BAB 19

544 45 0
                                    

Sebulan, dua bulan, dan sudah empat bulan berlalu sejak Wen Qing bekerja di Beijing. Wei Wuxian walau belum menunjukan kemajuan yang pasti, namun ia terlihat lebih mampu mengeluarkan emosinya yang biasanya selalu sedikit tertahan. Sekarang ia sudah mampu mengeluarkan emosi sekalipun itu bukan ke Xiao Xingchen.

Seperti biasanya ia bangun pagi. Ia membantu Xiao Xingchen untuk beres-beres rumah, dan memasak. Walau bisa di katakan menu masakan Wei Wuxian masakan khas Indonesia yang ia ketahui. Wei Wuxian selesai memasak pas dengan Xiao Xingchen yang selesai mandi. Namun tatapannya tertuju pada kalung yang di pakai Xiao Xingchen.

"Gege... Kalungmu... "
"Ah...didi... Kau belum aku ceritakan tentang keluargaku" ujar Xiao Xingchen, dan entah sejak kapan panggilan gege-didi menjadi panggilan umum untuk mereka berdua.
"Aku diculik saat umurku 5 tahun. Aku teringat saat itu mamaku sedang hamil. Apalagi saat itu mamaku sedang sakit, aku tau saat itu papaku pasti mencariku, namun penculik itu membawaku kemari... Ke China... Lalu ia membuangku begitu saja disini... Aneh... Karena biasanya anak kecil akan di jual. Tapi aku dibuang. Hingga aku di temukan oleh Bao Shan. Ia seorang dokter namun juga miliki rumah penampungan untuk anak terlantar. Bao Shan merawatku, dan membiayaiku sampai aku lulus kuliah"
"Ah... Baik sekali orang itu... Lalu dimana dia sekarang?“
"Dia sudah meninggal karena kecelakaan 2 tahun lalu"
"Ah.. Maafkan aku... Lalu bagaimana orang tua mu?“
"Aku dulu dari Indonesia, tapi dimana aku tidak tau, kemungkinan orang tuaku mencariku... Namun aku juga mengerti kemungkinannya kecil untuk bertemu di Negara lain"
"Kau marah pada orang tua mu?“
"Tentu tidak... Saat itu aku yang salah. Papa memintaku untuk menjaga mama yang sedang sakit, dan jangan keluar rumah. Namun aku tetap keluar rumah bermain di taman yang jaraknya lumayan jauh dari rumah"
"Kau marah pada adikmu? Karena mungkin adikmu yang masih dalam kandungan yang membuat mamamu sakit"
"Tidak juga... Aku sayang adikku... Adikku masih kecil, ia tidak berdosa dan tidak salah apapun"
"Pemikiranmu sejak kecil itu Ge?"
"Emn... Sejak kecil. Sejak kecil yang aku ingat papa selalu bilang jaga mama, dan saat mama hamil jaga mama dan adik bayi"
"Lalu kalung itu?“
"Ah, kalung ini di berikan mama saat umurku 4 tahun. Lihat dibelakang ada namaku 'xingchen'"
"Lalu kenapa sekarang margamu Xiao?“
"Marga Suami Bao Shan, tiap anak yang di rumah penampungan semua diberi nama Xiao"
"Kau masih ingat marga aslimu ge?"
"Tidak... Aku hanya tau Xingchen namaku"
"Gege... Aku juga mempunyai kalung yang sama dengan punyamu... Lihatlah" ujar Wei Wuxian lalu melepaskan kalungnya dan memberikan pada Xiao Xingchen
Xiao Xingchen melihat kalung tersebut. Sama persis dengan punyanya. Lalu ia membalik dan mendapati nama Wei Ying. Ia sedikit ingat akan masa lalunya, jika dulu mama nya sering memanggil adiknya yang ada dalam kandungan dengan panggilan A-ying. Xiao Xingchen menatap Wei Wuxian. Hati berkata mungkin ini adiknya. Namun juga berkata mungkinkah ada kebetulan seperti ini.

"Ah, didi iya ini sama persis... Didi, gege harus berangkat..."
"Ah ge... Makanannya belum kau makan... Aku siapkan bekal untukmu ge" ujar Wei Wuxian tanpa di balas Xiao Xingchen Wei Wuxian langsung menyiapkan bekal makanan untuknya sembari Xiao Xingchen mempersiapkan hal lain.
"Ehm, ini ge... Oh iya ge, nanti saudara angkatku akan datang kemari. Dia mengajakku bertemu di restoran depan" kata Wei Wuxian setelah Xiao Xingchen sudah selesai bersiap untuk ke rumah sakit.
"Berhati-hatilah... Jalan di depan sangat ramai" ujar Xiao Xingchen
"Emn... Terima kasih ge... Berhati-hatilah di jalan. Jangan kencang - kencang bawa mobilnya" balas Wei Wuxian lalu memberikan tas bekal makanannya untuk Xiao Xingchen

Selama perjalanan menuju rumah sakit, pikiran Xiao Xingchen penuh dengan pemikiran kemungkinan - kemungkinan tentang Wei Wuxian yang mungkin adiknya. Ia harus menelpon Wen Qing, pikirnya saat itu.

'Halo sayang. Ada dimana?'
"Dijalan.. Kau sudah berangkat?"
'Sudah sampai baru saja. Kau sudah sarapan?’
"Belum... Namun Wuxian sudah membawakan ku bekal"
'Tumben kau tidak sempat sarapan sayang... Kau bangun terlambat?’
"Tidak... Namun... Sepertinya aku menemukan adikku... Keluargaku yang hilang..."
'Maksud mu... ? Siapa??’
"Siapa lagi yang ada di rumahku sayang"
'Maksudmu A-Xian adikmu?' tanya Wen Qing terdengar nada suara kaget dari Wen Qing
"Dia memiliki kalung yang sama sepertiku, nama kecilnya Ying.. Wei Ying.. Mamaku dulu memanggil adik dalam perutnya A-Ying"
'Segera Tes dna saja sayang...'
"Kau benar. Aku akan mengatakannya pada Wuxian... Terima kasih sayang... Selamat bekerja"
'Emn... Kau juga, selamat bekerja'

Siang ini Wei Wuxian di ajak bertemu dengan Jiang Cheng yang kemarin sampai di Beijing yang ternyata bersama dengan Wei Changze. Sebenarnya Wei Wuxian ingin mengajak Xiao Xingchen, namun ia bekerja pagi dan pulang sore nanti. Batallah keinginannya untuk mengenalkan Xiao Xingcheng ke keluarganya. Setelah berjalan beberapa menit, Wei Wuxian tiba di sebuah restoran tersebut. Ia dari pintu masuk dapat melihat orang yang tidak asing baginya.

"Pa... A-Cheng" panggil Wei Wuxian
"Waaaa aku kangen" ujar Jiang Cheng lalu memeluk Wei Wuxian
"A-Cheng.. Kau tidak bilang jika bersama papa" ujar Wei Wuxian
"Kejutan untukmu! Hei kau bilang akan membawa doktermu... Dimana dia?"
"Dia bekerja, dan tidak bisa datang..."
"Bagaimana kabarmu A-Xian?" tanya papa
"Baik pa... Oh ya pa, A-Xian ingin bertanya sesuatu..."
"pesan makan an dulu A-Xian" ujar Wei Changze
"Ah... Kalian pesankan saja, kalian tau apa favoritku.. Asal ada pedasnya aku mau"
"Kau itu ya... Tidak bisa jauh dari pedas" ujar Jiang Cheng
"Kau ingin bertanya apa A-Xian?"  tanya papa lalu memberikan menu makanan ke pelayan
"Ehm... Begini pa... Apa aku punya kakak kandung?" tanya Wei Wuxian pelan yang membuat mata Jiang Cheng membulat
"Da... Darimana kau tau A-Xian?"
"Apa nama kakak kandung ku, Xingchen?"
"Katakan pada papa A-Xian... Dari mana kau tau?" tanya Wei Changze penuh penekanan
"Apa kakakku diculik saat umurnya 5 tahun?“
"A-Xian.... Semua katamu benar... Papa dan mama sudah mencarinya kemanapun,, hingga kami anggap dia meninggal... Dan bagi kami kau anak tunggal... Tapi yang sebenarnya kau itu anak kedua"
"Makan dulu pa... Akan ku jawab setelah makan... Aku lapar..." ujar Wei Wuxian. Dalam hatinya ia bersorak gembira,, ia sangat berharap jika Xiao Xingchen itu kakaknya... Kakak kandungnya.
"Xingchen... Itu nama dokter yang disebut Wen Qing" ujar Jiang Cheng
"A-Cheng., bisa kau diam? Lanjutkan setelah makan" sembur Wei Wuxian
"Aku penasaran. Dan tidak ingin menunggu" balas Jiang Cheng
"A-Cheng, kita baru bertemu! Kau ingin bertengkar denganku?" sembur Wei Wuxian lalu memukul punggung Jiang Cheng
"Hai! Kau duluan ya" balas Jiang Cheng lalu memukul paha Wei Wuxian
"Sudahlah kalian berdua... Ini tempat umum" ujar Wei Changze
"Hahahaha" tawa Jiang Cheng dan Wei Wuxian bersama
"Ini simbol keakraban kami pa" ujar Jiang Cheng
"Benar... Benar" jawab Wei Wuxian

Selesai makan mereka keluar dari restoran tersebut. Rencananya mereka mau ke hotel tempat Jiang Cheng dan Wei Changze menginap. Namun saat keluar restoran, mata Wei Wuxian menangkap bayangan Lan Wangji dan Lan Xichen yang berada di dalam restoran. Wei Wuxian menatapnya datar dari dalam restoran. Wajah Wei Wuxian memucat. Ia takut jika keberadaannya di ketahui oleh Lan Wangji. Semakin kemari, sosok Lan Wangji itu mendekat di ikuti Lan Xichen yang mendekati Jiang Cheng. Wajah Jiang Cheng dan Wei Changze menjadi kusut. Baru Lan Wangji akan membuka suara Wei Wuxian menarik tangan Jiang Cheng untuk menjauh dan berlari kearah jalan besar.

Brugh....

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang