BAB 31

353 29 2
                                    

Su She memanggil semuanya agar masuk kedalam. Satu persatu dari mereka mengambil alat yang tidak jauh dari mereka. Bahkan Mo Xuanyu mengecek peluru dalam pistol yang awalnya ia sembunyikan dari balik jaket. Nie Huaisang dan yang lain yang sedari tadi mengamati mereka merasa aneh sekaligus khawatir. Semua masuk kedalam rumah tersebut dan tidak ada satupun yang berjaga di luar. Nie Huaisang membuka pintu mobil, berencana akan melihat lebih dekat.

"Kau akan kemana A-Sang?" tanya Lan Wangji
"Aku akan cek. Mengapa mereka mengambil kayu dan tongkat pemukul"

Baru membuka pintu dan maju beberapa langkah Nie Huaisang sudah mendengar suara teriakan dari dalam. Nie Huaisang segera kembali dengan wajah panik ia meminta agar dipanggilkan polisi. Lan Wangji ikut turun. Ia memanggil anak buah kakaknya yang sudah siap sejak tadi. Nie Huaisang menyiapkan kamera kepala head strap. Bagaimana pun ia harus punya barang bukti untuk Xue Yang.

"Sempat ya pakai kamera?"
"Demi bukti"
"Sabarlah. Tunggu polisi datang" ujar Lan Xichen sebelum Lan Wangji keluar
"Tapi nyawa Wei Ying"
"Pikirkan, jika kau muncul mungkin nyawanya lebih cepat melayang" ujar Lan Xichen
"Baik. Kami akan melihat kondisi" ujar Nie Huaisang

Mereka masuk perlahan. Mengendap-endap seperti malong di malam hari. Mereka melihat dari jendela. Satu persatu anak buah Mo Xuanyu memukul Wei Wuxian. Wen Qing sudah menangis karena tidak tahan melihat keadaan Wei Wuxian. Sedangkan Wei Xingchen di ancam Su She dengan pisau yang menempel pada lehernya, yang siap di melukai lehernya kapanpun jika Wei Wuxian melawa, sedangkan Wen Ning sudah pingsan. Wei Wuxian mengertakkan giginya. Ia menahan suaranya.

Nie Huaisang terbelalak melihat orang yang ia cari terluka dan sudah pingsan di depan matanya. Ingin rasanya ia masuk. Tapi ia harus memikirkan sekitar. Jika ia masuk sekarang mungkin resikonya lebih buruk dari dugaannya.

"Xue Yang... Cukup!" bentak Wei Xingchen
"Ah... Belum Wei Xingchen. Ini belum cukup"  ujar Xue Yang yang terus mumukul Wei Wuxian
"Ni Fanxing(jangan khawatir)" kata Wei Wuxian terbata-bata
"Ni fengle ma(kamu gila)!?" hardik Wei Xingchen
"Biasa aja ngomongnya. Biasa Indonesia aja!! gak usah sok Mandarin kalian! Kalian kira Xue Yang atau Su She gak paham, mereka paham!!! Dan jangan lupa? Aku paham!" ujar Mo Xuanyu
"Wei Wuxian... Wei Wuxian... Kau harus merasakan yang Song Lan rasakan" ujar Xue Yang yang memutar-putar senapan di tangangnya
"Apa maksudmu?“ tanya Wei Xingchen

Dorr

Timah panas mendarat di kaki Wei Wuxian. Wei Wuxian yang awalnya bertumpu pada lututnya sekarang terjatuh. Wei Wuxian berteriak dan mengerang menahan sakit. Lan Wangji dan Nie Huaisang tak mampu lagi menahan emosi. Tapi Nie Huaisang masih berusaha menahan tangan Lan Wangji. Lan Wangji melepaskan cengkraman Nie Huaisang.

"Sabar! Seseorang yang aku pedulikan sudah pingsan didalam" bisik Nie Huaisang
"Aku akan masuk"

Brak

Lan Wangji segera masuk. Sebelum masuk, Nie Huaisang menyembunyikan kameranya. Namun bisa terlihat samar, Nie Huaisang mengekor di belakang Lan Wangji. Ia sedikit takut jika kameranya rusak saat dia bertarung. Ia mengumpat pada diri sendiri. Mengapa membawanya. Namun jika tidak membawa tidak mendapat bukti.

Langkah Lan Wangji dan Nie Huaisang terhenti. Jumlah anak buah yang di bawa Lan Wangji separuh dari anak buat Mo Xuanyu. Namun ilmunya tak kalah hebat. Anak buah Lan Wangji berjalan ke depan Lan Wangji dan Nie Huaisang, untuk melindungi mereka.

Mo Xuanyu menarik rambut Wei Wuxian. Sehingga Wei Wuxian bangun walau dengan keadaan yang sudah sangat tidak bertenaga, dan darah yang terus mengalir dari kakinya. Mo Xuanyu mendekatkan pisau yang ia pegang ke leher Wei Wuxian. Xue Yang maju, ia merampas salah satu balok kayu dari anak buahnya, dan ia pukul kan beberapa kali ke kedua kaki Wei Wuxian yang terkena timah panas dan yang mampu menopang tubuhnya. Dalam hitungan detik Wei Wuxian tidak sadarkan diri. Mo Xuanyu melepaskan cengkraman pada rambut Wei Wuxian. Sehingga Wei Wuxian meluncur jatuh dan terdengar suara debuman dari tubuh Wei Wuxian.

Samar-samar Lan Wangji dan Nie Huaisang mendengar suara derap langkah beberapa orang. Tak lama banyak polisi muncul yang sudah mengepung rumah tersebut. Kepala polisi adalah sahabat baik Lan Xichen, dan mengenal Lan Wangji.

"Lan Wangji... Kau baik-baik saja?"
"Emn. Kepala Polisi Wang" ujar Lan Wangji
"Hahahaha... Aku tidak sangka jika kalian sudah menyiapkan ini semua... Hai pak polisi, saya harap kau membawa banyak bala bantuan" ujar Xue Yang

Tak lama suara sirine ambulance datang yang langsung menolong Wei Wuxian. Bersama dengan Polisi-polisi dan bantuan anak buah Lan Wangji melumpuhkan semua anak buah Mo Xuanyu dan berhasil menggiringnya kekantor polisi. Lan Xichen segera melepaskan ikatan dari tangan Wei Xingchen, Wen Ning dan Wen Qing, dan segera menyusul Wei Wuxian kerumah sakit.

Nie Huaisang sudah khawatir melihat Wen Ning dan Wei Wuxian. Namun Wen Ning yang sudah sadar ia mampu tersenyum dan berusaha menenangkan Nie Huaisang, bahwa ia baik-baik saja. Sekarang hanya perlu memikirkan Wei Wuxian, yang membuat Nie Huaisang tengah dalam kekhawatiran.

Operasi Wei Wuxian membutuhkan waktu lama, dan setelah sadar dapat di pastikan jika Wei Wuxian tidak akan dapat berjalan dengan normal lagi. Bahkan setelah sembuh pun, ia tidak akan loncat atau berlari, atau menggunakan kakinya seperti dulu. Karena kedua kakinya patah. Lan Wangji terduduk lemas. Ia merasa sangat bodoh. Ia menunggu Wei Wuxian di pukuli baru masuk untuk menyelamatkannya. Pacar apa dia. Namun rasa sedihnya ia tepis setelah Wei Wuxian perlahan membuka matanya. Wei Wuxian tersenyum melihat Lan Wangji.

"Lan Zhan" panggil Wei Wuxian pelan
"Wei Ying... Apa yang kau rasakan? Mana yang sakit?"
"Ah, aku dimana?“
"Rumah sakit. Kau ingat kejadian sebelum ini?" tanya Jiang Cheng
"Ah,, aku ingat... Apakah kakiku patah? Satu atau dua?" pertanyaan Wei Wuxian membuat Lan Wangji dan Jiang Cheng diam
"A... A-Xian" panggil Jiang Cheng
"Kau kenapa A-Cheng? Aku tau sejak aku di tembak sepertinya kedua kakiku tidak selamat. Bahkan mungkin nyawaku akan melayang"
"Keduanya" jawab Jiang Cheng
"Ah begitu... Lan Zhan... Jika kau mau meninggalkanku, aku ikhlas... " ucapan Wei Wuxian terhenti saat Lan Wangji memeluknya erat
"Aku sudah meminta orang membangun lift di rumah. Entah bagaimana penempatannya harus segera selesai" ujar Lan Wangji yang melepaskan pelukannya dari Wei Wuxian
"Lan Zhan... Tidak perlu sampai begini. Aku bisa pindah"
"Tidak. Setelah kau keluar. Kita harus menikah"
"Lan Zhan,, berarti ada renovasi dirumah?"
"Emn. Sedikit"
"Kalian bisa tinggal dirumah kami sementara waktu sampai selesai" ujar Lan Xichen yang masuk bersamaan dengan Wei Xingchen
"Atau mungkin di apartemen ku" imbuh Wei Xingchen
"Atau mungkin di apartemen lamaku" ujar Wei Wuxian.
"Soal dimana gampang, sudah berjalan beberapa hari pemasangannya semoga berjalan cepat" ujar  Jiang Cheng
"Tunggu... Beberapa hari? Berapa hari aku tidak sadar?“ tanya Wei Wuxian yang tidak percaya,
"Ehm mungkin 4 hari. Lebih tepatnya hampir 5 hari" ujar Jiang Cheng
"Tuhan" gumam Wei Wuxian  "aku pingsan atau koma?" gumam Wei Wuxian
"Sekarang apa yang kau rasakan? Pusing?“ tanya Wei Xingchen
"Ya,, sedikit pusing dan kepala berat"
"Tidurlah. Istirahatlah kembali. Kemarin papa baru saja kembali ke Indonesia. Beliau pasti senang  tau kau sudah sadar"
"Emn... Kabari papa saja Ge... Oh ya, Dimana Nie Huaisang?“
"Dia sedang berlibur dengan seseorang yang ia cari disini" Jawab Jiang Cheng
"Siapa? Kapan berangkatnya? Dan saat kondisiku begini?"
"Kau akan tau nanti. Dia sudah mencari pasangannya sejak lama. Dia mengkhawatirkanmu juga, tapi Jarang-jarang pasangannya mendapat libur" kata Jiang Cheng
"Ah.. Kalian membuatku penasaran dengan pasangannya" ucapan Wei Wuxian terhenti karena ia tiba-tiba memejamkan matanya
Wei Xingchen setelah memeriksa adiknya "Gakpapa. Dia hanya kelelahan"
"Lalu kau akan tinggal dimana untuk sementara?" tanya Jiang Cheng
"Mungkin dirumah mu Ge. Karena ada Jiang Cheng yang menjaga Wei Ying saat kita bekerja"
"Ah betul sekali" ujar Jiang Cheng
"Ehm,, tadi belum bilang dokternya A-Xian jika dia sudah sadar?“ tanya Wei Xingchen
"Belum"
"Laporkan ke dokternya jika dia sudah sadar. Aku kembali dulu" kata Wei Xingchen karena mendapat telpon dari dokter residen yang membantunya

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang