 orang namun ada juga yang untuk 8 sampai 10 orang yang lumayan besar. Disana ada pemandangan hamparan sawah luas yang menyedapkan mata. Gazebo tersebut di tata membulat, dengan mengelilingi kolam ikan. Wei Wuxian memilih salah satu tempat yang lumayan besar di ikuti yang lain.

Contoh gazebo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Contoh gazebo

Setelah lama memilih makanan, akhirnya sudah di putuskan dan Lan Xichen segera memanggil pelayan, dan menyebutkan satu persatu menu yang mereka pilih. Khusus untuk Wei Wuxian, ia tidak boleh minum selain minum air mineral. Selama ada Jiang Yanli, makanan yang masuk ke tubuh kedua adiknya sangat di atur.

"kak... Aku tidak sakit. Kenapa makanan dan minuman ku juga kau atur?“ tanya Jiang Cheng mempoutkan bibirnya
"Kakak itu menyanyangimu A-Cheng..." ujar Wei Wuxian
"A-Cheng, kau kira kakak tidak tau semalam kau diare?“ tanya Jiang Yanli
"Ba... Bagaimana kakak tau?“ tanya Jiang Cheng panik namun terlihat ia tutupi
"Kamar kita berdekatan A-Cheng, kakak sudah curiga saat kau ijin tidur awal" jawab Jiang Yanli
"Lalu apakah masih sakit? Kenapa kau tidak bilang jika sakit?" tanya Lan Xichen khawatir
"Sudah... Sudah sembuh... Aku sudah minum obat semalam dan tadi pagi" jawab Jiang Cheng
"Asal kau tidak makan pedas dulu... perutmu akan aman A-Cheng" ujar Wei Wuxian
"Hei, kau juga tidak boleh makan pedas tau!“ balas Jiang Cheng
"Kakak tidak boleh tapi Lan Zhan pasti memperbolehkan..." ujar Wei Wuxian lalu menatap Lan Wangji "iyakan Lan Zhan?" imbuhnya
"Tidak" jawabnya singkat
"Ah... Lan Zhan... Makananku hambar saat tidak dimasukan bumbu pedas kedalamnya" rengek Wei Wuxian
"Tidak Wei Ying. Kau belum sembuh benar. Setelah seminggu kau baru boleh makan pedas. Sabarlah demi kesehatanmu" ujar Lan Wangji. Perlakuan lembutnya membuat 4 mata terpana
"Ehm,, adakah yang tidak kami ketahui wangji?" tanya Lan Xichen
"... " angguk Lan Wangji, dan terlihat wajah Wei Wuxian merona memerah sempurna
"Kalian bersama lagi?" tebak Jiang Yanli. Lan Wangji tidak ada jawaban, namun terlihat jelas telinganya sudah memerah. Sedangkan Wei Wuxian menunduk dan mengangguk pelan
"Waaaaa..... Selamat..... Segeralah menikah...."ujar Jiang Cheng dengan suara keras lalu merangkul Wei Wuxian
"A-Cheng... Kakak saja belum menikah kau sudah memintaku menikah!!?" balas Wei Wuxian
"Kita menikah bersama saja" usul Jiang Cheng
"A-Cheng, aku baru saja mencoba bersama kembali.... Tidak tau kedepan seperti apa..." ujar Wei Wuxian yang membuat tatapan Lan Wangji sendu
"Wei Ying...." panggil Lan Wangji
"Sudah-sudah... Makanan datang" ujar Jin Zixuan
"Maafkan ucapan A-Xian, tuan muda Lan kedua,, dia tidak serius dengan ucapannya" ujar Jiang Yanli
"Wangji cukup" jawab Lan Wangji
"Kakak.... Bukannya tidak serius, namun, tidak ingin terulang lagi" ralat Wei Wuxian, membuat Jiang Yanli atau Jiang Cheng tak bisa berkata lagi

Mereka terdiam selama makan. Hanya suara sendok garpu yang terdengar. Tak ada yang tidak tau apa yang Wei Wuxian alami. Adik tersayang Jiang Yanli ini memang kuat, namun, mentalnya sudah melemah (stress) sejak orang tuanya yang hanya pulang sebulan sekali, dan sering mendengar pertengkaran mereka saat dirumah. Memang tidak terlalu Wei Wuxian rasakan, namun hal itu sudah tertanam dalam ingatannya. Sekarang ia ada keluarga Jiang disisinya. Namun diam-diam ia selalu rindu suasana hangat kedua orang tuanya, seperti kedua orang tua Jiang Yanli dan Jiang Cheng, yang membuatnya iri secara tidak langsung. Di tambah dengan kejadian dengan Lan Wangji dan Song Lan yang menambah kepercayaannya terhadap keluarga bahagia, dan tentang cinta tambah memudar. Untuk saat ini bukannya ia tidak percaya dengan perasaan yang Lan Wangji berikan, namun ia takut akan terluka lagi. Ia pun hanya melakukan sesuai dengan apa kata hatinya. Jika dicoba, ya coba saja. Ikuti alur takdirnya dan tentu keinginannya.

Makan selesai, saatnya mereka melanjutkan perjalanan. Di mobil Lan Wangji keduanya hanya terdiam. Walau tatapan datar di wajah Lan Wangji, namun tersirat kesedihan di matanya. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Lan Wangji walau sebenarnya ia ingin bertanya apa maksud Wei Wuxian.

"Lan Zhan... Aku tau kau pasti marah padaku. Namun, tidak semudah itu aku percaya lagi. Kau kuberikan cintaku, kau pergi tanpa kata. Song Lan walau pelampiasan saja, namun aku berusaha memberikan cinta untuknya, walau tidak sebesar cintaku untukmu, namun aku sudah merasakan cinta itu untuk Song Lan, namun kau lihat bagaimana Song Lan padaku. Lihat orang tuaku? Ya mereka pulang.. Ya mereka akur di depan orang lain tapi dirumah sering mendengar pertengkaran mereka. Apakah menurutmu aku akan percaya pada Cinta dengan mudah?" tanya Wei Wuxian
"Percaya padaku Wei Ying..."
"Apakah pamanmu merestui kita? Apakah pamanmu memperbolehkan kita bersama? Aku ingat dulu pamanmu yang menentang hubungan kita"
"Boleh... Aku sudah berbicara pada paman"
"Kau yakin Lan Zhan? Buatlah aku percaya Lan Zhan..."
"Aku akan berusaha Wei Ying..."
"Santai saja, aku memang sudah mencintaimu Lan Zhan. Hanya aku perlu menumbuhkan kepercayaanku akan cinta saja" ujar Wei Wuxian 'dan menghilangkan ketakutanku' batinnya
"Wei Ying... Maafkan aku... "
"Untuk apa? Untuk yang dulu? Sudahlah Lan Zhan..."
"Aku sempat berfikir kau mempermainkan cintaku untuk mu Wei Ying"
"Lan Zhan... Buruk sekali pikiranmu padaku? Aku tidak mempermainkan Cintamu. Aku tau kau mencintaiku. Aku tau kau selalu merindukanku. Aku tau kau berusaha menghubungiku saat disana, namun memang informasi tentangku di batasi dan komunikasimu juga dibatasi. Aku tau Lan Zhan.... Saat itu aku juga tidak bisa berbuat apapun!  Bahkan aku tau kau sakit setelah berada di sana. Aku tau pamanmu membenciku, tapi karena usahamu, dan keinginan kerasmu, pamanmu merestuinya... Kakakmu memberitahuku semuanya semalam... Aku paham Lan Zhan... Aku paham...!! Jadi kau jangan berfikiran buruk tentangku!" ucap Wei Wuxian kesal
"Maafkan aku Wei Ying... Dan terima kasih"
"Tidak Lan Zhan... Jangan lagi ada kata maaf dan terima kasih di antara kita, aku akan berusaha mempercayai cintamu... Namun jangan berfikir buruk tentangku..." Lan Wangji tersenyum tipis, dan mencium bibir Wei Wuxian saat berhenti saat lampu merah.

Mereka telah sampai villa. Pemandangan danau di depan villa, dan pepohonan yang menjulang tinggi di belakang villa membuat suhu udara disana walau pun siang hari tetap terasa sejuk. Wei Wuxian turun dari mobil dengan mengandeng tangan Lan Wangji. Mengagumi keindahan sekitar.

"Dingin" pekik Wei Wuxian keluar dari mobil
"Ehm, tunggu sebentar" ucap Lan Wangji lalu memakaikan jaketnya dari belakang yang mendapat balasan senyum dari Wei Wuxian
"Lan Zhan ini indah sekali" ujar Wei Wuxian sambil berdiri menatap danau
"Villa ini milik mamaku. Villa ini favorit mamaku"
"Indah Lan Zhan"
"Jangan pacaran terus... Cepat masuk..." ujar Jiang Cheng
"Ah... Kalian sudah sampai?" tanya Wei Wuxian
"Hei! Kita dulu yang sampai! Kau anggap kita makhluk halus, hah!?“ ucap Jiang Cheng
"Hahahahha... Tidak A-Cheng.... Hahahaha" jawab Wei Wuxian dengan gelak tawa kencang darinya
"Tetaplah disini Wei Ying... Aku akan memasukan barang kita" ujarnya
"Aku bantu"
"Tidak Wei Ying. Cukup aku"
"Kalau begitu aku ikut masuk... Disini dingin"
"Baiklah. Ayo"

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang