(3) 𝙇𝙤 𝙨𝙞𝙣𝙩𝙞𝙣𝙜, 𝙖𝙡𝙫𝙞𝙣!

73 37 0
                                    

"Tolong jangan ganggu gue, gue butuh waktu sendiri tanpa ada seseorang bahkan lo sendiri, gue ngga butuh itu"

- zada fadila -






Kini waktu sudah menunjukan pukul 12.00 wita, zada enggan melangkah kan kaki menuju kantin ya salah satunya karna kejadian tadi pagi. Memang tidak terlalu keras tapi cukup membuat sedikit goresan di kakinya. Ingat dia bukan anak manja.

"Dilaaa lo ngga ke kantin apa? Ngga lapar gitu ini jam istirahat loh ayok ke kantin bareng" gadis cantik bertubuh mungil sambil menarik tangan zada yang sama sekali tak berkutik dari kursinya itu.

"Hmm aku lagi mager kamu aja deh ris"
zada sama sekali tidak tertarik dengan ajakan rischa.

Jangan salahkan zada, dia bersikap begitu juga karna masa lalunya. Ia tidak ingin kejadian itu terulang kembali. Tidak zada sama sekali tidak egois. Bahkan dia rela jika orang lain menghina dirinya dibanding mereka menghina ibu dan ayahnya. Ia tidak akan diam saja saat ibu dan ayahnya diperlakukan seperti itu.

"Yaudah kamu tunggu sebentar yaa dilaaa, ntar aku bawain sesuatu, okeyy" sambil menarik tangan salsa, bila dan nata untuk keluar dari kelas.

"Hmm, dasar bawel" ucap zada pada rischa yang sudah melenggang pergi menuju kantin.

___

Tak ada angin tak ada hujan, manusia sinting menghampiri kelasku bagaikan tamu tak di undang, aku yang sedari tadi menatapnya langsung membuang kasar wajahku.

"Kenapa buang muka begitu, aku suka kok kalau kamu tatap seperti tadi, ayo tatap lagi" ucap alvin yang sama sekali itu bukan alvin yang sebenarnya.

Zada bergidik ngeri. "sangat menyebalkan harus bertemu dia lagi dan lagi, apa maksudnya dia bilang begitu. Mengapa ada spesies manusia seperti dia di dunia ini?"
ucap zada bermonolog dalam hati, benar benar hari yang menyebalkan bagi zada, harus menghadapi makhluk yang entah dari mana asalnya ini.

"Ayo ke kantin, cantik" ucap alvin dengan nada menggoda membuyarkan lamunan zada.

Apa maksudnya mengajak nyaa makan bersama, rischa yang mengajakku saja tidak ku hiraukan apalagi dia. Manusia yang entah siapa namanya itu.

"Lo aja sana, ngapain ngajak gue? Ngga punya temen lo sampai ngajakin gue segala" gila saja lelaki ini hampir saja membuatku murka.

"Adasih, tapi aku maunya sama kamu." sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

Zada berdecih. "Kalau guenya ngga mau, gimana?."

"Oke, aku bakalan nemenin kamu disini ajaa." alvin malah mendekatkan kursi kearah zada, dan jangan lupakan dia bahkan tak berkedip saat menatap wajah gadis yang menurutnya sangat candu itu.

"Sinting lo, tau gini harusnya gue ngga masuk ke sekolah ini, ketemu sama cowo rese seperti lo itu udah nambahin beban gue secara ngga langsung." tetap setia dengan kursinya, enggan pergi.

"Yaudah, jangan marah terus dong cantik, ngga kasihan sama aku emang? Kaki kamu masih sakitkan? Sini aku obatin luka kamu." ucap alvin yang langsung mengambil pergelangan kaki gadis itu tanpa aba-aba membuat zada kesal hingga menoyor kepala lelaki itu.

___

Karna kejadian ini dia teringat kejadian yang sama 6 tahun yang lalu. Mana mungkin dia melupakan kejadian yang memiliki pengaruh besar bagi dirinya hingga hari ini.

"Zaa, maaf yaa garagara kakak kamu jadi terluka seperti ini" darez sangat amat sedih sambil menunduk lesu melihat kaki zada yang terus mengeluarkan darah.

"Aku gapapa kak rez, ini cuman luka biasa, aku cukup kuat untuk luka kecil ini" jawab zada tersenyum menenangkan darez.

"Sini, kakak bantuin obatin lukanyaa" ucap darez dengan senyum yang bagi zada itu candu.

Sungguh sangat cepat bagi zada untuk merasakan kebahagiaan bersama darez, rasanya setiap mengingat darez hatinya selalu berdesir hangat, darez sangat amat berharga untuk hidup seorang gadis bernama zada.







Jika kalian menyukai bab ini, silakan pertimbangkan untuk memberikan vote.

terima kasih🙌

DAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang