BAB 22

595 49 2
                                    

Wei Wuxian sudah kembali ke apartemen Xiao Xingchen. Lan Wangji dan Jiang Cheng setiap hari menemani Wei Wuxian saat Xiao Xingchen pergi bekerja. Lan Wangji dan Jiang Cheng sampai rela menyewa 1 apartemen yang dekat dengan apartemen yang lebih dekat dengan Wei Wuxian. Demi menjaga Wei Wuxian. Untuk pagi ini mereka berdua sudah datang ke apartemen Xiao Xingchen. Mereka berdua jadi terbiasa keluar masuk apartemen Xiao Xingchen. Mereka juga tau password pintu apartemen Xiao Xingchen. Xiao Xingchen sengaja memberitahu mereka agar mempermudah mereka yang menjaga Wei Wuxian.

Saat mereka masuk apartemen Xiao Xingchen, mereka melihat Xiao Xingchen keluar kamar Wei Wuxian. Wajah Xiao Xingchen memacarkan kebahagiaan. Jiang Cheng menjadi sedikit curiga ada apa dengan dokter Kejiwaan ini. Apakah dia jadi sakit jiwa karena setiap hari menghadapi orang yang sakit jiwa.

"Kak... Kami membawa sarapan" ujar Jiang Cheng
"Ah kalian duduk lah. Taruhlah di sana" ujar Xiao Xingchen
"Wao, masakanmu kali ini sepertinya lezat" puji Jiang Cheng yang menaruh lauk yang di masak Lan Wangji di meja makan
"Ah, ini perminta A-Xian. Dia ingin makan masakanku"
"Dimana Wei Ying?"
"Sebentar lagi keluar. Ia baru selesai mandi"

Ceklek

Wei Wuxian keluar memakai kaos hitam polos dan celana jeans pendek berwarna hitam. Xiao Xingchen membantu Wei Wuxian untuk duduk di meja makan, sedangkan yang lain sudah duduk di kursinya masing-masing.

"Ge... Ada kabar baik apa?" tanya Wei Wuxia
"Hasil tes DNA sudah keluar... 99% kakak ini kakak kandungmu" ujar Xiao Xingchen
"Ah benarkah? Bagus... Ge ge sudah memberitahu ke papa?" kata Wei Wuxian kegirangan
"Sudah kemarin.." jawab Xiao Xingchen
"Kenapa ge ge tidak memberitahuku kemarin?"
"maaf sebenarnya mau ge ge beritahu kemarin... Namun ge ge pulang malam, dan kau sudah tidur"
"Apa ge ge bahagia bertemu denganku? Apa ge ge tidak marah atau iri padaku karena selama ini aku yang mendapat kasih sayang dan semuanya dari mama dan papa? Bahkan saat mama meninggal ge ge tidak tau??“
"A-Xian... Pikiranmu terlalu jauh... Buat apa aku marah atau iri... Jangan bebani pikiranmu dengan hal yang tidak penting... Kakak tidak mau saat kau harusnya bisa membaik menjadi kambuh lagi"
"Aku hanya merasa bersalah ge... Ge ge tidak mendapat kebahagiaan. Apa itu adil untuk ge ge?"
"Wei Wuxian... Kau bahagia? Jujurlah selama ini kau bahagia sebelum bertemu denganku?"
"Jika boleh jujur, tidak ada kebahagiaan yang bertahan lama ge.. Aku harus pura-pura bahagia, tersenyum tertawa di depan mereka... Kau tau ge. Hubungan jarak jauh dengan orang tua sama saja tidak punya orang tua. Aku video call mama, aku telpon papa, apa bedanya dengan teman atau kekasih.... Bagiku tidak ada perbedaan"
"Dengan jawabanmu Baru saja seharusnya kau sudah tau jawaban dari pertanyaanmu tadi"
"Ah... Benar juga, tapi aku sayang ge ge. Aku tidak ingin ge ge merasa tidak adil. Katakan padaku jika ge ge merasakan hal itu" ujar Wei Wuxian
"Ge ge tidak berfikir sampai situ A-Xian. Bisa kembali bertemu kau dan papa ge ge sudah senang. Walaupun ge ge tidak bertemu mama"
"Maafkan A-Xian ge... Mama meninggal, calon anak A-Xian juga pergi. Kau tau, padahal aku menyukai anak kecil..."
"A-Xian... Kematian itu takdir. Jika A-Xian belum mempunyai anak dulu itu juga takdir. Tuhan tau A-Xian belum siap menjadi orang tua, jadi diambil kembali. Sekarang A-Xian memiliki Lan Wangji yang setia dengan A-Xian, A-Xian harus menghargai itu... A-Xian mungkin kehilangan mama, dan anak, tapi A-Xian mendapatkan ge ge dan kesetiaan Lan Wangji... Jangan kau lupa, calon ponakanmu... Kakakmu Jiang Yanli tengah hamil..."
"Kau benar ge... Terima kasih"
"Sekarang tugasmu mengembalikan kebagiaan Jiang Cheng dan Lan Xichen" bisik Xiao Xingchen
"Emn... Baiklah... Ge...Kenapa kau berbisik?"
"Jiang Cheng dan Lan Wangji dari tadi di sini" ujar Xiao Xingchen
"Ha... Ja... Jadi mereka mendengarku?" tanya Wei Wuxian dengan wajah yang merah merona
"Emn" jawab Lan Wangji singkat
"Kami dengar" jawab Jiang Cheng
"Ayo makan. Aku suapi" ujar Lan Wangji

Tak terasa sudah beberapa bulan sejak Wei Wuxian buta. Ia sudah terbiasa dengan kegelapan yang menyelimuti harinya. Ia bahkan sudah terbiasa untuk keluar dari apartemen sendiri. Walau ia masih sangat - sangat, terbata-bata jika berbicara bahasa Mandarin. Jiang Cheng sudah tidak lagi disana. Karena sebulan lagi ia akan menikah dengan Lan Xichen. Hanya tinggal Lan Wangji yang bersama Wei Wuxian. Walau bisa dikatakan Lan Wangji menghendel semua pekerjaannya lewat online dari China. Ia benar-benar tidak ingin meninggalkan Wei Wuxian. Jika ia harus kembali ia harus kembali dengan Wei Wuxian. Berkat usaha keras pantang menyerah ia sudah berhasil mendapatkan hati Wei Wuxian lagi. Bahkan mereka sudah berpacaran lagi 3 bulan ini.

Untuk Xiao Xingchen yang sekarang sudah berubah marga menjadi Wei, Wei Xingchen ia sedang berusaha untuk mencari pekerjaan di Indonesia. Ia tentunya ingin kembali kesana. Hidup dan dekat bersama keluarganya yang sudah terpisah lama. Sebenarnya Wei Changze bisa membukakan klinik sendiri untuk Wei Xingchen, dan Wen Qing. Namun mereka menolak dengan alasan ingin berusaha mencari sendiri dulu. Tapi jika terdesak mungkin akan di setujui oleh mereka.

Malam ini Wei Wuxian turun dari apartemennya. Ia berjalan sedikit ke arah supermarket yang tidak jauh dari apartemennya. Berbekal tongkat dan langkah yang ia ingat, ia sampai di supermarket tersebut. Penjaga supermarket tersebut sudah mengenal baik Wei Wuxian dan dokter Wei Xingchen. Wei Wuxian membeli beberapa makanan ringan dan makanan instan. Walau Wei Wuxian tidak bisa melihat namun penjaga supermarket itu tau apa saja yang biasa di beli oleh Wei Wuxian.

Namun saat ia akan kembali ke apartemen, di tengah jalan ia di hadang oleh beberapa Preman. Yang Wei Wuxian tau, bau alkohol sangat menyengat. Kata - katanya tidak di ketahui oleh Wei Wuxian. Sekilas kata - kata yang Wei Wuxian tau, jika Wei Wuxian lelaki buta namun cantik.

Wei Wuxian berlari. Entah kemana ia berlari. Ia merasakan ada yang mengikuti larinya. Hingga seseorang berhasil meraih lengannya yang membuatnya memberontak ketakutan. Tangannya di tarik hingga Wei Wuxian mulai merasa sepi. Hiruk - pikuk mulai tidak terdengar. Ia dibawa kemana, batinnya. Hingga tidak sengaja ia menekan tombol panggilan darurat. Panggilan itu terhubung dengan kakaknya.

"Halo, A-Xian. Ge ge sudah di basement. Tunggu ya"
'Siapa kalian... Kalian mau apa? Hei.. Jangan pegang tubuhku! Jangan buka baju ku!! Hei kenapa kau robek bajuku?! Kalian mau apa!! Pergi!! Jangan sentuh aku!!' terdengar suara teriakan dari Wei Wuxian dan suara geraman dan tidak menyenangkan dari beberapa lelaki
"A-Xian... Kau dimana? Halo... A-Xian..." Wei Xingchen segera ke apartemennya. Namun nihil. Wei Wuxian tidak ada. Sampai ia bertemu Lan Wangji di depan pintu apartemen
"Kau dari mana Wangji?"
"Wei Ying ingin burger" ujar Lan Wangji
"A-Xian hilang. Tadi dia menelponku. Aku hanya mendengar dia seperti akan di lecehkan... Cepat bantu aku mencarinya" ujar
"Apa? Di lecehkan" tanya Lan Wangji panik. Ia segera memberikan burger itu kesembarang orang yang lewat dan matanya mencoba mengamati sekitar.
"Kau ke sana aku ke sana" ujar Wei Xingchen menunjuk satu arah, dan Wei Xingchen pergi kearah sebaliknya

Wei Xingchen mencari Wei Wuxian sambil meneriakkan namanya. Lalu ia berhenti dan bertanya pada penjaga supermarket yang tadi memang Wei Wuxian ke supermarket, namun setelah pergi, ia melihat Wei Wuxian berlari dan menghilang di beberapa belokan. Wei Xingchen mengucapkan terima kasih dan langsung pergi mencari Wei Wuxian di sekitar gang di sana. Sampai ia berhenti di gang ke tiga dari Supermarket.

"Halo, Wangji, segera kemari. Gang ketiga dari supermarket" ujar Wei Xingchen
'Baik'

Wei Xingchen melihat Wei Wuxian tengah di lecehkan sekelompok pemuda mabuk. Bukan di lecehkan lagi, namun di perkosa. Bajunya sudah terbuka. Tangannya terikat kebelakang. Celananya sudah di buang sembarangan. Mulutnya dipaksa mengulum penis seorang lelaki, dadanya sudah terbuka, putingnya di jilat oleh beberapa laki-laki lain. Sedangkan barang milik Wei Wuxian sudah menegang, dan di buat mainan oleh laki-laki lain. Untuk lubang bagian bawahnya terlihat sedang di masuki oleh seorang laki-laki, yang sangat terlihat jika laki-laki itu sudah mencapai klimaks.

Wei Xingchen miris melihat keadaan adiknya. Air mata Weo Wuxian yang terus mengalir membuat Wei Xingchen gelap mata. Ia memukul orang-orang itu satu persatu. Tak lama Lan Wangji datang ia mambantu memukuli pemuda-pemuda tersebut.

"A-Xian" panggil Wei Xingchen mengambil celana Wei Wuxian
"Pergi... Pergi... Jangan menyentuhku... Pergi!“ bentak Wei Wuxian
" A-Xian... Ini ge ge... Aku Wei Xingchen... Pakailah jaketku" ujar Wei Xingchen lalu membantu Wei Wuxian memakai jaketnya
"Ge... Aku takut... " isak tangis Wei Wuxian terdengar memilukan
"Ada ge ge. Ada Wangji... Kau tidak apa? Apa yang sakit?“ tanya Wei Xingchen
"Bagian bawahku sakit ge... Entah apa yang mereka masukan... Namun sakit sekali... Apakah barang mereka?" pandangan Lan Wangji menggelap mendengar penuturan Wei Wuxian
"Tenang..  Tenang.. Mari kita pulang" ujar Wei Xingchen. Baru saja Wei Wuxian berdiri. Ia sudah pingsan.
"Wei Ying!?" panggil Lan Wangji
"Ambil mobilku" ujar Wei Xingchen lalu melemparkan kunci mobil yang ada di sakunya

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang