BAB 15

722 60 1
                                    

Mata Wei Wuxian menyiratkan ke bingungan. Hati nya berkata oke. Menikah saja. Tapi otaknya berkata, usaha Lan Wangji kurang keras. Baru saja mereka bertemu. Sudah langsung mengajak menikah. Wei Wuxian menggeleng kepalanya. Ia mundur kebelakang menjauhi Lan Wangji.

"Jangan memaksa... Jangan memaksa... Aku gak mau di paksa... Jangan memaksa!!“ serunya lalu turun dari ranjangnga dan mendorong semua orang yang ada disana untuk keluar dari apartemennya
"Wei Wuxian!!! Hai kau mengusirku!!?“ seru Jiang Cheng
"Pergi!!“ balasnya
"Kita pergi dulu saja... Kita kita ngopi di bawah... Jika sekiranya adik Wei sudah tenang kita kembali" ujar Lan Xichen yang di setujui Jiang Cheng dan Lan Wangji

Tanpa mereka ketahui, Wei Wuxian mengutak-atik hpnya sebentar, dan segera membereskan pakaiannya. Ia berdandan rapi, membawa parpor dan visanya. Tak lupa ia menulis surat untuk orang yang kembali nanti. Kali ini Wei Wuxian sadar 100%. Ia sehat dan sudah menetapkan keputusannya. Wei Wuxian mengetik satu nama di kontaknya dan segera menghubungi kontak tersebut. Tak lama suara

'Halo Wei Ge'
"Halo, aku akan berangkat ke tempatmu sekarang"
'Sekarang? Bukankah mamamu baru di makamkan?'
"Aku ingin tenang... Kau di rumah kan? Aku sudah memesan tiket pesawat akan berangkat sekitar 40-45 menit lagi"
'Baik... Kabari aku jika sudah naik dan sudah sampai bandara'
"Terima kasih kawan"
'Kau sudah menyelamatkan nyawaku. Saatnya aku membantu penyembuhan mental mu'

Diam-diam dia mengendap-endap keluar apartemen, sekiranya tidak ada orang yang ia kenal ia segera masuk ke mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kencang menuju bandara. Setelah sampai bandara ia menuju loket untuk mendapatkan tiket yang ia pesan secara online. Tak lama ia menunggu dan sekarang ia sudah duduk di dalam pesawat. Ia mengirim chat ke temannya jika ia sudah didalam pesawat dan akan segera berangkat. Setelah itu ponsel ia matikan.

Di tempat lain, di coffe shop dekat apartemen Wei Wuxian, Lan Wangji entah mengapa merasa gelisah. Baru 30 menit mereka di sana, rasanya ia sudah ingin meluncur pergi ke apartemen Wei Wuxian. Sampai 60 menit... 90 menit dan akhirnya mereka kembali. Mereka membuka pintu apartemen tersebut, dan mendapati Wei Wuxian tidak ada di manapun. Pakaiannya dan kopernya juga menghilang, sampai Lan Xichen menemukan surat tertempel di kulkas. Lan Xichen berseru dan memberitahu Lan Wangji dan Jiang Cheng. Jiang Cheng segera merebut surat itu dan membacanya baik-baik.

Maaf

Aku minta Maaf pada kalian semua karena aku pergi tanpa pamit. Lan Zhan, bukan maksudku tidak mempercayaimu, namun karena aku terlalu banyak kekurangan, aku ingat saat depresi seperti apa, aku tidak ingin menyakitimu Lan Zhan,, tunggulah aku sampai sembuh. Jika aku kembali kau sudah memiliki orang lain di hatimu, maka memang aku bukanlah jodohmu.

A-Cheng, Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu, hingga kau tidak memiliki kebebasan dengan kak Xichen, sampaikan permintaan maafku ke kak Xichen yang membuat kalian menghabiskan waktu dengan orang stress sepertiku. Sampaikan permintaan maafku ke kak Yanli. Aku mungkin tidak bisa datang. Tapi jika aku tidak datang aku akan tetap mengirim hadian untuknya. Sekali lagi Terima kasih

Salam Wei Wuxian

Jiang Cheng melemparkan surat itu sembarangan yang di terima Lan Xichen dan langsung berlari ke basement. Namun Mobil Wei Wuxian tidak ada. Ia mencoba telpon Wei Wuxian namun ponsel Wei Wuxian tidak aktif. Ia menelpon ayahnya namun tidak ada jawaban. Ia menelpon papanya dan meminta papanya untuk melacak keberadaan terakhir mobil Wei Wuxian. Tak lama menemukannya di Bandara.

Jiang Cheng dan yang lainnya menuju Bandara. Setelah mereka sampai ia dapat melihat mobil Wei Wuxian terparkir tidak jauh dari tempat mereka parkir. Mereka mencari memutari seluruh Bandara. Sampai toilet pun mereka cari namun nihil. Wei Wuxian tidak ada. Terlihat raut penyesalan dalam wajah Lan Wangji, dan raut kekesalan dalam wajah Jiang Cheng. Mereka akhirnya kembali ke rumah Jiang Cheng dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan.

Di tempat lain, Wei Changze menerima chat dari Wei Wuxian, yang baru sempat ia buka. Agar Wei Changze jangan khawatir dan Wei Wuxian akan segera menelponnya saat ia sudah sampai di kota tujuan, dan agar Wei Changze tidak memberitahu orang lain. Wei Changze hanya mengangguk dan menuruti permintaan anaknya.

Setelah 10 jam lebih perjalanan di atas awan Wei Wuxian sudah sampai bandara Beijing. Wei Wuxian segera menyalakan kembali ponselnya dan menelpon jika ia sudah sampai Bandara Beijing. Orang itu segera berangkat dan menjemput Wei Wuxian. Selama menunggu ia membuka banyak telpon dari Jiang Cheng, Lan Wangji, Jiang Yanli dan papanya. Ia klik kontak papanya dan menunggu beberapa saat.

"Pa..."
'A-Xian.. Kau kemana?'
"Papa tidak perlu tau aku kemana... Namun aku disini bersama orang yang dekat denganku"
'Siapa? Papa mengenalnya? Beritahu papa!'
"Jika kuberitahu papa akan diam? Papa tidak akan memberitahukan ke lainnya?“
'Iya.. Sejak kapan papa tidak bisa menjaga rahasia?' Wei Wuxian tersenyum tipis mendengar ucapan papanya. Ia tahu papanya adalah orang yang bisa di percaya. Lebih baik lidahnya terpotong dari pada ia harus membuka rahasia yang di ceritakan orang lainnya padanya
"Papa kenal Wen Ning? Adik Wen Qing... Aku di Beijing dengan Wen Ning pa... Wen Qing tau aku dimana..."
'Ah, begitu, tapi Wen Qing bisa menjaga rahasiamukan?'
"Kedua orang itu dokter pa... Walau dia dekat kak Yanli, tapi tujuanku kemari juga untuk berobat. Jadi sudah janji seorang dokter untuk melindungi privasi pasiennya, dan itu mutlak"
'Jika beebicara sebagai teman? Apa janji itu mutlak A-Xian?'
"Tenang saja pak... Kedua saudara Wen mampu di percaya. Jika papa ke Beijing hubungi aku ya pa. Oh ya, aku kemungkinan akan ganti nomor"
'Baik, Hati-hati disana. Kabari papa jika sudah ganti nomor mu'
"Baik pa"

Ujar Wei Wuxian lalu memutuskan hubungan telponnya. Tak lama ponselnya kembali berbunyi. Telpon dari Jiang Cheng. Ia ragu untuk menerima telpon tersebut. Ia biarkan telpon tersebut berbunyi sampai berhenti sendiri. Dan tak lama Wen Ning datang dan Wei Wuxian mematikan ponselnya.

"Wei Ge... Apa kabar?" tanya Wen Ning yang langsung mengambil alih koper Wei Wuxian
"Baik A-Ning... Wa,, logatmu sudah berbeda ya, padal baru beberapa hari disini"
"Ehm, iya Ge...Sebelum kau datang, aku sudah di tawari pekerjaan disini, jadi kejadian saat itu kasus terakhirku"
"Ah... Belum lama ya" tanya Wei Wuxian
"Sebenarnya sudah lama Ge... Apa kau lupa, aku lulusan universitas Tsinghua? Aku sebelumnya memang disini Ge" ujar Wen Ning "masuk ge..." imbuh Wen Ning lalu membukakan pintu mobil untuk Wei Wuxian
"Maaf A-Ning, aku sampai tidak tau bagaimana kabarmu selama ini" ujar Wei Wuxian setelah Wen Ning mulai melajukan mobilnya
"Kau bukan tidak tau, tapi hanya lupa... Jika kau ingin tau kembali tentangku, aku mau menceritakannya nanti Ge... Sekarang kau pulang dan istirahat" ujar Wen Ning
"Terima kasih A- Ning"
"Aku yang lebih berterima kasih Ge. Jika Gege tidak menyelamatkanku, mungkin aku tinggal nama dan tidak sesukses sekarang"
"A- Ning,, hanya kakakmu dan Papaku yang tau keberadaanku. Tolong Jangan kau beri tahu orang lain sekalipun itu keluarga Jiang dan Lan"
"Tenang saja Ge... Gege aman disini... Ge,, aku ada tugas siang ini. Aku pulang pukul 11 malam, jika kau lapar aku ada bahan makanan... Atau aku ada makanan instan"
"Baik Ah Ning... Kau tenang saja... Terima kasih"
"Ah, kita sudah sampai. Ini apartemen ku... Tidak semewah rumahmu ge, tapi 11 12 dengan apartemenmu yang baru" ujar Wen Ning lalu memarkirkan mobilnya di basement
"Tidak masalah A-Ning... Yang penting ada tempat berteduh dan istirahat untukku"
"Tentu Ge... Aku akan selalu ada tempat untukmu Ge. Mari kita masuk"

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang