BAB 34

358 34 1
                                    

Setelah mereka pergi, Wei Wuxian diam-diam terbayangkan kembali masa kelamnya dengan Song Lan dan Xue Yang. Ia menghembuskan nafas berat. Matanya panas menahan air mata yang ingin tumpah. Diam-diam pula Jiang Cheng, Lan Wangji, dan Wei Xingchen mengintip Wei Wuxian. Hingga akhirnya Wei Wuxian tertidur.

Wei Wuxian terbangun saat langit sudah gelap. Angin dingin mulai masuk ke kulitnya yang hanya memakai kaos putih lengan pendek dan celana hitam selutut, dan ia tanpa menggunakan selimut. Wei Wuxian merasakan badannya kembali memburuk. Suhu tubuhnya kembali tinggi. Wei Wuxian mencoba bangun, memanggil kakaknya atau orang yang mungkin ada di luar. Namun tidak ada jawaban. Dengan susah payah dan menahan sakit dan ngilu karena dia tidak minum obat, Wei Wuxian berhasil duduk di kursi roda. Karena untungnya kursi itu di taruh dekat dengan ranjangnya. Setelah ia berhasil duduk di kursi roda, ia menutupi kakinya dengan selimut.

Wei Wuxian menjalankan kursi roda nya perlahan. Ia membuka pintu kamarnya namun tak ada seorang pun di apartemen Wei Xingchen. Wei Wuxian mencoba keluar apartemen, ia masuk ke lift dan turun sampai lantai 1. Ia melajukan kursi rodanya perlahan tak tentu arah. Sampai ia melihat orang-orang yang ia kenal berkumpul di pinggir jalan, dan terlihat mereka mengelilingi 1 orang yang Wei Wuxian sendiri tidak tau itu siapa.

Wei Wuxian mendekat. Jin Zixuan yang pertama melihat Wei Wuxian, karena ia menggendong Jin Rulan,  dan ia tidak ingin anaknya terlalu dekat dengan keributan para orang dewasa.

"A-Xian, bagaimana caranya kau naik sendiri ke kursi roda? Bukankah masih sakit?" tanya Jin Zixuan
"Masih,, hanya memindahkan pantat saja... Tapi ini sangat sakit" ujar Wei Wuxian terlihat dari pelipisnya yang mengeluarkan keringat dingin
"A-Xian badanmu panas sekali... , Wangji" panggil Jin Zixuan
"Wei Ying, kenapa kau memaksakan diri? Kau bisa menelponku" ujar Lan Wangji
"Aku gakpapa. Bisaku tahan, hanya demam. Itu kenapa?"
"Si si mengikuti Wangji" ujar Lan Xichen
"Katakan! Katakan itu anak siapa?" bentak Wei Wuxian lalu di bantu Wei Xingchen menarik rambutnya sehingga yang awalnya dia duduk sekarang berdiri.
"Bukan anak Wangji kan? Katakan!?" bentak Jiang Cheng "A-Xian tenang. Aku akan mencari kebenarannya untukmu" imbuh Jiang Cheng
"Apa sih kalian ini!! Ini benar anak Wangji!!"
"Sini, ku tendang biar mati janinmu!" kata Jiang Cheng
"Gila!!!"
"Bisa kau bilang gila? Bukankah kau yang gila? Bisa-bisanya sebar fitnah!? Kau dekat dengan Mo Xuanyu dan Xue Yang kan? Jangan-jangan ini anak mereka!?" kata Jiang Cheng. Tiba-tiba Jiang Cheng merasakan perutnya sakit. Tapi ia tahan. Karena hanya sakit biasa yang tidak terlalu parah
"Iya... Iya... Dia bukan anak Wangji! Puas? Ini anak pacarku!!" jawab Si si pada akhirnya
"Lalu kenapa kau memfitnah Lan Wangji?" tanya Jiang Yanli
"Bukan urusan kalian" jawab Si si sinis.
"Bawa ke kantor polisi. Dia sudah mencemarkan nama baik Wangji" ujar Jin Zixuan
"Benar" imbuh Lan Xichen

Si si di keliling orang-orang yang tidak akan melepaskannya. Berbagai ucapan kotor dan sumpah serapah ia terima. Sampai ia menemukan celah dekat dengan jalan raya, dan pas mobil Mo Xuanyu yang berjalan ke arahnya. Dengan keberanian dan kekuatannya, ia mendorong orang yang berada dekat dengan jalan raya. Setelah ada celah ia langsung pergi, mobil Mo Xuanyu berhenti dan Si si langsung masuk ke dalam mobil tersebut.

Orang yang di dorong Si si, ialah Jiang Cheng. Jiang Cheng yang sedang hamil muda, dan terjatuh karena dorongan Si si, sekarang ia kesakitan karena mengalami pendarahan. Lan Xichen tentu panik dan khawatir. Lan Xichen langsung membopong Jiang Cheng dan membawanya kerumah sakit. Disusul Jiang Yanli, Jin Zixuan, lalu Lan Wangji, Wei Wuxian, dan Wei Xingchen.

Mereka menunggu beberapa saat di ruang gawat darurat. Sampai akhirnya dokter keluar dan di belakangnya ada Jiang Cheng yang siap di pindah ke kamar rawat. Dokter menghampiri Lan Xichen. Dengan sangat menyesal, Dokter menyatakan, anak yang dikandung Jiang Cheng keguguran. Lan Xichen terduduk lemas. Namun ia berusaha tegar, demi Jiang Cheng.

Jiang Cheng sadar. Ia melihat Lan Xichen berada di dekatnya. Samar ia teringat kejadian beberapa waktu lalu. Ia melihat raut wajah Lan Xichen, Wei Wuxian dan Jiang Yanli yang khawatir dengannya.

"Chen ge... Anakku gak apa kan?" tanya Jiang Cheng
"Maaf" jawab Lan Xichen yang berada di samping kiri Jiang Cheng
"Aku keguguran?" tanya Jiang Cheng lalu air matanya menetes perlahan
"Maaf A-Cheng. Aku sudah dengar, karena kau ingin mengungkap kebenaran dengan Si si kau malah di celakai Si si. Maaf ini salahku yang tidak percaya dengan Lan Zhan. Jika saja aku percaya padanya, mungkin kau tidak akan membahayakan dirimu dan janinmu" ujar Wei Wuxian yang berada di sisi kanan Jiang Cheng. Tapi tatapan Jiang Cheng betubah menjadi sangat marah ke Wei Wuxian
"Wei Wuxian!! Apa salahku padamu!? Kau ingin aku merasakan kehilangan sepertimu? Kau ingin aku merasakan Keguguran sepertimu!?agar kau bisa tunjukkan bagaimana sakitnya kehilangan anak!? Apa salahku A-Xian? Mengapa kau membalasku begini? Kurang baik apa aku padamu? Mengapa kau renggut anakku?" tanya Jiang Cheng penuh emosi lalu bangun dan duduk di bantu Lan Xichen
"A-Cheng. Sabar. Ini bukan salah A-Xian. Ini salah Si si. Dia yang mendorongmu" ujar Jiang Yanli yang berada di belakang Lan Xichen
"Kak... Kau masih membelanya? Kau masih membela Wei Wuxian? Dia membunuh calon anakku! Padahal ku anggap dia saudaraku. Kak kau coba jadi aku, anakmu di bunuh oleh Wei Wuxian, bagaimana tanggapanmu? Ah, aku lupa, kau orang yang tidak pernah marah ke dia, jika seandainya dia juga membunuh anak atau suamimu, kau akan tersenyum untuknya!!" ujar Jiang Cheng menunjuk ke Wei Wuxian.
Setiap kata yang keluar dari mulut Jiang Cheng bagai pisau yang menebas hati dan pikiran Wei Wuxian. "Maaf" ujar Wei Wuxian yang semakin menunduk takut
"Kau bilang maaf? Semudah itu kata maaf? Dengan maaf bisa anakku kembali? Dengan maaf bisa kau ulang lagi percaya dengan Wangji? Berpikir sebelum kau berucap!! Percuma maaf!! Anakku tidak kembali!! Kau puas! Dasar anak tidak tau diri!! Tidak di perhatikan orang tua! Kakakmu saja juga baru ketemu!!"
"Kau yang berpikir sebelum berucap!" balas Lan Wangji dan Wei Xingchen bersamaan dengan nada bicara super kesal dan marah
"Kau! Keluar! Kau tidak berhak ada di sini!" ujar Jiang Cheng marah
"Jika ada Wei Ying akan ada aku!" jawab Lan Wangji
"Lihatlah pacarmu Wei Wuxian. Kau hanya anak buangan yang tidak di pedulikan oleh orang tuamu! Selama kau hidup orang tuamu tidak akan ada di sisimu! Maka dari itu kau memilih menggugurkan anakku agar aku sama menderitanya denganmu! Kau anak kandung tapi tidak ada bedanya dengan anak buangan dan anak terlantar!!" ucap Jiang Cheng
"Jiang Wangyin! Kata-katamu kasar!" ujar Wei Xingchen
"A-Cheng, aku bahagia saat tau kau hamil. Aku juga tidak ingin anakmu pergi. Yang mendorongmu Si si.... Aku di belakang bersama Jin Rulan... Tapi aku akui, awal masalah mungkin jika aku dulu mendengar ucapanmu untuk tidak dekat dengan Song Lan, tidak jadi begini" ujar Wei Wuxian

Bugh

Jiang Cheng menendang dada Wei Wuxian hingga ia dan kursi rodanya terjatuh. Semua orang tercengang dengan apa yang Jiang Cheng lakukan. Lan Wangji terlihat sudah sangat marah, seakan ingin memukul Jiang Cheng, tapi di cegah oleh Wei Wuxian.

"Kau tidak perlu berbohong! Kau senangkan? Kau bahagiakan, aku kehilangan anak!?" bentak Jiang Cheng
"A-Cheng, kau tidak perlu sekasar ini ke A-Xian. A-Cheng, A-Xian tidak salah, Si si yang mendorongmu. Bukan A-Xian! Kau ingatkan walau berat hati, kau izinkan Song Lan dekat A-Xian karena mental A-Xian pulih karenanya!" ujar Jiang Yanli
"Memang seharusnya aku tidak mengenalmu!" kata Jiang Cheng

Plak

"Sadar. Itu masa lalu! Song Lan masa lalu. Si si sekarang! Mo Xuanyu sekarang! Anak yang kau kandung aku juga kehilangan A-Cheng. Tapi berfikir logis. Jangan gunakan perasaanmu!! Wei Wuxian saudaramu!! Bukankah kemarin kau juga marah ke Wangji? Kau juga yang tidak percaya Wangji, membuat saudaramu tambah sulit mempercayai nya?" kata Lan Xichen
"Kau menamparku?" tanya Jiang Cheng
"Maaf. Tapi aku sudah cukup melihat kau yang keterlaluan dengan saudaramu sendiri"

Wei Ying, izinkan aku menikahimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang